#23 LDR

567 80 2
                                    

Soulmate
By : Yoora Kin







Suara deringan telepon mendominasi ruangan yang masih gelap meski di luar sudah sangat terang akibat tirai yang masih tertutup rapat. Ini sudah yang kelima kalinya deringan itu berbunyi hingga akhirnya tidur si tuan kamar terusik. Masih dengan mata tertutup, tangannya bergerak acak mencari benda pipih sumber kebisingan di kamarnya.

Seulas senyum terbit di wajahnya mendengar omelan di seberang sambungan telepon. Mungkin orang akan menganggapnya tidak waras karena malah tersenyum mendapat omelan.

"Iya, sayang. Aku bangun !", ucapnya dengan suara serak khas baru bangun.

Lee Jeno. Pemuda itu mengakhiri panggilan dengan Karina karena harus mandi. Setelah berpakaian dia berjalan keluar menuju ruang makan yang sudah sepi. Pasalnya orangtuanya sudah sarapan duluan. Ini sudah jam 9 pagi. Salahkan dirinya bangun kesiangan.

Sambil menuang susu ke mangkuk berisi sereal, sesekali dia melirik layar HP yang sedang menunggu videocall nya dijawab Karina. Dia kembali tersenyum setelah layar HP nya menampilkan Karina dari samping. Dia tampak serius dengan layar laptop.

"Makanya main game ingat waktu. Kesiangan kan !", omel Karina melirik sebentar ke layar HP nya.

"Aku perhatiin pacar aku makin cantik"

"Nggak usah ganti topik deh !"

"Kamu sih ngomel mulu. Ngalah-ngalahin
Bunda", ucap Jeno agak merengek.

Pletak...

Jeno menoleh mendapati Bundanya sudah ada di belakangnya. "Eh Bunda !", ucap Jeno tersenyum sok innocent.

"Hai Bunda !"

"Hai cantik ! aduh mantu bunda, apa kabar sayang ?", Iren mengambil alih HP Jeno membuat Jeno kesal. Kan niatnya dia ingin sarapan ditemani Karina meski hanya dengan videocall.

"Udah puas ngomong sama Bunda ? Mau matiin sekarang ? kamu kan sibuk ngerjain tugas", kesal Jeno membuat Karina tersenyum gemas dengan tingkah kekanak-kanakan Jeno. Bisa-bisanya dia cemburu dengan Bundanya sendiri.

"Kan ngomong sama anak ganteng Bunda belum selesai. Masih kangen pacar akuuuu", goda Karina membuat Jeno tersenyum.

"Aku juga kangen kamu", ucap Jeno. Kalo saja Karina ada bersamanya Jeno pasti sudah memeluk gadis itu erat. "Tunggu aku disana. Jangan terlalu sibuk bikin tugas sampai lupa makan lagi ! aku nggak suka kamu sakit lagi sayang"

Karina tersenyum dan mengangguk mendengarkan nasehat Jeno nya. Yah, minggu lalu Karina sempat sakit karena sering lupa makan dan juga stress karena tugasnya yang menumpuk. Jeno panik mengingat Karina sendirian disana. Untungnya ada Johnny yang langsung datang dari Chicago ke LA setelah mendengar adiknya sakit.

"Mana bisa aku lupa makan. Johnny oppa masih disini kalo kamu lupa. Bukan tiga kali sehari lagi tapi lima kali sehari. Bisa-bisa aku gendut, ntar nggak cantik lagi dong !", Karina merengek mengaduh seperti anak kecil.

"Hahaha... kan bangus ! biar makin gemesin, chuby-chuby gitu", goda Jeno.

"Aku serius sayaaaangg !"

"Aku juga serius. Aku nggak masalah kamu mau gendut atau nggak. Tetap aja cantik buat aku sayang !"

"Cih, makin pinter yah kamu ngomongnya"

Rasanya memang tidak sehangat dulu saat mereka bisa berbicara langsung. Tapi keduanya tetap senang karena perasaan mereka masih sama. Tidak ada yang berubah malah semakin saling merindukan tidak sabar saat akhirnya mereka akan bertemu lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jeno merengangkan otot-ototnya juga memijat kepalanya yang terasa berat. Duduk berjam-jam menatap rumus dan mendengarkan penjelasan tutor lebih melelahkan daripada mendorong motornya dari rumah ke sekolah. Ini membuatnya hampir gila.

Disaat teman-temannya sibuk kuliah. Dia memilih memperbaiki nilainya dan mengikuti ujian masuk universitas tahun berikutnya demi menyusul Karina. Sungguh dia sedang berjuang demi cintanya. Ayah-Bundanya sampai terharu melihat perjuangan putra mereka. Begitupun Karina yang selalu setia memberi dukungan dari jauh. Merasa bersalah pada Jeno tapi itu keputusan kekasihnya.

Kelasnya sudah berakhir saat berpindah ke kantor Ayahnya. Selagi belajar di tempat les. Dia juga membantu di kantor Ayahnya. Yah masuk hitungan belajar tentang bisnis. Dia kan sudah bertekad untuk menjadi pria hebat agar tidak ada yang bisa meremehkannya lagi.

"Ekhemm... permisi ! ini untuk oppa", seorang siswi SMA yang sepertinya juga mengambil kelas di tempat les itu menyodorkan sebuah kotak hadiah.

Ini bukan pertama kalinya. Sudah sering. Wajarlah ! visualnya memang sangat menarik. Jeno jadi membayangkan bagaimana reaksi Karina jika tahu dia sepopuler itu. Mungkin pacarnya itu akan menyuruhnya pindah ke  tempat lain.

"Bisa lihat ini !", Jeno menunjukan wallpaper HPnya yang jelas fotonya dan Karina. "Cantik kan ? pacar gue !", ucap Jeno dengan nada dinginnya sebelum akhirnya pergi begitu saja.

Dalam perjalanan bahkan setelah sampai di kantor Ayahnya ada yang menganggu pikirannya tiba-tiba. Karina nya juga cantik. Pasti banyak yang mendekati gadis itu. Dia tiba-tiba cemas.

"Jadi menurut kamu gimana, Lee Jeno ?", tanya Donghae ke Putranya. Keduanya sedang membahas proyek baru.

"Hmmm Karina kan baperan", gumamnya pelan tapi masih sedikit terdengar Donghae.

"Siapa yang baperan ?"

"Eh, bukan kok yah ! gimana tadi yah ?", Jeno gelagapan setelah mendapat tatapan tajam Ayahnya.

"Susah emang kalo udah bucin yah ! pikiran terbang ke LA terus", sindir Donghae membuat Jeno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jangan lupa senyum kikuknya !

"Tapi, Yah ! aku lagi kepikiran. Pasti banyak yang deketin Karina disana. Kan pacar aku cantik, Yah !", curhat Jeno.

"Katanya dia nggak doyan bule kan !"

"Yah, iya. Tapi kan disana nggak mungkin kalo nggak ada orang Asia juga"

"Emang Karina tipe yang suka selingkuh ?"

"Nggak sih ! tapi takut aja gitu"

"Dasar setiap hubungan itu adalah percaya dan jujur. Apalagi kayak kalian yang LDR ! kamu percaya dia nggak mungkin selingkuh dan sebaliknya. Terus kalian juga saling jujur. Kayak sekarang, kamu jujur ke Karina. Kamu takut dia selingkuh biar nggak ada yang simpan buah busuk", nasehat Donghae bijak membuat Jeno terkesima. Ternyata Ayahnya tahu banyak soal percintaan. Pantas saja Bundanya yang sedingin es kutub selatan bisa meleleh ditangan Ayahnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jeno tersenyum mendapati pesan dari Karina. Dia ingin menghubungi Karina tapi di LA seharusnya masih subuh. Karina pasti sedang tidur. Perbedaan waktu satu-satunya yang menjadi masalah mereka karena tidak bisa selalu menghubungi jika ingin. Ditambah jadwal aktivitas masing-masing.

Jeno menghela nafas menatap tumpukan buku di atas meja belajarnya. Dia bahkan belum menyentuh garis start. Hubungan mereka masih berada di ujung tanduk. Tidak tahu kapan akan tertangkap Yunho.

"Gue nggak boleh berhenti setelah mulai !", ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.tbc

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang