Ch. 41

76 27 32
                                    

⚜️ JIYEON ⚜️


Sehun pun segera menghujamkan pisau itu,

Tapi,

Tidak terjadi apa-apa.

Dan seharusnya aku senang saat itu gagal.

Darah dalam pisau sudah lama lenyap. Direguk dan diubah menjadi sihir.

Aku tahu itu, tapi aku memberi Sehun harapan, sebab itulah yang dilakukan pembohong kalau tidak ingin ketahuan.

Dan aku harus membuat mereka mengira aku percaya pisau itu akan berhasil.

Sebab apa lagi alasannya aku menunggu sampai saat ini untuk memberitahu mereka darah adalah kuncinya?

Aku harus membiarkan Sehun gagal supaya aku bisa berhasil.

Aku hanya harus menahan rasa bersalah dan tidak enak ini.

Jam demi jam berlalu, dan aku yakin sekarang pasti sudah malam.

Bagaimanapun, awak kapal duduk diruang-ruang kecil diluar kubah.

Mereka bertekad tidak akan pergi sampai menemukan cara membebaskan Mata.

Dan sekarang, aku berada dalam ruangan ini, kubah ini,

Aku berdiri dan menunduk menatap Mata Kedua Keto, selagi menggenggam belati ditanganku

Yang tertahan dalam air laut rumahku.

Dileherku, kalung cangkang berseru, mendambakan untuk bersatu lagi dengan lautan dahsyat yang menciptakannya.

Karena aku juga bisa merasakan itu. Tarikan konstan Diavolos yang menggapai untuk menarikku ke ombaknya

Aku mencengkram belati dan menggoreskannya cepat ditelapak tangan.

Aku tak peduli selagi darah meleleh menuruni lengan dan menetes ke Mata.

Tidak ada rasa pedih membakar atau dinginnya zat asam yang tak berakhir.

Rasanya hangat dan merah dan sangat manusiawi.

Akan tetapi, begitu menyentuh air, darah melarutkannya.

Puncak menara ambruk dengan sendirinya, meleleh membentuk bukaan yang cukup besar bagiku untuk bisa meraih kedalam.

Sekarang batu itu terlihat sangat kecil dalam genggamanku. Dan aku bisa merasakan kekuatannya mengaliriku.

Potensi untuk kebrutalan. Hampir berkorbar ditanganku.

Dan diikuti dengan perasaan ragu dalam diriku,

Lalu terdengar langkah kaki mendekat, aku langsung menoleh ke arah pintu

Terlihat bayangan disana, memunculkan sebuah siluet

"Jiyeon" panggilnya dengan suara kecil

Krystal,

aku pun berlari menuju pintu, kepadanya

"Sudah kau ambil?" tanya krystal dan aku mengangguk

Krystal ikut mengangguk, "Sekarang pergilah, para awak kapal sedang tertidur"

"Kalau kau bertemu sehun dan--" ucapanku segera terpotong

"Aku tahu, akan kutangani mereka" jawab krystal, "Kau fokus saja pada urusanmu" senyumnya

Aku memeluk krystal untuk terakhir kali,

Tapi sebelum sempat aku bergerak, pedang terbentang didepan wajahku,

Sang Kutukan Pangeran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang