31|Homesick

175 35 12
                                    

"And then I knew, that you could become homesick for me"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"And then I knew, that you could become homesick for me"

Windy_

Hari  libur semester datang begitu saja, tak sadar sudah berjalan 1 pekan dan aku masih betah melukis wajahnya didalam imajinasiku. Terhitung 1 bulan sejak perjumpaan terakhir kami. Dia menghilang tanpa jejak, entah apa kabarnya disuatu sudut bumi yang lain.

Satu pekan ini, orang-orang  terus memaksaku untu keluar dari zona amanku dibalik pintu kamar yang terkunci. Namun, tak sedetik dan tak selangkahpun aku ingin keluar dari tempat ini, aku masih betah melukisnya dalam berbagai imajinasiku yang kuciptakan sendiri, kurasa aku benar-benar sudah gila, tak ada kewarasan dalam diriku.

Aku mulai berimajinasi, lantas perlahan dia mulai terasa seperti kampung halaman yang dirindukan, inginkembali namun terlalu jauh untuk bisa disinggahi.

Drttt... kutoleh kepalaku dengan malas, seperti biasa panggilan telepon yang mungkin dari Jinan atau dari Kak Sihan, hanya mereka yang selama sepekan ini terus menghubungiku tiap saat meski mereka tahu aku tak akan menjawab panggilan mereka.

Beberapa hari lalu bahkan Jinan menghampiriku ke rumah, kak Sihan pun begitu. Namun saat ini aku benar-benar ingin menenggelamkan diriku dalam imajinasiku sendiri, aku tak ingin seorangpun mengacau dan menyadarkanku bahwa semuanya hanya imajinasi belaka.

Drttt.. panggilan telepon dari kak Sihan, tapi lagi-lagi ku abaikan.

Setelah beberapa kali berdering, ponsel itu kembali diam membisu. Sunyi senyap tanpa deringan apapun.

Tok..tok... lagi-lagi, suara ketukan pintu kamarku.

"Ada surat buat lo, gue selipin dipintu yah dek" itu suara kak Irish, dia tahu aku tak ingin diganggu, karena itulah ia memilih untuk tidak masuk ke dalam.

"Gue gatau lo kenapa, tapi kalau mau cerita lo bebas dek cerita kapanpun. Lo tahu kan? gue selalu dipihak lo" lanjutnya lagi setelah tak mendengar jawaban apapun dariku.

Aku sadar, sikapku yang kekanakan sudah banyak membuat banyak orang jadi hawatir, mau bagaimana, satu-satunya yang butuhkan saat ini mencari jalan keluar dari semua imajinasiku. Mungkin akubutuh beberapa hari lagi untuk kembali seceria biasanya, yah..kurasa sebentar lagi aku akan menemukan jalan keluar dari imajinasi tak berguna ini.

"Win!...." kudengar suara yang tak asing memanggil namaku dari luar jendela.

"Windy!, gue tahu lo didalam" itu suara kak Sihan, entah apa yang ingin dia katakan. Akhir-akhir ini dia terlalu ikut campur dengan hidupku, padahal aku tahu bahwa dia sendiri punya masalah hati yang perlu dituntaskan.

"Lo harus baca surat gue Wind, ini tentang Dion" sontak aku bangkit begitu mendengar kak Sihan menyebut satu nama yang akhir-akhir nongkrong di pikiranku.

Tanpa babibu, aku lantas menyabet surat yang tergelatak di ambang pintu kamarku, lalu aku buka perlahan.

"Lo harus baca Win, gue tunggu" teriakan kak Sihan kembali terdengar, bahkan belum sempat teriakannya usai, tahu-tahu aku sudah berada di luar rumah dengan celana pendek dan kaos oblong, ditambah lagi rambut yang acak-acakan. Isi surat itu membuat pikiranku tak karuan hingga membuatku lari dengan tergesa-gesa melompati anak tangga, bahkan tak perduli aku akan jatuh atau tidak.

Mr Psychopath & Me😈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang