Ch. 4

126 22 7
                                    

⚔️ SEHUN ⚔️


Kini, aku sedang menatap diriku di cermin.

Rambutku disisir rapi ke belakang, tidak ada pun noda di diriku. Aku mengenakan kemeja putih dengan kerah tinggi serta jaket emas gelap.

"Kau terlihat Perlente" ucap Eunji berdiri dibelakangku

"Perlente?" aku mengulang

"Tampan" jawab Eunji sambil bersedekap

"Apa aku biasanya tidak tampan?" tanyaku merapihkan kerah

"Kau biasanya tidak bersih"

Aku pun tersenyum masam, teringat ucapan adikku kemarin malam yang mencemooh tampilanku

"Dan kau kelihatan sama" ucapku pada eunji, "Tapi tanpa noda lumpur"

Segera saja dia menonjok bahuku dan mengikat rambutnya yang hitam, memamerkan tato khas Kleftes di pipinya.

Itu tanda untuk anak-anak yang diambil kapal budak dan dipaksa menjadi pembunuh bayaran. Sewaktu aku menemukannya, Eunji baru saja membeli kebebasannya dengan laras senjata.

Didekat ambang pintu, Kai dan Dongma menunggu. Seperti Eunji, mereka tak terlihat berbeda. Dongma dengan celana pendek, sedangkan Kai dengan tulang pipi tajam dan senyum yang diciptakan untuk mengelabui.

"Ikutlah dengan kami" ajak Kai

"Kau jauh lebih menyukai rumah minum daripada tempat ini" timpal Eunji

"Pesta ini diadakan untuk menghormatiku" kataku pada mereka, "Sangat tidak terhormat bila aku tidak muncul."

"Barangkali mereka tidak akan sadar" sahut Eunji

"Itu tidak menghibur" sahutku balik

"Biarkan pangeran menjadi seorang pangeran sekali ini. Lagi pula, aku butuh minum" ucap kai

Aku bertanya, apa yang dia bicarakan dengan adikku semalam

"Ya sudah kita tinggal dulu, bersenanglah" ucap Eunji dan aku angguki, mereka pun melangkah pergi.

🤴⚔️

Balairung bersinar seperti matahari, berkilau, dan berkelip disetiap tempat. Begitu terang hingga menyilaukan mata.

"Berapa lama kau berencana menapakkan kaki di darat?" tanya Chen, salah satu pejabat tertinggi kami. Dia tidak membosankan seperti pejabat lainnya.

"Hanya beberapa hari lagi" jawabku

"Benar-benar petualang!" ucap chen sambil meneguk minumannya, "Senang sekali masih muda, ya?"

"Benar sekali" istri Chen menyauti, dia tengah merapihkan bagian depan gaun zamrudnya

Aku tersenyum padanya, "kau bersinar lebih terang daripada tapestri manapun yang kami miliki"

Hampanya pujianku mudah dibaca, tapi Anna tetap saja membungkuk "Terimakasih, Tuanku"

"Sepertinya orang-orang sedang bergunjing" ucapku melihat sekeliling, sambil mengambil gelas dimeja

Sang Kutukan Pangeran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang