⚔️ SEHUN⚔️
Air berubah menjadi lumpur salju sewaktu Sahn berlabuh.Hawa dingin selalu hadir disini, dan dengan fajar yang mendekat cepat, udara hampir beku oleh absennya matahari yang segera datang.
Bagaimanapun, saat itu seterang pagi. Pantulan langit beku diair putih, dengan bercak lempengan es dan salju.
Jika pada tengah malam, langit tak begitu berubah daripada nuansa biru, dan tanahnya sendiri berfungsi sebagai lampu penunjuk jalan.
Salju memantulkan kelap-kelip abadi bintang.
Pagos.
Aku merasakan denyut kalung dijantungku begitu kami menapakkan kaki di salju.
Akhirnya, kristal itu berada dalam jangkauan.
Aku sudah memiliki kunci dan peta untuk menavigasi rute, dan hanya tersisa Jiyeon untuk memberitahuku rahasia mengenai ritual yang harus dilakukan.
Udara terasa dingin dikulitku, dan walaupun tanganku terbungkus sarung tangan tebal, aku tetap saja memasukan tanganku dalam saku.
Disini, angin menembus setiap lapisan, termasuk kulit.
Aku mengenakan mantel bulu sangat tebal sehingga melangkah rasanya seperti bekerja keras, memperlambat ku lebih daripada yang kuinginkan.
Dan meskipun aku tahu tidak ada ancaman penyerangan dalam waktu dekat, aku masih tak senang bila tidak siap seandainya terjadi serangan.
Hal itu membuatku gemetar lebih hebat daripada merasakan udara dingin ini.
Sewaktu aku menoleh ke Jiyeon, ujung rambutnya memutih oleh embun es,
"Usahakan jangan bernapas" kataku padanya, "Bisa-bisa mengeras dan tersangkut"
Jiyeon menaikkan tudung hingga menutupi kepalanya, "Kalau begitu kau sebaiknya berusaha untuk tidak bicara" balasnya
"Tidak ada yang menginginkan kata-kata mutiaramu diawetkan selamanya"
Jiyeon memakai mantel tebal yang adikku belikan sendiri untuknya saat kita masih di Cavyland, sebagai ganti atas pertolongan ucapnya.
Aku hampir tak bisa melihat mata Jiyeon dibawah gumpalan bulu mantelnya, tapi lengkungan senyum muramnya selalu hadir.
Walau begitu, tetap saja ada senyum geli penuh perhitungan seraya dia memikirkan ucapan selanjutnya.
Jiyeon menarik selarik es dari rambut, dengan acuh tak acuh,
"Kalau harga mutiara belakangan ini semahal itu, aku akan memastikan berinvestasi dalam bentuk berlian" ucapnya
"Ide yang bagus" balasku
Kai mengguncang lepas salju dari pedang dan menggerutu, "Kapan saja kalian berdua ingin berhenti membuatku mual, silahkan"
"Kalau kau cemburu, mending carilah perempuan" timpal eunji sedang menyarungkan senjatanya
"Bukan, tapi perempuanlah yang datang kepadaku" sahut kai
"Kalau maksudmu siren, aku akan senang hati menyetujuinya" balas Eunji
"Aku bersumpah, aku berada dalam misi hidup dan mati bersama sekumpulan bocah" komentar Dongma sambil mendesah lesu
Aku tertawa, lalu melihat krystal, dia tak banyak berbicara seperti biasanya.
"Disini sangat dingin" gumam krystal dibalik tudungnya, sambil mendekap merangkul lengan jiyeon
"Tunggulah sebentar lagi" ucapku
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Kutukan Pangeran [END]
FanfictionBukankah setiap putri layak mendapatkan seorang pangeran? Masalahnya, Jiyeon, Sang putri menginginkan banyak pangeran. Pangeran, untuk diambil jantungnya. Sebagai siren, Jiyeon yakin bahwa semakin banyak jantung manusia yang dikumpulkan, dia akan s...