"Ekhem...lo serius mau keluar pake rok sependek itu? Kita motoran loh" Dion mengalihkan arah pandanganya karena ia tak ingin merendahkan harga diri Windy yang saat ini mengenakan rok mini.
Sejujurnya itu bukan style Windy, itu arahan dari penata stylis nya, Jinan. Cewek itu bilang agar di kencan pertama harus terlihat manis dan tampil beda karena biasanya di kampus Windy tampil boyish.
"Aneh yah?"ditatapnya penampilannya yang ia rasa baik-baik saja meski terlihat sedikit lebih fiminim dari Windy yang biasanya.
"Banget!" tegas Dion yang sontak membuat Windy ngacir masuk rumah. Cowok itu aslinya tidak bermaksud menghina penampilan Windy. Hanya saja ia tak menemukan rangkaian kata yang tepat untuk menjelaskan detail bahwa ia sebenarnya tak ingin Windy jadi pusat perhatian dari mata para buaya akibat Rok Pendeknya.
Itu terlalu frontal untuk ia ucapkan dan lagi Dion tipe cowok yang tidak akan pernah mau terlihat perhatian, padahal sebenarnya yang ia ucapkan ke Windy adalah bentuk dari rasa khawatir berlebihannya.
Lantas setelah beberapa saat Windy muncul dengan setelan favoritnya, Hodiee berwarna Hitam untuk menghalau tubuh mungilnya dari udara dingin dan tentu saja celana Jeans dan totebag putih, serta sneakers hitam yang menjadi andalanya, Simple, anti ribet, khas seorang Windy yang pada akhirnya mengundang seutas garis simpul melengkung samar disudut bibir Dion.
"Yeah That's Windy" teriakan dalam benak Dion seolah hampir saja mengudara.
"Ayo berangkat" Ajak Windy penuh antusiasme. Tentu saja cewek itu akanbersemangat. Ini pertama kalinya ia jalan dengan cowok kulkas 1000 pintu di akhir pekan, terlebih cowok itu yang lebih dulu berinisiatif.
Ia mungkin tak boleh senang dulu, ini masih permulaan dari sebuah Kencan yang orang-orang maksudkan. Sebut saja ini pemanasan sebelum berlari di atas tread mill bernama Dion Winata, mungkin saja usai "kencan" di akhir pekan menjadi titik balik dari hubungan mereka yang tidak jelas itu.
setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, sekitar 30 menitan ,Motor ninja kesayangan Dion tiba di parkiran sebuah gedung yang tampak sepi pengunjung, mungkin karena ini masih pagi.
"Lo pernah kesini?" ucap Dion meraih helm dari tangan Windy dan lantas meletakannya di kedua spion ninja kesayangannya.
Pun Windy, cewek itu hanya menggeleng. Ia tak tahu pemandangan seperti apa yang akan disajikan gedung itu
"Ini galeri seni punyanya salah satu lulusan kampus kita" tukas Dion menjelaskan dengan sukarela.
Pantas saja masih sepi, siapa juga orang kurang kerjaan yang ke galeri seni di pagi buta saat weekend, apalagi untuk kencan selain seseorang seperti Dion Winata, pikir Windy.
Ini pertama kalinya Windy ke galeri seni, meski ia tak tahu apa ia akan menyukainya. Namun karena Dion yang membawanya kemari, sepertinya tak akan mengecewakan karena selera Dion selalu berkelas, maklum Dion levelnya beda jauh sama para buaya kampus.
Galeri seluas kurang lebih 3 hektar itu cukup membuat Windy takjub. Dalam bayangannya galeri hanya berupa satu bagunan yang cukup besar dan hanya ada pajangan lukisan macam-macam. tapi ditanah seluas itu, ada cukup banyak hal yang bisa dipelajari.
"Aku tahu alasan kak Dion ngajak ke sini" pekik Windy, matanya masih sibuk menelisik tiap-tiap karya epik yang terpajang di setiap sudut yang mampu tertangkap spot pandangnya.
"Apa?" Dion yang tadinya terfokus pada sesuatu malah berbalik menatap Windy yang tengah serius, ia terganggu dengan setiap ucapan Windy, bahkan hembusan napas cewek itu seringkali membuatnya kehilangan fokus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Psychopath & Me😈
FanfictionPertemuan antara si Ceria Windy dan si cowok dingin bernama Dion. Bagaikan Kopi dan es yang bersatu dalam satu cangkir, hangatnya kopi melelehkan es yang menjadikan mereka satu. Begitulah Windy yang perlahan menyatu dalam kehidupan membosankan Dion...