"Perangko, amplop, lalu kenapa tinta?"
"Itu serangkaian yang tidak bisa lepas, Na. Apa gunanya perangko dan amplop kalau tidak ada isi dan tujuan yang ditulis oleh tinta?"
"Oh, benar juga."
"Bagaimana kalau menulis dengan darah? Atau pensil?"
"Kamu seperti psikopat. Ini metafora, bodoh."
"Ck, aku hanya bertanya, Na. Kalau gitu, aku jadi amplopnya."
"Kenapa?"
"Karena aku pelindung isi. Posisiku point guard tau, cocok kan?"
"Ew narsis. Kalau begitu biar aku tinta-nya."
"Kenapa? Isi kepalamu memang utuh?"
"Beomgyu sialan! Mulutmu harus aku jahit! Lagipula, tulisan tanganku lebih cantik dari kalian."
"Tulisan tangan saja bangga, cuih."
"Beomgyu!"
"Hahahaha! Kalau kamu, Hyun? Perangko?"
"Aku bukti kewarasan kalian yang hilang. Tanpa aku, kalian hanya duo bodoh berisik-NA KENAPA AKU DIPUKUL?!"
"Kamu harus bercermin."
<---««◆»»--->
hahahahai:')
kangen...angkasa blom abis tapi aku brojolin anak gimanaini gapapaya? :'))
yang ini agaknya lebih mateng daripada angkasa, agak lebih panjang daripada virtual, tapi ga sepanjang batas hshsh
OYAAA!
ada warning juga disini sebelum kita mulaiiitokoh utama di sini bukan tokoh baik baik. aku nggak mewajarkan tingkah nakal mereka, tapi semoga kalian paham apa yang pengen aku sampein hehe
inget ya, jangan ditiru nakalnya!
jadi nakal ga bikin kamu keren, oke?
tiru baiknya aja!jadi...
kalian udah siap?
aku gatau mau ngomong apalagi, tapi kalo udah siap KAJJA! kita jalan jalan bareng serangkai~
KAMU SEDANG MEMBACA
Serangkai, Katanya [✔]
Fanfiction[ғᴀᴍɪʟʏ - ғʀɪᴇɴᴅsʜɪᴘ, ᴍɪɴᴏʀ-ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ] Serangkai, katanya. Berhubungan dan tidak bisa dipisah. Serombongan, bertaut, kemudian tertawa layaknya orang paling bahagia di muka bumi. Katanya sih begitu. copyright, 2021.