"bisa kita bicara sebentar?"
Sassy mengangguk.
"Bicaralah" ucapnya"Ikut aku"
Jack berjalan keluar rumah, menaiki mobilnya, tapi sassy belom juga ikut naik.
"Naiklah"Sassy mengangguk.
Entah apa yang akan dikatakan jack, sassy hanya bisa pasrah.
Jujur saja sassy sebenarnya ingin sekali mempertahankan rumah tangganya, tapi apa boleh buat, jack sangat membencinya.Ibunya sama sekali tak tau kalau uang bulanan yang selalu dikirim sassy bukan dari jack, tapi dari jerih payahnya selama ini.
Sassy bekerja siang dan malam, hanya agar ibunya tak curiga, dan merasa bahagia.Meskipun ibunya membencinya, tapi sassy sangat menyayangi bu marti.
Sassy sudah menganggap bu marti sebagai ibu kandungnya sendiri.Sampailah dipinggir danau.
Malam hari seperti ini, terasa dingin, apalagi disamping sassy ada jack, yang sejak tadi memperhatikannya.Sejak tiba didanau, Pandangan jack tak lepas darinya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya sassy, padahal seharusnya sassy tau, kenapa jack memperhatikannya.Alih alih menjawab, jack malah mengulurkan tangannya ke wajah sassy. Reflek sassy memundurkan wajahnya.
"Ke- kenapa?" Tanyanya gugup
"Diam" ucapnya
Sassy menurut.
Jack membuka masker diwajah sassy.
Sudah jack duga, wajah sassy penuh luka dan lebam.
Jack menghembuskan napasnya."Duduklah" pinta jack
Jack berjalan menuju mobilnya, dan kembali lagi dengan membawa kotak p3k.
"Ah, jack aku bisa mengobatinya sendiri" tolak sassy, saat jack ingin membantu mengobati luka sassy.
"Diam" ucapnya tegas
Sassy kembali menurut.
Jack membersihkan luka sassy, dan mengobatinya dengan telaten.
Sassy sedikit meringis saat jack tak sengaja menekan luka sassy."Apa sakit?" Tanya jack, padalah tanpa ditanya pun, harusnya jack tau kalau itu pasti sakit.
Sassy menggeleng.
Setelah menyelesaikan pengobatannya, jack merapikan p3k dan menaruhnya disamping tempat duduk."Emm.. apa yang ingin kau bicarakan?"
Jack hanya diam, dia sibuk mengamati wajah sassy.
Sassy yang ditatap jack demikian, merasa salah tingkah sendiri."Kalau tidak ada, mana suratnya biar aku tanda tangani" ucap sassy sambil mengadah tangannya ke jack. Berharap jack cepat memberikan map nya, dan pulang.
"Kenapa?" Tanya jack
Kedua alis sassy menggerut.
"Kenapa dia seperti itu? Bukankah dia ibumu?"Sassy beralih menatap danau, dimalam hari seperti ini, sassy bisa melihat danau yang begitu tenang.
Dia menghembuskan napasnya perlahan. Lalu tersenyum.
"Dia memang ibuku" jawabnya"Lalu kenapa, dia memaksamu"
"Bukankah harusnya dia lebih mendukung semua tentangmu" lanjutnya
Sassy lagi lagi tersenyum.
"Dia hanya ingin yang terbaik untukku""Sudahlah, kau tak perlu khawatirkan itu, mana suratnya" sassy lagi lagi meminta surat cerainya.
"Bukankah setelah kau menandatanganinya, kau tak akan bisa masuk rumah itu lagi" ucap jack
Sassy kembali tersenyum.
"Aku tak apa, itu hanya emosi sesaat, nanti ibu juga pasti bakal mengerti""Apa kau yakin?"
"Emm" jawab sassy sambil mengangguk tanpa ragu.
Padahal didalam hati sassy, ingin sekali dia menangis.Jack mengambil map yang berisi surat cerai itu, lalu menyodorkannya ke sassy.
Saat sassy ingin mengambil map itu, jack menarik tangan sassy pelan."Aww.." ringis sassy, karna jack tak sengaja memegang tangan sassy yang terluka.
Jack segera menyikap kaos sassy dibagian lengannya.
Tak disangka banyak luka disana.
"Kenapa kau diam saja" ucap jack sedikit cemasSassy tersenyum.
"Lalu aku harus apa?"Sassy mengambil map dari tangan jack, lalu menarik tangannya pelan.
Membuka map itu, dan menandatanganinya."Sudah" ucap sassy lalu menyodorkan map itu kembali ke jack.
"Tanpaku, kau sedikit berisi" ucap jack tiba tiba membuat sassy menegang.
Tbc
Haii guys...
Sebelum next part
Please bantu vote and comentThanks you
Sehat selalu untuk kita semua

KAMU SEDANG MEMBACA
Sassy [End]
Short Storybibirku sudah tersenyum lebar, aku juga sudah memukul mukul dadaku, agar tak terasa sesak. tapi entah kenapa rasa sesak ini belom juga hilang. air mataku juga terus saja menetes tanpa bisa ku cegah.