#31 A Warm Hug

679 83 0
                                    

Soulmate
By : Yoora Kin







Sempat ragu. Tapi dirinya penasaran. Akhirnya membuka isi flashdisk. Isinya lumayan banyak. Folder berisi dokumen dan video.

Matanya semakin menyipit fokus membaca salah satu dokumen yang jelas adalah diagnosis dokter atas nama Karina. Rahangnya mengeras tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Mungkin dokternya salah.

Dia memberanikan diri memutar satu video. Penglihatannya langsung menangkap sosok Karina yang tampak sedang duduk menatap keluar Jendela.

"Karina. Apa yang kamu masih sering marah ? Apa yang terjadi kemarin"

"Dokter, aku bukan orang baik lagi. Yangyang juga takut padaku", ucapnya tanpa ekspresi.

"Karina, kamu orang baik. Kamu tidak bermaksud melukai siapa pun. Benarkah ?"

Jeno yang sejak tadi menyimak ikut terkejut ketika Karina tiba-tiba menatap Kamera. Tangannya dengan cepat memukul kamera itu hingga roboh menyorot ke langit-langit.

"Sudah aku katakan ! jangan merekam ! apa kalian tuli ? ingin menjadikanku bahan tertawaan kalian ? kenapa, huh ?"

Meski tidak terekam hanya suaranya. Jeno mendengar suara orang-orang panik dan Karina yang mengamuk. Wanita dalam video jelas Karina tapi Jeno sendiri seakan tidak mengenal sosok dalam video itu.

Jeno mengusap wajahnya frustasi. Dia masih tidak percaya setelah melihat video bahkan diagnosis psikiater. Tapi dia mengerti maksud Jaemin dan Jaehyun.

"Don't even think about leaving me! You're driving me crazy so you have to take responsibility for that !"

Ingatan itu menghampirinya. Keadaan ini seakan menunjukannya maksud perkataan Karina waktu itu.

"Aku bersalah ! Maafkan aku ! Aku menyakitimu sangat dalam", gumamnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Karina terbangun dari mimpinya. Mimpi yang sama. Mimpi dia membunuh Lee Jeno di depan rumahnya.

Tubuhnya dipenuhi keringat dan nafasnya tidak beraturan. Tangannya mengobrak-abrik laci nakas mencari obatnya.

"Shit !", umpatnya mendapati botol obatnya kosong. Dia memang mengkonsumsi banyak akhir-akhir ini karena mimpinya.

Dia sangat kesal. Melampiaskan amarahnya ke semua benda di kamarnya. Dalam sekejap kamar itu berubah sangat berantakan. Meringkuk di lantai samping tempat tidurnya. Tidak sekali pun matanya terpejam hingga pagi tiba. Sesekali dia menjambak rambutnya dan kembali mengamuk. Kesal dan takut. Dua emosi yang mendominasinya kali ini.

Kakinya berjalan pelan menuju balkon. Tidak peduli menginjak serpihan pecahan perabotan yang berserakan di lantai melukai kakinya. Tatapannya kosong seakan jiwanya tidak ada. Hanya berjalan lurus.

Ceklek...

Sinar matahari membuat matanya silau ketika membuka pintu balkon dan keluar dari kamarnya. Matanya kembali menatap halaman rumahnya. Menatap tempat yang ada dalam mimpinya.

"Lee Jeno", lirihnya lagi. "Aku nggak boleh nyakitin kamu. Aku orang jahat !", air matanya mulai mengalir keluar.

Kaki dan tangannya bergerak menaiki pembatas balkon. Berdiri di atas pembatas tipis dengan kaki terluka. Menutup matanya merasakan hangatnya sinar matahari. Sejenak ingatan hangatnya pelukan Lee Jeno membuatnya tersenyum sekilas. Senyuman pertamanya dalam tujuh tahun. Ingatan bagaimana bahagianya dulu saat bersama Lee Jeno.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang