1 |Bertemu

780 82 29
                                    

Kring kring...

Deru Alarm yang memekakan telinga bergema di setiap sudut kamarku.

"Windy.....Wake Up! Ntar dimarahin panitia ospek tahu rasa lu"

Teriakan khas kak Iris, kakak kandung yang tinggal bersamaku. Bisa di bilang sebenarnya akulah yang menumpang di rumahnya.

"Apaan sih kak...udah bangun juga gue, berisik amat" cercaku yang baru saja keluar dari kamar mandi sembari membenarkan letak bathrobe ku.

"Gua kira masih ngebo! Kalo udah siap buruan turun. Ntar biar dianterin Mas Juna." Ucapnya menghela napas. Lalu kembali keluar dari kamarku.

Namaku Agatha Windy anak bungsu dari dua bersaudara. Kakak perempuanku namanya Agatha Irish.

Kak Irish baru saja menikah beberapa bulan lalu dengan pacarnya Juna Mahesa dan akhirnya di boyong ke Bandung tempat Mas Juna lahir.

Aku yang akhirnya berhasil diterima di salah satu universitas teknik kenamaan di Indonsia pun tinggal bersama kakak dan Iparku Mas Juna.

Kami hanya tinggal bertiga dan terkadang asisten rumah tangga sesekali datang jika Kak Irish sedang sibuk di klinik nya.

Rasanya aku seolah tinggal dengan orang tuaku. Kak Irish dan Mas Juna benar-benar memperlakukan aku seperti anak sendiri.

Sudah dulu cerita tentang mereka.

Hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya karena ini adalah awal perjalanan ku sebagai The second Zaha Hadid.

Jika kalian tak tahu siapa itu Zaha Hadid. Dia adalah Idolaku. Dia bukanlah penyanyi atau Idol Kpop yang digandrungi teman teman sebayaku.

Dia adalah arsitek wanita pertama yang menciptakan banyak bangunan indah dan menyabet banyak penghargaan bergengsi karena keterampilannya.

Dia lah yang membuat tekatku begitu kuat berkecimpung dalam ranah ini, meski keluargaku semuanya adalah Dokter.

Meski berkali - kali ayahku membujuk agar aku meneruskan jejaknya sebagai dokter spesialis jantung dan mengambil alih rumah sakit. Aku tetap saja bersikukuh.

Kak Irish pun sempat mendesakku. Ia bersikap seperti itu karena tak ingin mengambil alih rumah sakit milik ayah dan memilih untuk membuka kliniknya sendiri.

Lagi lagi aku bercerita terlalu panjang. Intinya ini hari pertama ku jadi mahasiswa.

Aku tak ingin telat dan di maki oleh senior senior galak seperti yang sering kak Irish ceritakan padaku.

"Sini Win duduk." Pinta Mas Juna saat melihatku mengintip dari balik pintu dapur.

"Kak Irish mana Mas?" Tanyaku menarik kursi yang berada tak jauh dari dari tempat kakak Iparku berada.

"Di kamar mandi." Ucapnya. Lalu menyodorkan selai kacang ke hadapanku.

"Mas Juna kok tumben jam segini masih di rumah, biasanya kan udah berangkat." Ucapku pada Mas Juna dengan mulut yang dipenuhi roti.

"Abisin dulu itu makanannya dek. Gak sopan" celetuk kak Irish yang baru saja datang dari arah belakang.

"Kenapa? Kamu gasuka liat Mas pagi pagi di rumah Win?" Goda Mas Juna, sembari menuangkan susu di gelas Istrinya, Bucin.

"Bukan gitu Mas.. Windy heran aja. Biasanya kan jam segini udah ngantor. Aneh aja Mas Juna jam segini masih di rumah." Jalasku.

"Soalnya rapat harian di hapus, jadi Mas gaperlu tuh pagi buta ke Kantor." Tukas Mas Juna.

Mr Psychopath & Me😈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang