[ғᴀᴍɪʟʏ - ғʀɪᴇɴᴅsʜɪᴘ, ᴍɪɴᴏʀ-ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ]
Serangkai, katanya.
Berhubungan dan tidak bisa dipisah. Serombongan, bertaut, kemudian tertawa layaknya orang paling bahagia di muka bumi.
Katanya sih begitu.
copyright, 2021.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hng, lima menit," Taehyun bergumam, berusaha menarik lagi selimutnya yang ditarik.
Bukannya dibiarkan, selimutnya kembali ditarik sampai membuat sang empu mengerang kesal. Membuka mata untuk melihat siapa yang mencuri selimutnya pagi ini.
Kim Yeona.
Tidur meringkuk di sebelahnya setelah berhasil menguasai seluruh selimut.
Taehyun mengerjap pelan, matanya menyesuaikan pencahayaan sebelum akhirnya pemuda itu terduduk malas. Menatap sekitar.
Yeona di kirinya, sekarang ada Beomgyu di kanannya. Tidur dengan satu kaki dinaikkan ke atas sofa, tidak peduli meski tidak ada selimut di atas tubuhnya.
Bahkan mulutnya terbuka, mendengkur.
Pelan pelan Taehyun ingat kalau teman temannya menginap. Mengucek matanya sebentar sebelum berdiri, berniat ke kamar mandi.
Dari ruang tengah, Taehyun bisa melihat ibunya sibuk di dapur. Sedang ayahnya... pemuda itu bertaruh sang ayah masih tidur di kamar.
Selepas melakukan rutinitas pagi, Taehyun kembali ke ruang tengah untuk membangunkan teman temannya.
Dimulai dari mengguncangkan lengan Yeona—berakhir mendapat tepisan kesal. Kemudian menendang pelan kaki Beomgyu agar pemuda itu risih.
"Bangun. Sudah pagi, sialan, liurmu sampai ke bantal, ew. Na, ayo bangun. Hei, bangun, Beomgyu, aku tau kamu sudah bangun."
Dia tidak salah. Beomgyu memang sudah terjaga tapi enggan membuka mata. Ditambah, sepertinya matanya masih agak sembab bekas semalam menangis.
Lelaki itu bangun dengan rengekan, naik ke sofa dan tidur lagi. Malas rasanya.
Taehyun menyerah. Pemuda itu beralih pada Yeona. Menarik selimutnya, mengguncangkan lengan, sampai berakhir menepuk nepuk pipinya.
"Naaaa. Bangun. Naa, Yeonaaa."
"Mm, lima menit, egh," gumam Yeona.
Risih dengan tepukan di pipi, gadis itu memilih tengkurap. Menenggelamkan wajahnya pada bantal.
"Na, jangan begitu, nanti tidak bisa napas. Hei, aish! Berat sekali!"
Taehyun masih pantang menyerah. Membalik tubuh Yeona dan mengguncangkan gadis itu, bahkan menariknya duduk.
Kini Yeona yang menyerah. Duduk di lantai dengan masih memeluk selimut. Sesekali menguap sambil mengumpulkan nyawa.
"Anak anak, ayo sarapan!"
Mendengar panggilan asing, Beomgyu benar benar bangun sekarang. Terduduk untuk mencerna keadaan. Kalau dia tidak di rumahnya pagi ini, tapi di rumah Taehyun.
Pun Yeona yang sesegera mungkin mencuci muka. Bergabung dengan Taehyun di meja makan sembari menunggu Beomgyu yang terakhir datang.
"Kebo," ledek Yeona, cengir sana sini karena pagi pagi mendapat sarapan enak.
Beomgyu mendengus, menyentil pelan dahi Yeona sebelum duduk dengan mereka.
"Ckck, kalian sama sama kebo," sela Taehyun, si terwaras di antara mereka.
Tidak terima, Yeona kembali angkat suara, "Tapi Beomgyu yang terakhir datang. Jadi nanti dia yang cuci piring!"
Mendengar 'cuci piring', Taehyun jadi ingat. Berseru, "Na, kamu nggak cuci piring, kan semalam?!"
"... Oh... Iya... Aku ketiduran!"
"Haha! Jadi nanti Yeona yang cuci piring!"
"Eish! Tapi kan kamu yang bangun paling akhir!"
"Lalu? Yang janji cuci piring kan kamu!"
"Hei—"
"Sudah. Piringnya sudah bersih, nanti biar Bibi yang cuci. Sekarang kalian makan saja dulu," sela Nyonya Kang, meletakkan tiga piring di atas meja dan mengusak masing masing surai mereka.
Menurut, kini mereka makan dengan tenang. Meski diselingi satu dua celotehan, ini hal yang jarang terjadi. Biasanya mereka akan berisik meskipun sedang makan.
Merasa ganjal, Nyonya Kang sesekali berbasa basi agar mereka tidak diam saja. Serius, rasanya aneh melihat mereka bertiga menjadi tenang.
Padahal dalam kepala, baik Yeona, Beomgyu, bahkan Taehyun sedang sama sama berpikir. Kacau, meski tidak sekacau kemarin.
Merasa perlu dibicarakan, Taehyun membuka mulut setelah ibunya pamit untuk membangunkan sang ayah, bertanya, "Setelah ini... kalian mau apa?"
"... Apanya yang apa?"
"Orang tua kalian."
"..."
"..."
Masing masing diam, tidak punya jawab. Berpikir sejenak sampai makanan mereka habis.
"Katamu," Beomgyu menjawab duluan, "Semua proses butuh waktu. Aku memikirkan ini semalam, jadi mungkin aku... akan berusaha memahami mereka."
"Mm, hmm, kalau Yeona?"
Yeona diam, tidak berani mengangkat pandangan karena hatinya masih berat. Terlalu mendadak sampai gadis itu tidak bisa berpikir jernih.
"Na?"
Menggeleng kecil sebagai jawab, kemudian tersenyum tipis menatap Taehyun, "... Aku nggak tau," gumamnya.
Taehyun paham, pemuda itu mengangguk kecil sebagai balasan, "Tidak apa apa. Nggak usah buru buru, aku yakin semua akan baik baik saja."
"Mm, oh iya! Apa rencana kita hari ini?" Beomgyu berseru cepat, tidak ingin mereka larut dalam suasana muram kembali.
"Aku mau ke sekolah, sebentar."
"Minggu minggu begini????" tanya Yeona kaget.
"Mm, keperluan festival. Sebentar, cuma sebentar. Laporan pada Soobin kemudian jalan jalan untuk mencari sponsor."
"Sponsor untuk festival?" kini Beomgyu yang bertanya.
Taehyun mengangguk. Mengingat, tanggung jawabnya sebagai wakil ketua OSIS sempat dilupakan karena lomba kemarin, sekarang anggota OSIS mempersiapkan proyek besar untuk akhir tahun.
"Mau ikut?"
"Apa aku terlihat menolak?"
"Tentu saja! Kita harus ikut! Aku nggak akan membiarkanmu tenang seharian, Hyun, haha!"
"Beomgyu jahat sekali, tapi aku setuju. Ayo, Gyu! Kita bersiap!"
"Ck, dasar bocah bocah tidak tau diuntung!"
tbc
sebenernya ini target bulan mei kelar tapi BANYAK BANGET ACARA RIWEUH SANA SINI