21| Wish You were here

224 54 24
                                    

*Dion*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Dion*

Setelah pertengkaran gue dengan Parka entah sejak kapan kita jadi bicara seperti biasa. Mungkin sejak panggung musik akustik di malam festival tempo hari. Gue tahu Parka mendiamkan gue karena dia berusaha meredakan amarahnya. Gue gak ada pikiran buat minta maaf lebih dulu atas kemarahan Parka, karena gue merasa yang gue lakukan gak salah sama sekali.

Tapi mungkin malam itu adalah satu bagian dari sekian banyak rencana Tuhan agar hubungan gue dan Parka normal kembali. Tiba-tiba saja malam itu Nayna pingsan karena kelelahan yang menyebabkan Sihan dan Kenan akhirnya maksa gue buat gantiin Nayna nemenin Parka buat penampilan akustiknya.

Gue gak menolak sama sekali, gue turuti karena mungkin dengan cara itu Parka bisa bersikap biasa lagi ke gue. Dan benar saja, usai festival pun sikap Parka normal lagi seperti biasa meski gue yakin banyak hal yang mungkin masih cowok itu pendam tentang gue.

Bahkan beberapa hari setelah festival berlalu, Parka ikut serta nganterin gue ke Bandara untuk flight ke Jepang. Dan disinilah Gue di hotel tempat gue menginap yang tepatnya ada di Tokyo, dan baru saja tiba.

Setelah tiba di Tokyo rasanya sedikit beda, mungkin karena gue berada di tempat yang bukan diwilayah teritori gue. Atau mungkin saja gue sedikit rindu dengan suasana apartemen gue yang nyaman dan tenang.

Meski besok gue harus bangun pagi-pagi buat persiapan Sayembara, tapi nyatanya gak mudah buat memejamkan mata.

Pun gue raih ponsel gue yang mungkin saja bisa membius gue untuk segera terlelap. Gue buka lama instagram yang udah lama gak gue update. Jujur saja, gue bukan tipe yang terlalu suka dengan kehidupan media sosial, pun gue update laman instagram gue paling isinya hanya kegiatan kampus atau pemandangan indah yang gak sengaja gue temui pas gue flight ke luar negeri atau ke luar kota.

Tatapan gue lurus ke luar balkon, Jepang sedang berada di penghujung musim gugur dan besok sudah mulai memasuki musim dingin, mungkin bakal turun salju juga. Gue pun berjalan keluar, berdiri di balkon dengan selimut membungkus tubuh gue, karena gue bukan seseorang yang kebal dengan udara dingin meski gue udah lama tinggal dan menetap di Bandung.

Membuka kamera ponsel gue, lantas mengabadikan satu foto ketika bulan sabit tampak sejajar dengan puncak Shibuya Tower. Gue suka fotografi, dan ketika gue mengabadikan satu foto berarti menurut gue view nya indah banget. Tapi satu hal yang gak pernah masuk ke dalam mata kamera gue, yaitu potret seseorang.

Karena menurut gue, gak ada gunanya mengabadikan foto seseorang jika suatu saat orang itu akan pergi. Gue gak ingin perasaan gue lemah begitu seseorang meninggalkan gue dan hanya lembaran foto yang tersisa dari pertemuan kita, karena itulah gue gak mau mengabadikan siapapun dalam jepretan kamera gue.

Akhirnya setelah satu foto yang gue ambil, gue putuskan untuk memperbaharui lama instagram gue tanpa caption apapun. Dan tak lama setelah itu banyak notifikasi like dan komentar yang tertaut di foto yang baru saja gue update. Lantas mata gue terpaku pada satu username yang menurut gue gak asing memberikan satu like pada postingan gue.

Mr Psychopath & Me😈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang