Part 23

223 33 7
                                    

'Cukup kamu, kamulah orangnya'

ΔΔΔ

"Rass...." panggil seseorang dari arah belakang Laras.

Laras menoleh dan begitu terkejutnya ia melihat seseorang yang sekarang sedang berdiri di depan pintu kamarnya yang sudah terbuka.

Laras hanya diam mematung ditempatnya. Ia masih tak percaya kalau Dafa, lelaki yang membuat dunianya jungkir balik itu saat ini benar-benar ada di depannya. Dengan cepat ia mencubit pipinya, memastikan kalau kalau dirinya sedang tidak bermimpi saat ini.

"Aaaaw, " teriaknya pelan.

"Ini bukan mimpi? Ini nyata? Kak Dafa datang? "

Berulang kali pertanyaan itu berputar dalam pikirannya. Laras menatap lurus tepat pada bola mata lelaki itu. Mata yang selama ini ia rindukan kini kembali datang? Apakah Laras harus senang? Atau harus marah? Di satu sisi ia senang Dafa kembali tapi di satu sisi ia juga marah kepada Dafa yang hilang tanpa kabar.

Dafa yang melihat Laras tidak ada pergerakan pun akhirnya mulai melangkah masuk ke dalam kamar Laras dengan bantuan kreg di tangan kanannya. Ia berjalan pelan kearah Laras mencoba mendekati gadis yang selama ini ia rindukan.

"Rass, " panggil Dafa ketika ia sudah berdiri tepat di hadapan Laras yang saat ini berada di bawahnya, karena posisi Laras yang sedang duduk di jendela balkon kamarnya.

Laras yang melihat Dafa kini berada tepat di depannya. Ia melihat kearah kaki Dafa yang masih terbalut perban dan kreg yang berada di tangan kanannya, ia menengok kearah atas untuk melihat wajah lelaki itu yang tengah tersenyum kearahnya.

Laras akhirnya berdiri, ia berhambur memeluk Dafa erat, menyalurkan rasa rindunya yang teramat dalam kepada lelaki itu. Seharusnya ia marah saat ini karena Dafa yang menghilang tanpa kabar selama 3 bulan. Namun ternyata rasa rindunya berhasil mengalahkan kemarahannya. Ia manangis dalam pelukan lelaki itu, menumpahkan segala perasaan khawatirnya.

"Kak, Ka kak ke ma na aja? Ka ki ka kak kenapa? Hiks hiks," ujar Laras dengan suara yang tersedat-sedat karena tangisnya.

"Saya gak papa kok, saya sudah sembuh, " jawab Dafa pelan dengan tangan yang terus mengelus kepala Laras dan sesekali mengecup singkat puncak kepala gadis itu.

Laras melepaskan pelukannya. Menatap dalam ke arah mata Dafa. Mereka saling menyalami keindahan mata masing-masing. Mata mereka saling memancarkan kerinduan yang teramat dalam. Ya mereka saling rindu dan itu tergambar jelas di sana.

"Jangan bohong! Kakak hutang banyak cerita sama aku! Pokoknya Kak Dafa harus ceritain semuanya!" ujar Laras dengan nada marah .

Bukannya takut Dafa malah tertawa mendengar ucapan Laras yang seperti sedang marah itu, namun bagi Dafa hal itu malah membuat Laras semakin terlihat menggemaskan di mata Dafa.

"Kok malah ketawa? Aku serius yaa Kak," kata Laras diakhiri dengan mengerucutkan bibirnya.

"Muka kamu gemesin kalo lagi marah."

"Haha gak lucu! Cerita gak! " ucap Laras semakin geram dengan tingkah lelaki di depannya ini. Dafa hanya tersenyum menanggapi tingkah Laras ini, namun akhirnya ia mengangguk untuk mengiyakan ucapan Laras barusan.

"Yaudah ayo. "

"Iya, tapi di luar jangan di kamar kamu gak enak sama Tante Emi, sama Aldo juga. Nanti di kiranya saya ngapa-ngapain anaknya lagi kalo kelamaan di kamar kamu, " ujar Dafa diakhiri dengan senyuman jahilnya yang berhasil membuat pipi Latas memerah karena malu.

"Apaansih," ucap Laras yang salting dengan godaan Dafa tadi.

"Yaudah ayo keluar, " lanjut Laras sembari menarik tangan Dafa untuk diajaknya keluar dari kamar.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang