14|Singing in the Rain

241 57 19
                                    

"Saat hujan enggan berhenti, petikan gitarmu semakin mengalun jadi satu dengan suara ku, menciptakan satu harmoni bernama nyaman"

🥀

**Windy**

Kubuka perlahan mataku, cahaya redup tertangkap oleh retina mataku, kulirik selimut yang menutupi tubuhku lantas kusadari bahwa tempatku berada bukanlah kamarku melainkan kamar milik Kak Dion.

Kulirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku dan betapa terkejutnya aku bahwa jam sudah menunjukkan pukul 18 : 00, itu artinya aku tertidur cukup lama. Dan yang paling mengejutkan adalah hujan belum juga reda.

Dengan langkah cepat aku berlari ke arah ruang tengah kak Dion, lantas menyalakan ponselku yang dayanya telah terisi penuh.

"Mampus!" Pekikku begitu mendapati 100 panggilan tak terjawab dari Kak Irish.

"Kenapa?" Kutolehkan kepalaku pada kak Dion yang sibuk menata piring di atas meja pantry nya.

Drttttt ku beri isyarat pada kak Dion untuk diam karena ada panggilan masuk dari kakakku.

"Halo kak..." jawabku ragu, rasa takut mengerayangiku.

"Ya Ampun Windy, kamu kemana aja? Hp gak aktif dari tadi. Kakak tanyain Jinan juga kamu gak sama dia. Mana hujan lagi" gerutu kakakku dibalik panggilan telepon. Aku tahu pasti saat ini kakakku khawatir, mana dia lagi hamil dan dirumah cuma berdua sama art. Aku paham sekali bagaimana perasaannya sekarang.

"Sorry kak, hp Windy mati. Tapi kakak gak usah khawatir. Windy lagi di tempat temen. Ntar kalau ujan reda Windy langsung pulang. Suer deh" ucapku memasang simbol peace dengan kedua jariku.

"Bukan itu masalahnya, hp kamu mati. Kakak kan jadi panik, mana mas Juna  lagi gak ada. Kakak kira kamu ada apa apa diluar." Suara kakak terdengar parau. Sepertinya ia khawatir sekali, suaranya terdengar habis menangis.

"Sorry banget kak. Windy gak apa apa kok. Windy baik-baik aja, aman" ucapku meyakinkan.

"Kakak mau teleponin kamu taksi, tapi kakak malah makin takut. Kakak gamau kejadian itu terulang lagi" suaranya parau. Kali ini sepertinya kakakku menangis.

Kakak trauma dengan taksi, dulu dia pernah diculik sopir taksi, dan jadi phobia. Tentu saja dia jadi over protektif padaku, dan tak pernah mengizinkanmu naik taksi. Apalagi kami tinggal berjauhan dengan orang tua kami. Tentu saja itu semakin membuat kakak khawatir.

"Gak kak, Windy aman. Percaya deh. Abis ujan, Windy langsung pulang" ucapku lagi, dengan nada lebih meyakinkan.

Kakak Diam, sepertinya sulit untuk percaya padaku.

"Sini biar gue yang ngomong" tiba-tiba saja kak Dion meminta ponselku untuk bicara pada kak Irish.

Kuberikan ponselku padanya, berharap kekhawatiran kak Irish mereda.

"Halo kak, ini saya Dion. Senior Windy yang waktu itu nganterin dia pulang." Ucapnya memperkenalkan. Kakakku tahu tentang kak Dion yang tempo hari mengantarku pulang.

Kakak juga tahu kalau kak Dion ketua BEM di Kampus.

"Oh iya kak, jangan khawatir. Setelah hujan reda Windy nya langsung saya anterin, aman pokoknya." Ucap Kak Dion dengan raut wajahnya yang tetap tenang.

Mr Psychopath & Me😈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang