Part 16

217 23 0
                                    

'Melupakan memang tak semudah jatuh cinta'

°°°

Senja di sore hari telah tiba, menghampiri Laras yang tengah menatap duduk termenung di dekat jendela kamarnya sembari menatap ke arah senja yang kali ini begitu indah. Warnanya jingga dengan semburat merah muda menambah kesan indah pada senja di sore ini.

Memorinya melayang mengingat beberapa tahun yang lalu ia juga melihat senja seperti ini. Persis di posisi ini, namun bedanya dulu ia berdua bersama Raka, kalau sekarang ia hanya sendiri tanpa sahabatnya itu lagi.

"Rak, kenapa sih gue susah banget buat move on dari loe? Padahal ada banyak cowok yang berusaha ngedeketin gue, tapi kenapa perasaan gue ke loe itu belum juga tergantikan?" kata Laras bermonolog pada dirinya sendiri atas apa yang ia rasakan saat ini.

"Gue pengen move on Rak, gue gak mau ngerusak hubungan loe sama Gea. Gue gak mau hubungan gue sama Gea berantakan saat dia tahu kalau gue nyimpen perasaan ke loe! "

"Pelet apa sih yang loe kasih ke gueee."

"Gue benci Rak sama perasaan ini, benciiiiiii. "

Laras terus saja mengeluarkan isi hatinya yang sudah lama ia pendam. Entah karena apa saat ini ia hanya ingin mengeluarkan segala keluh kesahnya. Laras lelah dengan perasaan ini. Laras ingin menghapus segala hal tentang Raka. Tapi entah mengapa sulit sekali untuk ia lakukan.

Setiap ia berusaha melupakan Raka, bayangan tentang Raka malah semakin terputar di memorinya. Jujur ia rindu, namun ia tak berhak untuk itu. Raka Adityakara adalah pacar dari Gea Sabrina sahabatnya sendiri. Air mata Laras sudah tak bisa ia bendung lagi, ia menangis sejadi-jadinya malam ini. Menumpahkan segala rasa sakit hatinya pada malam yang baru saja menghampiri.

"Loe jahat Rak, tapi kenapa gue gak bisa benci sama loe? "

"Gue benci sama diri gue sendiri Rak, gue benci karena gue terus aja mikirin loe! "

"Gue benci karena gue masih aja cinta sama loe!!! "

Laras terus saja bermonolog. Ia tak menyadari kalau ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya dan mendengar semua keluh kesah Laras.

"Udah selesai berkeluh kesahnya? "

Laras menengok kearah sumber suara. Dilihatnya Dafa tengah berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Kak Dafaa, " panggil Laras sembari menghapus air mata yang masih tersisa di pipi chubbynya.

Dafa melangkah mendekat ke arah Laras. Ia duduk tepat di samping Laras. Menatap kearah langit yang sudah mulai gelap. Laras hanya memperhatikan tingkah Dafa tanpa bertanya sedikit pun. Namun melihat Dafa yang hanya diam saja, ia memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.

"Kakak kok bisa di sini? Ini kamar aku lho."

"Gak boleh kalau saya disini? Saya sudah ijin kok sama Mama dan Kakak kamu, katanya saya boleh nemuin anaknya di kamar. "

"Boleh kok, tapi Kakak ngapain ke sini?"

"Tadinya mau jenguk kamu."

"Aku udah gak papa kok Kak, gak usah repot-repot."

"Iya, saya tahu kok fisik kamu sudah baik-baik saja sepertinya. Tapi hati kamu masih perlu di sembuhkan."

"Maksudnya? "

"Maaf Saya gak sengaja dengar semua keluh kesah kamu tadi."

"Gak papa kok Kak," Jawab Laras singkat sembari menundukan kepalanya.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang