Part 20

215 22 0
                                    

'Kalo cemburu tuh bilang! Jangan di pendam!'

°°°

Saat ini Dafa dan Laras sudah berada di atas motor menuju sekolah Laras. Laras mengeratkan pegangannya pada Dafa. Ia merasa takut karena tak biasanya Dafa membawa motor sekencang ini.

"Kakk, pelan-pelan bisa kan aku takuttt, " kata Laras sembari mengeratkan pelukannya sampai tanganya benar-benar melingkar pada perut Dafa.

Dafa tidak menanggapi omongan Laras. Ia masih saja menjalankan motornya dengan kecepatan yang diatas rata-rata.

"Kakk, denger aku ngomong gak sih!!!  Pelan-pelan aku takuttt, " kata Laras mengulangi kalimatnya tadi dengan suara yang lebih keras.

Dafa pun mulai memelankan laju motornya, karena ia tidak tega melihat Laras yang sudah hampir menangis karena ketakutan. Ia bisa melihat mata Laras yang mulai berair dari spion motornya.

"Maaf, " kata Dafa singkat dengan pandangan tetap kearah depan.

"Kak Dafa marah ya? Gara-gara aku pelukan sama Raka? Kak Dafa cemburu? " kata Laras mencoba menebak kenapa Dafa bersikap aneh pagi ini.

"Gak. "

"Dinginnya Kak Dafa udah balik ternyata, kirain bakalan ilang selamanya, " kata Laras dengan bibir yang cemberut karena merasa Dafa yang dingin sudah kembali.

"Maaf ya Kak, kalau emang Kak Dafa gak suka aku pelukan sama Raka tadi. Raka cuman minta maaf kok, udah itu doang," lanjut Laras mencoba menjelaskan apa yang terjadi agar Dafa tidak salah paham dengan dirinya. Laras kembali mengeratkan pelukannya, ia meletakkan dagunya pada bahu Dafa, melihat wajah cowok dingin itu dari samping, sembari tersenyum kearah Dafa.

"Gak usah ngelihatin saya kayak gitu," kata Dafa masih dengan nada dinginnya.

"Kenapa sih? Kakak makin ganteng deh kalau lagi cemburu, " kata Laras menggoda Dafa dan diakhiri dengan kekehan pelan.

"Saya gak cemburu. "

"Masakk. "

"Iya. "

"Gak percaya ah, orang tadi tiva-tiba langsung narik tangan aku hahaha."

"Saya gak suka aja kamu deket-deket lagu sama Raka. "

"Dih, Kakak siapanya aku? Pacar bukan, saudara bukan, jadi Kak Dafa gak ada hak buat ngelarang aku. "

Dafa merasa tertampar dengan kata-kata Laras. Benar saja Dafa bukan siapa-siapanya Laras, gak pantas rasanya ia bersikap seperti ini. Laras yang menyadari kalau ia salah dalam berbicara pun kembali menatao kearah Dafa yang sedang menatap lurus kearah jalan.

"Maaf, aku salah ngomong lagi ya? "

"Enggak kok kamu bener, saya memang bukan siapa-siapa kamu. "

Hening. Setelah percakapan itu keheningan terjadi diantara mereka. Laras memilih diam karena ia tak mau salah dalam berbicara lagi, sedangkan Dafa ia memang tidak tahu akan berbicara apalagi dengan Laras. Rasanya canggung itu kembali hadir saat Laras mengingatkan kalau mereka tidak ada hubungan apa-apa.

"Udah sampai nih, " kata Dafa ketika mereka sampai di gerbang sekolah Laras.

Laras pun turun dari motor dan mencoba melepaskan pengait pada helmnya, namun lagi-lagi ia kesusahan. Dafa pun kembali membatu Laras. Ia dengan telaten membukakan pengait helm itu. Menrapikan rambut Laras yang sempat berantakan karena helm yang ia pakai.

Laras terus saja menatap gerak-gerik Dafa. Matanya tidak pernah lepas dari wajah tegas Dafa. Tanpa ia sadari bibirnya tertarik keatas. Ia tersenyum kepada Dafa dan di balas senyuman juga oleh Dafa.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang