15|Terjebak

254 53 23
                                    

"Perasaan adalah salah satu hal yang tak bisa dipaksakan, apapun alasannya"

🥀

Satu minggu berlalu sejak Windy bertandang ke apartemen milik Dion. Tak ada hal yang spesial yang terjadi dalam satu minggu ini selain Windy yang makin akrab dengan sahabat-sahabat Dion sedangkan Dion masih tak tersentuh seperti biasa.

Tak gampang menaklukkan Dion. Butuh waktu, kesabaran dan perjuangan keras untuk mendapatkan perhatiannya.

Apalagi akhir akhir ini Dion jarang terlihat karena jadwal kuliahnya yang berbeda jauh dari Windy, bukan hanya jarang bertemu, berpapasan saja sudah sulit.

Ingin rasanya Windy menelpon dan mengirimkan pesan pada cowok itu, namun ia sulit menemukan alasan yang tepat. Dan lagi ia tak bisa menjadikan tugas perancangannya sebagai alasan, karena Dion tahu bahwa Sihan yang membantunya mengerjakan tugas.

"Gak ketemu lagi hari ini?" Ucap Sihan menatap Windy lekat.

Cewek itu menggeleng, lantas mencebik. Sihan hanya tertawa melihat tingkah Windy yang seakan sedang nerajuk karena tak bertemu dengan Dion dimanapun.

"Maklum ketua BEM, sibuk. Tadi aja abis kelas langsung ke ruangan rektor. Lagian festival tahunan sisa beberapa hari lagi, jadi wajar Dion jadi sibuk kesetanan."  Ucap Sihan lantas menepuk nepuk pundak Windy untuk memberinya semangat.

"Oh iya aku lupa" celetuk Windy tiba-tiba teringat sesuatu.

"Kenapa?" Sihan mengernyit.

"Jinan titip salam, katanya kak Sihan gak pernah bales wa nya" ucapnya menyampaikan pesan sahabat tercintanya meski dia sendiri tengah dirundung kegalauan yang diakibatkan oleh Dion.

"Ya elah, kirain apaan"  Sihan memutar bola matanya malas. Membahas Jinan adalah pembahasan paling membosankan.

Ia tahu bahwa cewek bernama Jinan itu tertarik padanya, namun Sihan sendiri sama sekali tak menganggapnya lebih dari seorang adik kecil.

"Lagian kenapa sih nolak Jinan, dia tuh udah cantik, tinggi, pinter, asik lagi anaknya." Windy protes karena Sihan menolak sahabat tercintanya.

"Gak boleh kalo sama Jinan" ucapnya pelan.

"Kenapa gak boleh? Karena dia adiknya bang Kenan?" Windy protes lagi. Pokoknya berbicara dengan cewek cerewet macam Windy, pertanyaanya gak bakalan ada habisnya.

"Bukan itu alasannya, pokoknya gak boleh aja. Lagian kamu tahu kenapa sampai hari ini aku gak bisa buka hati buat cewek lain" jawab Sihan ngotot. Ekspresi wajahnya berubah jadi kesal.

"Ah iya juga yah. Lagian move on ajalah. Udah lewat berapa tahun tanpa kabar, kenapa masih bertahan sih?" Gerutu Windy tak habis pikir dengan sikap denial Sihan pada semua cewek yang mendekatinya.

"Gak segampang itu Windy... apapun alasannya, perasaan itu bukan hal yang gampang di rubah. Apalagi ada kenangan yang buat perasaan itu tetap stuck di tempat. Orang boleh berubah Win, tapi gak dengan kenangan"  Sisi glomy Sihan muncul lagi.

Entah kenapa setiap kali membahas masalah hati dengan Windy, Sihan selalu berubah jadi glomy seketika.

Mungkin karena Windy sosok yang lembut dan memahami posisi Sihan, cowok itu jadi lebih terbuka tentang perasaannya tiap kali curhat pada cewek itu.

🥀

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mr Psychopath & Me😈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang