Ch. 26

89 27 20
                                    

⚔️SEHUN⚔️


"Serang aku" titahku

~~

Jiyeon menyerbu dengan kekuatan cukup besar sehingga pedang kami beradu kencang. Bunyinya masih memantul lama setelah aku menjauh.

Jiyeon kembali menyerang, berulang-ulang, tanpa tujuan nyata selain mencelakakan dalam bentuk apapun.

Kesalahan menyesatkan yang dibuat semua amatir. Menyerang tanpa tujuan selain kematian.

"Tetapkan tujuan" kataku kepadanya sembari menangkis satu lagi upayanya

Napas jiyeon cepat dan berat, "Apa maksudnya?"

"Kau harus memutuskan apa yang akan kau inginkan. Apa yang bisa paling mencelakakan dan bagaimana caramu melakukannya. Kau harus berpikir sebelum menyerang"

Aku terus mendesak maju dan jiyeon mundur, kemudian dia melangkah ke arahku.

Kakinya menusuk dan menari digeladak. Memang tidak anggun, tapi sudah lebih baik. Setidaknya, dia cepat belajar.

Aku mengayunkan lengan kebawah menyerbunya, kali ini lebih keras. Menambah sedikit kekuatan seiring tiap hantaman, sampai aku bisa melihat lengannya goyah.

Persis ketika aku mengira pedangnya akan jatuh, dia berkelit ke samping dan menyodokkan siku kiri ke atas. Aku memblokir tepat waktu, hanya beberapa sentimeter sebelum hidungku patah.

Dia beradaptasi, memanfaatkan apa saja yang dimilikinya untuk menang. Itu mengagumkan seandainya tidak begitu licik.

Aku mendorong jiyeon menjauh,

Dia mengambil nafas sejenak, dan kemudian mengangkat pedang, mengisyaratkan agar aku melakukan hal yang sama. Dan aku sangat senang hati untuk menurutinya. Ternyata aku bisa juga membuatnya kesal.

Jiyeon menusukan pedang ke depan, mengincar jantungku. Aku melompat menghindar dan menghantamkan gagang pedang ke perutnya.

Jiyeon terhuyung mundur, tapi giginya digertakkan. Tidak ada jeritan atau tanda-tanda kesakitan kecuali kerlip bengis dimatanya.

Aku berniat berhenti, tapi aku tak memiliki kesempatan sebelum jiyeon menggempur lagi.

Dia melemparkan bobot tubuh dalam serangan berikutnya dan aku berjuang keras mengangkat pedang cukup cepat.

Serangannya tak terduga, dan aku butuh waktu agak terlalu lama untuk memprosesnya. Jiyeon pun melihat kesempatan itu.

Tinjunya berderak di pipiku

Sakitnya menusuk tapi hanya sekejap, dan jiyeon berkedip, terkejut pada dirinya sendiri, sebesar keterkejutanku karena dia memanfaatkan peluang itu.

Aku menendangkan kaki ke atas, membuat pedang jiyeon melayang melintasi geladak.

Dia berusaha meniru gerakanku, mengarahkan kaki tepat ke arah jantungku.

Namun dia tak bisa mempertahankan keseimbangannya. Begitu kakinya berada diudara, dia goyah.

Aku maju selangkah mendekat, meraihnya, entah kenapa.

Aku melingkarkan lenganku pada pinggangnya, menahannya.

Napasnya yang berat terdengar jelas olehku pada jarak yang sedekat ini, dan helaan nafas hangatnya terasa dikulitku

Sejenak, aku menyadari, bahwa daritadi aku menatap bibirnya.

Bersamaan dengan itu, jiyeon langsung saja mendorongku, dan menjauhkan diri.

Dia berjalan melewatiku, hendak memungut kembali senjatanya

Sang Kutukan Pangeran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang