35| Angin Laut

142 34 12
                                    

WINDY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WINDY

•••

Sudah beberapa hari ini aku terus menemukan diriku yang menjauh dari kak Dion. Jujur saja, sulit untuk bertatap muka dengannya sejak pengakuanku malam itu. Setiap kali ada kak Dion, aku selalu mencari cara agar tak bertatap muka dengannya bahkan meski kami makan di satu meja pun, aku seringkali makan dengan cepat demi menghindari darinya.

Pembicaraan kami malam itu tentang sepenggal kisah dari masa lalunya terlintas dalam pikiranku. Dari penuturan kak Dion tentang Ayu malam itu membuatku sadar betapa berartinya cewek itu dalam hidup kak Dion. Meskipun bukan cinta, tapi aku yakin akan satu hal bahwa saat itu Ayu adalah sandaran ternyaman yang kak Dion miliki.

Meski kak Dion tak pernah menceritakan dirinya pada Ayu seperti yang ia lakukan padaku akhir-akhir ini, tapi terlihat jelas bahwa Ayu punya satu tempat istimewa dalam kehidupan masa lalu kak Dion, karena itulah hingga saat ini ia masih terus bersikap hangat seperti yang dulu ia lakukan pada Ayu.

Mendengar kisah tentang Ayu saja membuat nyaliku menciut. Aku tak ada apa-apanya dibandingkan Ayu. Aku hanya orang baru yang datang dalam kehidupan kak Dion, menjadi benalu yang terus menerus merepotkan kesehariannya, kenyataan pahit itu membuatku semakin takut untuk berharap, pengakuanku malam itu mejadi momok menakutkan bagiku, aku tidak penasaran lagi dengan jawaban kak Dion, dengan rentang waktu yang cukup lama seperti ini sudah mampu menghadirkan alasan baginya untuk menolakku. Cepat atau lambat hari dimana kak Dion menolakku dengan tegas pasti akan tiba juga.

Namun tampaknya jauh di lubuk hatiku, aku menginginkan sesuatu yang lebih dari hubungan kami saat ini, aku ingin memilikinya untuk diriku, berat untuk terus mengabaikan kata hatiku disaat segalanya sudah terlalu jelas, aku menyukainya, lebih dari yang bisa aku bayangkan

"Ayu hebat yah?" cetusku, pahit rasanya ditenggorokan untuk mengakui hal itu, tapi disaat bersamaan harus ku akui bahwa posisi Ayu dalam hidup kak Dion masih lebih unggul daripada orang asing sepertiku

"Iya hebat, tapi lo lebih hebat" aku sontak menoleh, mendapati kak Dion dengan senyumnya yang mengambang dan tengah menatap dengan binar mata penuh kekaguman ke arahku, apa artinya tatapan itu? Aku sungguh tak bisa menebak.

"Lo hebat, lo senyum dikit aja dunia sekitar lo langsung cerah" dia hanya memuji, dan itu bukan pujian khusus, dan aku sudah sering mendengar hal semacam itu. Jelas saja posisiku dan Ayu masih tetap sama, Ayu vaksinnya dan aku virusnya.

"Kok lo gak keliatan happy gitu, gue barusan memuji loh, gak sadar yah kalau lagi dipuji?" tatapan bodoh itu lagi, maksudku bukan tatapannya yang bodoh, tapi tatapan matanya yang seolah-olah membuatku terlihat seperti orang bloon.

"Makasih loh, aku udah bosan denger pujian yang sama mulu" ucapku memutar bola matakku malas.

"Berarti gue punya sense yang sama sama semua orang, kalau lo bisa buat dunia sekeliling lo jadi bersinar cuma karena secuil senyum lo" ya setidaknya aku bisa mendengar kalimat semacam itu keluar dari mulutnya, ini termasuk momen langka yang patut aku abadikan dalam memoriku, bahwa si cowok dingin sedang berkata-kata manis tentang diriku.

Mr Psychopath & Me😈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang