Dear Diary, aku Beomgyu...

113 22 7
                                    

Dear diary, aku Beomgyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear diary,
aku Beomgyu

Aku harus mulai darimana...

<————««◆»»————>




Beomgyu tahu, ibunya sibuk karena beliau orang tua tunggal. Yang tidak pernah ia mengerti, kenapa semua orang mengaitkan kejahilannya sebagai individu dengan kondisinya yang hanya diasuh orang tua tunggal.

"Oh pantas dia nakal, ckck ternyata anak yatim."

"Kasihan ibumu kalau kamu nakal terus, Beomgyu. Karena kamu tidak punya ayah untuk mendidik, guru menjadi pengganti dalam mendidik. Sekarang, bersihkan toilet lantai dua sebagai hukuman."

"Beomgyu kan tidak punya ayah. Pantas!"

Padahal, kalau bertanya pada sang ibu sendiri soal takaran kenakalan Beomgyu. Sang ibu akan menggeleng dan tersenyum, menjawab, "Beomgyu nggak pernah nakal."

"Dia masih anak anak, punya rasa ingin tahu yang besar dan dia selalu seperti itu. Dia hiperaktif, bukan nakal. Dia cerewet, tapi tidak pernah menyakiti. Meski dia kelihatan bandel di luar, aslinya dia seperti kapas. Lembut."

"Hm? Aku? Repot? Malahan Beomgyu satu satunya motivasiku untuk hidup dan bekerja, haha. Aku ingin menjadi sosok ayah sekaligus ibu buat anakku."

"Hukuman? Bukannya itu terlalu kejam? Ayah Beomgyu nggak pernah mengajarkan soal kekerasan semasa dia hidup. Mungkin Beomgyu agak lupa, dia masih delapan tahun waktu itu haha."

Sepertinya tugas dasar mulut manusia adalah mengkritik meski tidak diminta.

Beomgyu sedang merenungi ucapan semua orang siang itu. Berjalan jalan di sekitar sungai dengan tas sekolah yang berisi banyak surat panggilan.

Dia tidak mau merepotkan ibunya lagi.

Akhir akhir ini, Beomgyu tidak pernah berniat nakal untuk orang lain. Dia bukan tipe pengganggu yang berkuasa, dia tipe anak yang tengil dan jahil, juga penceletuk yang lucu.

Meski begitu, ada kalanya beberapa anak menyinggung kenakalan Beomgyu dan ketidak-adaan figur ayah di hidup pemuda itu.

Lepas kendali seorang Choi Beomgyu. Berakhir kesal dan bertengkar. Tapi yang disalahkan guru tetap si anak orang tua tunggal.

Katanya paham.

Tapi tidak ada satupun yang berusaha memahami.

"Apa sih? Memang sosok ayah tugasnya cuma menegur, memarahi, dan menghukum? Ibuku juga bisa!" sebalnya menendang kerikil jalan.

Serangkai, Katanya [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang