16

52 9 0
                                    

Chapter Filler

Malam harinya seperti biasa, Jungwon memutuskan ke taman berharap Sunghoon dan Heeseung ada di sana melakukkan rutinitas mereka bertiga. Jungwon tiba lebih dulu, namun tak menemukan siapapun disana. Jungwon melirik jam tangannya," sudah pukul 8 malam." Jungwon fikir mereka masih memikirkan masalah Necronomicon itu, jadi melewatkan olahraga malam, itu masuk akal. Menurut Jungwon itu bukanlah hal sepele, semua pasti berfikir keras menangani perkara ini.

"Hei, won!" sapa Heeseung yang baru aja tiba disusul oleh Sunghoon yang juga baru muncul, "ku pikir kalian gak olahraga malam ini."

"Hehe, biasa ada masalah sedikit jadi telat," ucap Heeseung kemudian melirik ke sekeliling, "bagaimana kalau malam ini kita ngobrol-ngobrol santai aja?" usulnya. "Maksudnya?" tanya Sunghoon. "Ya, makin kesini makin banyak hal aneh terjadi, mugkin kita bisa lebih mendekatkan diri satu sama lain. Disana aja," ajak Heeseung yang kemudian berlari menuju lokasi yang ia tunjuk tadi, sedangkan Sunghoon dan Jungwon saling melempar tatapan satu sama lain.

Akhirnya mereka berkumpul di tempat yang di tunjuk Heeseung sebelumnya. Sebuah hamparan rumput luas di tengah taman, "jadi kita ngapain berkumpul di sini?" Heeseung hanya terkekeh, "seperti yang kukatakan sebelumnya, kita bisa mengobrol satu sama lain. Pertama-tama bagaimana kalau kita bahas soal Sunghoon? mengenai hal-hal yang umum, apa golongan darah yang Sunghoon sukai? dan sebagainya."

"Maksudnya? golongan darahku?"

"Aduh, kak Heeseung sangat buruk dalam hal seperti ini," ejek Jungwon sambil tertawa.

"Eh Jungwon nanya juga dong!"

"Eh kok aku? ada sesuatu si yang inginku tanyakan, saat kita pertama kali bertemu, kamu bilang kamu adalah seorang Ahli Bahan Kimia dan menyembunyikan identitas Assasinmu?" tanyanya.

Heeseung cukup terkejut mendengar pertanyaan dari Jungwon, "Jungwon, bukankah itu terlalu 'to the point'?"

"Eh, sorry. Aku gak tahu," ucapnya.

"Kita nanya soal berapa jumlah saudaranya-"

"Aku di besarkan di sebuah panti asuhan kecil di tepi kota, yang tertua harus mengurus adik-adiknya. Entah mengapa anak-anak disana sangat menyukaiku. Ketika usiaku 10 tahun, ada orang aneh datang berkunjung, awalnya mereka tampak seperti orang biasa, tersenyum, melihat anak-anak bermain, tapi mereka tidak pernah mendatangi anak-anak tersebut. Setelah beberapa hari mereka terus melakukan hal tersebut, dan aku mulai berfikir mereka sedang memantau talent kami."

"Mereka memantau kemampuan Asassin kalian? dan itulah awalnya kamu dipilih?" tanya Heeseung, dan Sunghoon mengangguk.

"Awalnya aku menolak meninggalkan adik-adikku, namun mereka mengatakan kalau mereka akan berdonasi di panti dalam jumlah besar jika aku mau melakukkannya. Karena tak punya pilihan lain, aku menerima tawaran tersebut.

"Sejak saat itu aku mulai di latih menjadi seorang Assasin, awalnya aku merasa tidak memiliki bakat di bidang tersebut dan selalu menangis tiap malam, namun jika aku gagal di sini, maka panti asuhan tidak akan lagi menerima donasi lagi, jika itu terjadi aku tak punya tujuan hidup lagi."

"Pasti sangat berat bagimu," Sunghoon menggeleng, "ceritanya masih belum berakhir!"

"Pada suatu hari mereka memberikan aku cairan khusus dan memintaku meminumnya, setelah muntah dan menangis tiap malam, hatiku menjadi kosong. Untuk tugas pertamaku, aku menangis dan tidak bisa tidur dan makan, dan mereka kembali memberiku cairan aneh tersebut. Mereka mengatakan itu cairan yang mereka beli mahal dari pihak luar. Setelah melakukan hal tersebut dalam waktu lama, aku merasa terbiasa, dan mulai berfikir mengapa aku harus membunuh orang-orang yang bahkan aku sendiri tidak mengenal mereka.

"Akhirnya aku mulai memanipulasi cairan tersebut dengan susu yang memiliki zat penetralisir tanpa mereka ketahui dan aku mulai gagal pada tiap tugas yang mereka berikan, hingga mereka menyadari bahwa aku mengubah cairan yang mereka berikan dan mereka membawaku ke dalam laboratorium mereka dan memintaku membuat sesuatu dengan barang-barang yang mereka sediakan."

"Kau membuat racun?" tanya Jungwon. Sunghoon kembali mengangguk.

"Sejak saat itu, mereka memintaku berhenti menjadi Asassin, namun lebih dari itu tugasku adalah penyedia racun demi kelancaran mereka. Secara tidak langsung aku masih tetap seorang pembunuh. Sampai saat ini aku terus memikirkan nasib adik-adikku di panti asuhan!"

Sunghoon menghela nafasnya berat, "kau menanggung beban yang sangat berat." ucap Jungwon.

Kami pun akhirnya menghabiskan waktu untuk berbicara tentang apa yang ada di pikiran kami, sebagian besar adalah percakapan yang tak penting, tapi mungkin inilah kali pertamanya Jungwon bisa merasa tenang dan melupakan tentang killing game ini."

#tbc

Survival - Last Effort ft ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang