⚜️ JIYEON ⚜️
Sehun mengajakku keluar, dan aku mengiyakan.Kini, kami sedang menatap bintang bersama.
Namun sehun, bukan hanya menatap bintang-bintang, tapi juga membayangkan mereka.
Dia menggambar mereka dalam benaknya, menciptakan cerita mengenai dewa-dewi, perang dan jiwa membara.
Atau memikirkan saat dia tiada, akankah dia menjadi bagian dari malam?
Semua ini diceritakannya kepadaku diketinggian Gunung Awan, dengan bulan, angin, dan kehampaan dunia didepan kami.
Awak kapal tengah tertidur, begitu juga dengan para putri.
Rasanya seantero dunia juga tertidur. Dan kami, hanya kami yang akhirnya terjaga.
"Aku belum pernah menunjukkan ini kepada siapa pun" kata sehun
Yang dimaksudkan bukan bintang-bintang, tapi caranya melihat mereka.
Mereka adalah rahasianya seperti lautan merupakan rahasiaku.
Mengapa anggota kerajaan sangat gemar membagi rahasia?
Ketika sehun membicarakan bintang-bintang, senyumnya secemerlang mereka.
Aku penasaran apa aku pernah memiliki ekspresi semacam itu.
Apa mataku berbinar saat aku memikirkan rumah?
"Menurutku banyak hal yang belum kau tunjukkan kepada siapapun" sahutku
Sehun menghela napas. Tangannya disamping tanganku,
"Aku membayangkan bahwa ketika aku menemukan kristal itu, aku akan merasakan sesuatu" ujarnya
"Penuh kemenangan?" tebakku
"Damai" jawab sehun, "Tapi saat kita sudah sangat dekat, aku malah merasakan hal yang bertolak belakang. Aku seperti ngeri menghadapi momen saat kita membuka kubah itu"
"Kenapa?" tanyaku
Sehun tidak menyahut, dan menurutku itu sudah cukup menjawab. Aku mengerti dirinya.
Terlepas dari segalanya, dia tidak ingin bertanggung jawab memusnahkan satu ras, tak peduli sejahat apa kami menurutnya.
Aku ingin memberitahunya, aku juga merasakan itu, kengerian yang berbaur dengan dorongan tanggung jawab.
Aku ingin memberitahu sehun bahwa tidak semua dari kami dilahirkan sebagai monster.
Mata Kedua Keto bisa menghancurkan salah satu dari kami, dan tak satupun dari kami yang tampaknya ingin menggunakan itu
Aku mempertimbangkan kembali gagasan untuk mengungkapkan kebenaran kepadanya.
Mungkin itu akan menggoyahkannya ke pihakku, seperti dia melakukannya padaku.
Tetapi gagasan itu lebih mirip dongeng daripada Mata, sebab jika aku memberitahu Sehun siapa aku, dia tak akan pernah menerimanya.
Aku bisa merasakannya ketika dia terus berbicara tentang Kutukan Pangeran.
Aku bisa saja berjanji aku telah berubah. Atau bukan berubah, melainkan kembali seperti sebelumnya.
Ke diriku yang dulu dan diriku yang seharusnya, seandainya jika tidak ada pengaruh dari Ibuku.
Rasa kemanusiaan ini mengubahku jauh lebih dalam, dibandingkan sirip berganti kaki, dan sisik berganti kulit.
Sekarang, didalam diriku aku sama berbedanya dengan penampilan luarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Kutukan Pangeran [END]
FanfictionBukankah setiap putri layak mendapatkan seorang pangeran? Masalahnya, Jiyeon, Sang putri menginginkan banyak pangeran. Pangeran, untuk diambil jantungnya. Sebagai siren, Jiyeon yakin bahwa semakin banyak jantung manusia yang dikumpulkan, dia akan s...