'Memaafkan memang tidak semudah mengucapkan kata maaf'
***
"Ekhem, yang udah baikan diem-diem baek, mana makan kagak ajak-ajak lagi," Sindir Sandra yang sudah berdiri di belakang Laras dan Dafa yang sedang menyantap buburnya. Sementara Gea ia juga berdiri di samping Sandra saat ini.
"Iya nih kita kan juga laper ye San, " Ucap Gea ikut menggoda Laras dan Dafa.
"Tinggal pesen apa susahnya sih?" Kini giliran Laras yang mengeluarkan suaranya juga, karena merasa kesal dengan godaan yang dilontarkan oleh kedua sahabatnya itu.
"Di traktir kan Kak?" Tanya Sandra memastikan kepada Kakaknya bahwa kali ini ia akan di traktir.
"Iya, pesen sana!" Perintah Dafa.
"Yesssh Kak Dafa baik deh! Kalo gitu aku pesen dulu ya kak, Ras. Loe mau gak Ge?"
"Maulah, samain aja kayak loe. "
"Oke siap, loe tunggu aja di sini gue mau ke abangnya."
"He, em."
"Ge, loe sama Raka gimana?" Tanya Dafa yang membuat Laras maupun Gea terkejut mendengar pertanyaan itu. Melihat ekspresi pacar dan sahabat dari pacarnya yang terkejut membuat Dafa kebingungan. Ia merasa ada yang salah dengan pertanyaannya kali ini dan sekarang ia takut kalau Laras akan marah lagi.
"Ras, kenapa? Ada yang salah ya?" tanya Dafa dengan hati-hati.
"Enggak kok Mas, cuman kaget aja kamu nanyain hubungan Gea sama Raka."
"kirain saya salah ngomong lagi. Nanti kamu marah lagi."
"Aku marah juga karena kamu gak jujur bilang kalau Sandra adik kamu."
"Lah, kamu kan gak nanya. Saya juga gak tahu kalau kamu sama adik saya sahabatan, Sandra ataupun kamu gak pernah cerita."
"Ya maaf."
"Nggak papa kok, kalau kamu gak cemburu malah bikin saya khawatir."
"Kok gitu?"
"Ya kalau kamu gak cemburu berarti kamu gak cinta dong sama saya."
"Apaan sih!"
"Ge, gak mau pindah tempat duduk aja? Eneg lama-lama di sini ngelihat es batu bisa bucin," ujar Sandra yang baru saja duduk dan mendengar percakapan Laras dan Dafa.
"Gue udah biasa sih San, kayaknya juga gue kena karma deh."
"Karma apaan?"
"Karma karena gue dulu juga bucin-bucinan depan Laras dan sekarang gue ngerasain apa yang Laras rasain. Itupun gak seberapa karena di sini posisinya gue gak ada rasa sama Kak Dafa, sedangkan Laras dia punya rasa buat Raka saat itu pasti sakit banget ya Ras?" tanya Gea diakhiri dengan suara yang mengecil dan sedikit parau seperti hendak menangis.
"Sakit sih pasti ya Ge, gue gak mau munafik juga tapi itu udah masa lalu. Masa depan gue sekarang sama Mas Dafa dan dari dulu juga Raka cuman cintanya sama loe! Raka cuman nganggep gue sebagai sahabat gak lebih, guenya aja yang berharap sama dia. Jadi please loe mau kan maafin Raka? Loe aja bisa maafin gue, masak loe gak bisa maafin Raka? Bukannya di sini yang paling salah itu gue ya? Gue yang udah nyimpan perasaan ke pacar sahabat gue sendiri, jadi please maafin Raka ya? Dia gak salah! Gak ada yang salah dalam persoalan ini, ini semua karena ego kita masing-masing aja, jadi please loe mau kan maafin Raka?" ujar Laras dengan air mata yang mulai jatuh.
Gea sudah tidak bisa lagi membendung air matanya, air matanya sudah jatuh saat Laras mulai bicara tadi. Ia merasa paling bersalah dalam hal ini, ia merasa sudah merebut Raka dari Laras. Hal itu yang membuatnya susah untuk bisa menerima Raka kembali, karena ia selalu dihantui rasa bersalahnya.
"Gue, udah maafin Raka kok Ge. Tapi untuk kembali sama Raka gue rasa gue butuh waktu untuk itu," Jelas Gea dengan suara paraunya.
"Gue paham kok Ge, gue sama Sandra akan selalu ada buat loe dan loe gak boleh nyalahin diri loe sendiri. Ini bukan salah loe, loe gak ngerebut Raka dari gue karena dari awal gue sama Raka cuman sahabat gak lebih. Jadi please jangan salahin diri loe ya?" Ujar Laras sembari berjalan memutari meja dan memeluk Gea erat. Gea pun membalas pelukan itu dengan sama eratnya.
"Makasih ya Ras, maafin guee."
"Loe gak salah! Gak perlu minta maaf ya. Gue sayang sama loe Ge, gue mau loe bahagia sama Raka. Gue sayang kalian berdua. Gue tahu kalian juga masih saling mencintai, tapi ego kalian masih sama-sama tinggi, jadi please tenangin diri loe dan pikirin semua ini baik-baik ya."
"Iya, pasti."
"Udah ih nangis-nangisannya, gue jadi ikut sedih ini," Kata Sandra sembari ikut memeluk kedua sahabatnya itu.
"He, em udah kok nih udah senyum lihat," Kata Laras mencoba mencairkan suasana lagi.
"Nah gitu kan cantik calon kakak iparku."
"Duh calon adik ipar bisa aja."
Gea hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu sembari menghapus air matanya.
"Ekhem, sarapannya bisa dilanjutkan?'' kata Dafa dengan nada dinginnya.
" Eh, bisa sayang bisa. Maaf yaa."
"Sayang terossss."
"Iri bilang karyawan."
"Dihh awas aja ntar di balas kalau gue dah ada pacar."
"Cepetan gih cari."
"Kenapa gak sama Kak Aldo aja Ras?" Celetuk Gea membuat semuanya kaget.
"Boleh tuh hahaha."
"Ogah ah ya kali ntar gue jadi kakak ipar sekaligus adik ipar sama Laras, kasihan anak kita bingung ntar hahaha."
"Bener juga sih."
"Udah-udah makan dulu bisa kan?"
"Iya Mas iya."
Akhirnya mereka melanjutkan sarapan mereka yang sempat terhenti tadi. Selesai makan Laras dan Dafa langsung pulang sedangkan Gea dan Sandra masih ingin jalan-jalan di taman dulu katanya. Akhirnya mereka pun berpisah dan Dafa mengantarkan Laras pulang dengan menaiki taksi karena dia memang belum kuat untuk membawa motor atau mobil sendiri.
"Gak papa kan naik taksi?" Tanya Dafa ketika sudah berada di dalam taksi.
"Gak papa Mas, dari pada jalan kaki kan?"
"Bener juga kamu."
"Btw Mas nanti siap-siap ya kalau Kak Aldo marah sama kamu, soalnya kemarin pas aku mergokin kamu sama Sandra itu, aku lagi barengan sama Kak Aldo. Jadi bisa dipastikan dia bakal marah sama kamu."
"Iyaa tenang aja bisa aku atasi kok."
"Makasih ya mas, maaf udah banyak salah sama kamu."
"Sama-sama sayang, " Ujar Dafa sembari menarik Laras kedalam pelukannya dengan kepala Laras yang bersandar pada dada bidang milik Dafa.
_________ _____________ _________
Mohon maaf untuk pembaca setia rumit saya ngilangnya terlalu lama. Semoga masih ada yang membaca cerita ini yaa.
Mohon doanya senin depan aku pertama kali UAS offline semoga diberikan kelancaram dan nilai yang bagus, mohon doanya teman-teman.Salam manis dari epuuttt🖤

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Fiksi Remaja"Move on bukan tentang melupakan, tapi tentang mengikhlaskan seseorang untuk pergi dari kehidupan kita. " -Laras Diandra Pradita "Aku yang salah, maaf sudah memanfaatkanmu untuk bisa lebih dekat dengannya. " -Raka Adhityakara "Perasaan memang tak...