'Jangan terlalu perhatian, aku takut jatuh terlalu dalam'
°°°
"Motor loe udah bener kan Ras? " tanya Aldo sembari menyuapkan sepotong roti kedalam mulutnya. Ya mereka tengah berada di meja makan pagi ini.
"Udah kok Kak, tenang aja adikmu ini gak akan mengganggumu pacaran sama BEM," ucap Laras dengan nada meledek. Sementara Aldo hanya mendengus kesal mendengar jawaban adiknya.
Ia terkadang bingung dengan sikap Laras yang begitu cemburu dengan kesibukannya di BEM. Aneh saja menurutnya, masa iya cemburu sama organisasi? Bagaimana kalo dia ada pacar nanti? Lebih dari ini kayaknya. Waktu pertama kali ia terpilih menjadi ketua BEM Laras bahkan pernah bilang,
"Aku tuh cemburu sama laptop Kakak dan BEM itu, gara-gara mereka perhatian Kakak ke aku jadi berkurang."
Saat mengingat kata-kata itu Aldo selalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Manja sekali adiknya ini pikirnya.
"Yaudah, Ma, Pa, Kak. Laras berangkat ya? " pamit Laras sembari mencium punggung tangan Mama, Papa, dan Kakaknya secara bergantian.
"Iya, hati-hati ya Nak, " balas Papanya.
"Siap Pa. "
"Hati-hati Ras, jangan ngrbut-ngebut," ucap Aldo.
"Siap Kak."
Setelah itu Laras melangkahkan kakinya menuju ke depan rumahnya. Saat ia membuka pintu, ia terkejut dengan kehadiran Dafa yang berada tepat di depannya saat ini.
"Kak Dafa? Kakak ngapain ke sini? Oh nyariin Kak Aldo ya? Bentar aku panggilin ya, " ucap Laras bergegas masuk kembali ke dalam rumah untuk memanggil Aldo.
Namun belum sampai tiga langkah ia berjalan, tangannya sudah dicekal oleh Dafa. Laras pun menoleh sembari mengangkat alisnya seolah bertanya 'Apa?'.
"Gue mau jemput loe! " ucap Dafa singkat.
"Eh gak.... " belum sempat Laras menjawab Dafa sudah menyelanya omongannya lagi.
"Dan gue gak terima penolakan," ucapnya lalu menggandeng tangan Laras membawanya ke arah motornya lalu memakaikan helm ke kepala Laras tak lupa mengaitkan pengaitnya.
Laras yang melihat tingkah Dafa hanya bisa pasrah tanpa melawan, toh jika ia melawan juga tak ada gunanya.
"Ayo naik!"perintah Dafa dan hanya di beri anggukan oleh Laras sebagai jawaban.
Mereka akhirnya berangkat menuju sekolah Laras. Setelah beberapa menit perjalanan yang hanya diiringi keheningan akhirnya mereka sampai juga di SMA PELITA NUSA.
Laras kemudian turun dari motornya. Tanpa di duga Dafa dengan sigap membukakan pengait helm Laras, Laras pun hanya diam memperhatikan gerak-gerik Dafa.
Sedangkan Dafa yang merasa diperhatikan pun menoleh ke arah Laras, mata mereka kembali bertemu. Mata yang sampai hari ini adalah candu bagi Dafa.
Mata indah itu selalu menjadi titik dimana ia ingin berhenti selamanya disana. Beberapa menit tak ada pergerakan dari mereka sampai akhirnya suara Gea memecahkan adegan saling tatap menatap itu.
"Laras," panggil Gea lalu berdiri di samping Laras.
Dafa pun langsung melepaskan helm Laras, menaruhnya pada tempat yang seharusnya. Laras yang sedikit gugup tak menggubris panggilan Gea, ia hanya fokus pada tingkah lelaki didepannya ini.
Ia merasa aneh dengan kelakuan Dafa dari kemarin. Ia bingung apa yang sedang ia lakukan sebenarnya. Apakah Dafa mencoba mendekatinya? Ah tapi mana mungkin pikirnya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Ficção Adolescente"Move on bukan tentang melupakan, tapi tentang mengikhlaskan seseorang untuk pergi dari kehidupan kita. " -Laras Diandra Pradita "Aku yang salah, maaf sudah memanfaatkanmu untuk bisa lebih dekat dengannya. " -Raka Adhityakara "Perasaan memang tak...