TAMAT?

18.3K 427 68
                                    

Awalnya mereka semua yang ada di ruangan Alaska sedang bercanda ria, namun sekarang tengah panik dikarenakan Oliv ingin melahirkan anak pertamanya, dan hal ini malah bercampur sedih, sebab Oliv hanya seorang diri yang ditemani Oliv Devan, sahabat dari suaminya.

Oliv menggenggam tangan Devan dengan sangat kuat sambil mengatur nafasnya, dengan suara yang lemah Oliv mengatakan.

"Van..... gue ga kuathh..." Devan yang tidak melihat Oliv menahan sakit seperti ini hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil menahan air matanya.

"Lo kuat, lo pasti bisa, atur nafas lo oke!" Dengan penuh keyakinan Oliv menganggukkan kepalanya dengan samar dan dengan kuat pula dirinya menggigit bibir dalam nya.

Tangan Devan terulur untuk mengelus rambut Oliv lalu mendekat kekening Oliv dengan sangat pelan dan lembut Devan berbisik. "Lo kuat Liv, lo sama sama berjuang ya"

Satu dokter dan kedua suster melihat mereka dengan tatapan yang sulit diartikan, dokter itu mengecek Oliv dengan sangat berhati hati.

"Ibu tunggu dulu ya, ini masih pembukaan lima, kita mulai jika sudah pembukaan sepuluh ya bu." ucap si dokter dengan tangan yang ikut mengelus punggung Oliv.

Oliv hanya bisa menganggukkan kepala dengan genggaman yang semakin kuat dengan keringat dingin yang sudah membasahi wajahnya, Devan sudah tidak tega dengan kondisi Oliv yang tersiksa seperti ini.

Diengan genggaman tangan yang semakin kuat dan keringat dingin yang mebasahi wajah, Oliv berusaha untuk bertahan walau rasa sakit yang dirinya rasakan. "Van.... sakithh.." Lirihan itu selalu keluar dari mulut wanita itu.

Devan sudah bingung bagaimana untuk tetap tenang, padahal hatinya sangat teriris melihat OLiv yang berjuang tanpa ada nya suami disamping nya selama dirinya mengandung.

Satu tetesan mata tanpa sadar jatuh diatas kening Oliv, ya lelaki itu sudah tidak kuasa melihat istri sahabat ini berjuang selama ini dan dirinya baru sadar bagaimana besarnya seorang perempuan selama ini. "Liv lo kuat ya, kita tunggu sabar ya cantik."

Ucapan dan dorongan untuk tetap kuat pun selalu terucap oleh lelaki yang sedang mencium kening Oliv dengan air matanya yang membasahi pipinya.

Dilain sisi dalam ruangan yang penuh kekhawatiran akan menunggu waktu kelahiran dari seorang anak sahabatnya yang sedang koma ini, bagaimana bisa, selama mengandung selalu merasakan sakit dan harus menerima kenyataan bahwa suaminya koma dan sekarang?

wanita itu penuh dengan pengorbanan dan perjuangan selama ini, Karel yang berada disisi lelaki yang berbaring diatas ranjang dengan alat yang terpasang ditubuhnya, dengan tatapan yang sangat menyedihkan dan air mata yang membasahi pipinya.

Karel mendekat kekuping Alaska lalu berbisik. "Ka, lo kapan bangun ?"

"Anak lo, udah mau liat dunia ini, lo bangun sekarang ka." Mau bagaimanapun lelaki itu tetap tertidur dan tak membalas semua ocehan dari mereka yang berbicara kepadanya.

Acha mendekat pada suaminya itu, ya! setelah tiga bulan setelah kelulusan Acha dan Karel memutuskan untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius dan tidak seperti Devan yang harus kandas ditengah. "Kamu percuma ajak dia kek gitu, ga akan bangun."

Karel dengan tatapan yang sedih dan air mata yang belinang, menatap sang istri dengan lembut. "Semoga aku bisa merasakan apa yang harus nya Alaska rasakan ketika istrinya hamil."

Acha hanya menganggukkan kpalanya dan membawa sang suami kedalam dekapannya, salah satu anak Tander datang dengan wajah yang sangat panik. "Bang!!"

Karel melepaskan pelukannya dan menatap lelaki itu dengan wajah yang serius. "Ada apa?"

ALASKA MY HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang