Soulmate
By : Yoora KinSebenarnya Karina kapok sejak terakhir kali diajak Tiffany bertemu. Tapi dia masih ingin bertemu Ibunya itu. Dia hanya seorang anak yang tidak bisa membenci Ibunya. Dia sangat menyukai Ibunya. Untunglah kali ini Tiffany tidak melanggar janjinya lagi.
Karina tidak bisa menghilangkan senyumnya. Setelah makan siang Tiffany mengajaknya shopping. Karina menggandeng tangan Ibunya memasuki banyak toko. Bahkan dua bodyguard yang mengikuti mereka kemana-mana tangannya sudah penuh dengan tas belanjaan.
"Kamu udah tahu mau kuliah jurusan apa ?", tanya Tiffany.
Mereka sedang perawatan di salon langganan Tiffany.
"Masih bingung Ma", jawab Karina.
"Menurut Mama, kamu bagusnya kuliah bisnis kan kamu satu-satunya penerus Papa kamu. Nggak mungkin kan dia kasi perusahaan ke anak tiri. Atau nggak kamu ngambil hukum jadi lawyer kayak Mama", usul Tiffany.
Karina bungkam. Tadinya dia ingin memberitahu minatnya. Dia tertarik menjadi model setelah beberapa kali mendapat tawaran beberapa agency model. Kalau kuliah, dia berniat mengambil fashion designer tapi mendengarkan keinginan Tiffany membuatnya mengubur semua keinginannya.
"Oh yah Mama udah sempat ngomong sama Papa kamu lewat telepon. Kita udah putusin kamu kuliah di luar negeri"
Karina terkejut mendengar keinginan orangtuanya. Luar negeri ? ini keterlaluan. Dia tidak menginginkannya.
"Ma... nggak perluh sampe keluar negeri aku..."
"Kenapa ? kan kamu pintar. Banyak orang yang mau ke luar negeri tapi nggak bisa karena nggak mampu. Seharusnya kamu seneng kamu bisa", potong Tiffany membuat Karina memilih diam. Percuma. Sejak kapan Mama nya itu peduli tentang pendapatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Seharian Karina menghabiskan waktu dengan Tiffany pergi ke banyak tempat. Dia senang tapi ada banyak pikiran yang memenuhi otaknya. Tiffany masih di rumah berbincang dengan Yoona saat Karina menyelinap keluar.
Dia pergi dengan motor Jaemin. Si pemilik motor sedang mengurung diri dengan alasan belajar untuk remidi. Dia sedang dihukum tidak boleh keluar rumah kecuali ke sekolah oleh Mami dan Papi. Tapi jangan percaya jika pemuda itu benar-benar belajar. Dia sibuk dengan game online. Karina bahkan bisa mendengar suara Jeno dari HP Jaemin. Sepertinya mereka bermain bersama. Dia bahkan tidak sadar saat Karina masuk dan mengambil kunci motornya.
Motor itu berhenti di depan sebuah gedung apartemen sederhana tidak mewah. Setelah memarkirkan motor Jaemin dia melangkah masuk ke lobby dan menuju lift. Menghela nafas berat. Tidak percaya kakinya selalu saja membawanya ke tempat itu.
Tujuannya adalah rooftop gedung itu. Dirinya langsung disambut pemandangan malam kota Seoul.
"Aku nggak percaya ketemu kamu disini"
Karina menoleh ke asal suara. Disana seorang pemuda yang tersenyum ke arahnya. Dia membuang rokoknya lalu berjalan mendekati Karina. Membuka jaketnya dan memakaikannya ke gadis itu. Karina tidak sempat memakai jaket saat keluar tadi.
"Jangan begini Hyun !", Karina menolak perlakuan Hyunjin. Yah, pemuda itu Hyunjin.
"Kenapa ? takut baper lagi ? belum move on ?", goda Hyunjin membuat Karina memutar matanya jengah. "Pake ! sekali ini aja", sambung Hyunjin.
"Ngapain lo kesini ?", tanya Karina.
"Mantan aku yang kasi tahu kalo lagi banyak pikiran atau badmood tempat ini paling cocok buat tenangin diri", jawab Hyunjin tersenyum menatap pemandangan di depan mereka.
Tanpa perluh ditanya. Maksudnya Karina. Itu sebabnya Karina juga ada disitu.
"Kenapa ? ada masalah lagi di rumah lo ?", tanya Karina.
"Ibu bawa selingkuhannya lagi ke rumah", jawab Hyunjin. Dia masih tersenyum tapi ada kesedihan dalam tatapannya. "Kalau kamu ? Berantem sama Jeno ?"
"Bukan ! gue cuma kangen tempat ini", jawab Karina.
Keduanya diam tenggelam dalam pikiran masing-masing. Jika saja hubungan mereka masih seperti dulu mungkin suasananya akan sedikit berbeda. Sekarang seperti ada tembok pembatas di antara mereka.
"Hmmm aku mau nanya dari dulu ke kamu. Kenapa tempat ini ?", tanya Hyunjin membuat Karina tersenyum.
"Gue punya banyak kenangan indah disini. Masa kecil"
"Di gedung ini ?", Hyunjin tidak percaya. Yang dia tahu Karina berasal dari keluarga berada.
Karina mengangguk. Ingatan masa kecilnya kembali memutar di kepalanya.
"Dulu orangtua gue bukan siapa-siapa. Papa cuma pengusaha kecil yang berusaha nyari investor. Mama ? dia pengacara yang belum punya banyak pengalaman atau koneksi. Gue saksi gimana mereka memulai dari 0", jawab Karina. Hyunjin diam mendengar cerita masa kecil Karina. "Dulu hal kecil pun sangat berarti. Kami bahagia tanpa kue atau hadiah, cukup ucapan di hari ulangtahun. Sekarang gue bahkan mendapat seluruh isi toko untuk hadiah ulangtahun tapi rasanya hambar", lanjut Karina.
"Itu bukan salah kamu !", ucap Hyunjin.
"Yah, itu pilihan mereka. Gue ngerti...", ucap Karina. Matanya mulai berkaca-kaca. "Gue selalu berusaha mengerti, Hyun ! tapi kenapa ? mereka nggak sekali pun mengerti perasaan gue ?"
Air matanya akhirnya jatuh. Karina memang sangat lemah. Hatinya sangat lembut. Sekuat apapun dia menahannya tetap saja ada satu titik ketika dia akan meledak.
Hyunjin mengabaikan tembok hubungan mereka dan menarik Karina ke pelukannya. Soal Karina yang mungkin mengomelinya. Itu urusan nanti. Dia hanya ingin memeluk gadis itu saat ini. Menenangkannya. Pungung kecilnya bergetar dalam pelukan Hyunjin.
Saat tangisnya mereda Karina mendorong pelan Hyunjin melepaskan diri dari dekapan pemuda itu.
"Ekhem... Kar ?"
Karina kembali menoleh setelah mengusap air matanya. "Aku terima kalo emang hubungan kita udah nggak bisa kayak dulu. Tapi aku cuma mau kamu jangan jauhi aku lagi. Aku nggak keberatan kita temenan bukan pacaran", ucap Hyunjin agak memohon.
"Gue takut, gue yang kenapa-kenapa. Gue nggak bisa nyakitin Jeno", batin Karina.
"Tapi semuanya ada batasan Hyun ! gue nggak mau Jeno salah paham soal kita", jawab Karina kembali menatap pemandangan malam kota Seoul.
"Sejak dulu aku selalu iri karena Jeno bisa dapat perhatian kamu bahkan saat kamu itu pacar aku. Dan sekarang, aku ngerti ! Dia lebih pantas buat kamu", ucap Hyunjin masih menatap Karina.
"Yah, Jeno itu baik sampai gue takut nyakitin dia"
Hyunjin tersenyum miris menatap Karina. Setiap kata yang didengarnya jelas Karina tidak ingin memberi Hyunjin kesempatan lagi. Kesempatannya sudah lama habis. Menyesal. Itu sudah terlambat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction(Complete) Adakah yang percaya tentang Soulmate ? Percaya manusia berpasangan memiliki satu jiwa yang terbagi dalam dua fisik berbeda. Ditakdirkan saling melengkapi. Yoora Kin 2021