Ch. 1

185 29 14
                                    

⚜️ JIYEON⚜️

Kami berdua mendekati kapal itu, terpampang besar lambang 'L' di bendera yang terkibar.

Aku menganalisa kapal itu. Merasakan seluk beluknya dibawah jari-jemariku.

Terasa beda. Ini adalah kapal pangeran miskin. Kapalnya lapuk dan bau, membuat hidungku berkerut saat membauinya.

Tapi tak masalah. Lagi pula, pangeran tetap pangeran.

Jieun tetap disisiku. Kami berenang bersamaan dengan kapal yang tengah membelah lautan itu. Kecepatannya stabil dan bisa kami tandingi dengan mudah.

Kami terus menanti. Hingga pangeran akhirnya melangkah ke geladak dan memandang lautan. Dia tak bisa melihat kami. Kami terlalu dekat dan berenang terlalu cepat.

Dari ombak dibelakang kapal, jieun menatapku dan menyiratkan pertanyaan. Aku pun tersenyum menatapnya sebagai jawaban iya.

Kami keluar dari buih dan membuka bibir. Kami bernyanyi dengan kekompakan sempurna dalam bahasa Midas, bahasa manusia paling umum dan dikuasai dengan baik oleh setiap siren. Kata-katanya tidak penting. Musiklah yang merayu mereka.

Suara kami menggema di angkasa dan bergulir kembali melalui angin. Kami bernyanyi seolah ada paduan suara bersama kami dan seiring naik turunnya melodi yang menghantui, lagu itu berpusar merasuki hati para kru sampai akhirnya kapal itu melambat dan berhenti.

"Ibu dengar itu?" tanya sang Pangeran. Suaranya melengking seolah-olah tidak sadarkan diri

Ratu berdiri disebelahnya, "menurutku itu bukan--"

Ucapannya terputus ketika melodi membelainya agar menyerah. Itu perintah, dan setiap manusia terdiam, dengan tubuh membeku dan mata mengamati laut.

Aku mengarahkan fokus kepada Pangeran dan bernyanyi lebih lembut. Dalam hitungan detik, matanya tertuju padaku.

"Ya Tuhan" ucapnya "Rupanya kau"

Pangeran itu tersenyum dan dari mata kirinya mengalir setetes air mata.

Aku berhenti bernyanyi dan suaraku berubah menjadi senandung lirih.

"Cintaku" kata sang pangeran, "Akhirnya aku menemukanmu"

Dia mencengkram tali panjat layar dan melangkah maju melewati bibir kapal, dadanya menempel dikayu, sebelah tangan terulur untuk menyentuhku.

Dari dekat mahkotanya menyerupai daun emas tipis yang kelihatannya sangat mudah patah. Dia tampak menyedihkan dan miskin.

Namun, wajahnya...

Wajahnya halus, dengan kulit mulus mirip kayu yang dipoles, dan mata coklat gelap memukau. Rambut lurus lembutnya berayun terkena kibaran angin.

Jieun benar, dia persis malaikat. Bahkan menakjubkan. Jantungnya akan jadi trofi yang hebat.

Disisinya ratu berkata, "kau sangat cantik" ucapnya sembari menatap lekat jieun

"Aku tak yakin bagaimana bisa aku pernah mengagumi kecantikan lainnya" kata ratu

Jieun tersenyum sembari menggapai sang Ratu, memanggilnya ke lautan.

Sang Kutukan Pangeran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang