05

181 36 124
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Parah, ternyata kita semua ditinggal bekerja tanpa makanan di rumah," omel Beomgyu, duduk di sofa rumahnya setelah berganti baju.

Sedang Taehyun hanya berdeham, sibuk menggonta ganti saluran televisi. Kedua bocah yang menunggu induknya memberi makan.

"Naa! Sudah belum?! Aku lapar!"

"Bocah berisik, sudah bagus aku memasak!" sahut Yeona dari dapur, sibuk mengaduk sup dan memasak ramen di saat yang bersamaan.

Merasa kewalahan sendiri, gadis itu kembali bersuara, "Hei kalian! Apa tidak ada yang berniat membantu di sini?!"

"Tidak!"
"Tidak."

"Oke. Menu sore ini sayur hijau."

Seketika bunyi langkah kaki saling bersahutan. Datang ke dapur seperti mendapat panggilan penting.

"Ancamanmu jahat sekali!" protes Beomgyu.

Taehyun mengangguk tidak terima, "Tidak berperikemanusiaan."

"Sayur itu bagus, apalagi untuk orang sakit," desis Yeona, melirik Beomgyu yang tau tau sudah sehat di sini.

"Ew, aku benci hijau," sahut Beomgyu, bersembunyi di belakang punggung Taehyun.

"Kalau begitu kemari dan bantu aku memasak ramennya! Ck, aku tendang juga ya kalian?!"

Berhubung orang tua mereka semua bekerja, rumah kosong sore ini. Menyisakan tiga sekawan remaja tanpa makanan di rumah.

Sudah lelah berjalan ke rumah Yeona yang notabenenya paling dekat dengan sekolah, kemudian Taehyun yang berada di komplek belakang. Mereka berakhir ke rumah harapan terakhir, rumah Beomgyu. Dan masih mendapat hasil yang sama; tidak ada makanan.

Maka dengan kemampuan seadanya, Yeona turun tangan memasak untuk mereka. Tentu dengan ijin sang tuan rumah setelah Beomgyu menelepon ibunya tadi.

"Hyun, mau bawang?" tanya Yeona, bersiap menumis bawang putih kesukaan Taehyun.

"Boleh."

"Satu bungkus cabai tidak akan membuatmu mati, kan?" Kini Beomgyu yang bertanya, menuang satu bungkus cabai dari ramen instan ke dalam panci berisi tiga porsi.

Yeona menggeleng, tidak berniat memprotes dengan pertanyaan hiperbola Beomgyu. Toh, setidaknya dia masih peduli.

Tepatnya, mereka masih saling peduli. Mengingat hal kecil dari kebiasaan dan kesukaan masing masing.

"Wah, wangi ramen dan sup daging tidak pernah bohong," seru Beomgyu girang, menyiapkan meja makan selagi teman temannya menyelesaikan masakan.

Lelaki itu duduk. Mengamati punggung sepasang sepupu yang bersebelahan di depan kompor. Merasa seperti anak yang menunggu orang tuanya menyajikan makanan.

Serangkai, Katanya [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang