Selepas mengantarkan Acha pulang, Agha segara pergi ke markas LavaGhost yang terletak di sudut kota. Agha memerlukan 30 menit untuk sampai ke tempatnya.
Agha menghentikan mobilnya tepat di depan gedung tua yang terletak di tengah hutan. Sudah ada banyak mobil dan motor yang terparkir disana.
Agha keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung tua itu. Baru saja masuk Agha sudah di sambut oleh banyak orang di dalamnya. Semua orang tertunduk saat Agha melangkah di depan mereka.
"Selamat datang ketua," sambut salah satu pria dengan jas hitam rapih.
Dengan penerangan yang minim Agha berjalan menuju kearah single sofa yang berada di depan sana.
"Alfan," panggil Agha dingin.
"Iya ketua?"
Pria dengan perawakan tinggi dan kekar bernama Alfan itu berdiri di samping single sofa yang di duduki oleh Agha.
"Aku mau kau mencari tahu siapa orang di balik penyerangan tadi. Segara dapatkan biodatanya lalu habisi!" perintah Agha.
"Baik ketua," sahut Alfan sopan.
"Jangan sampai gerak-gerik kalian di ketahui musuh. Bermainlah dengan cantik," pesan Agha.
"Baik ketua."
*****
Setelah mengatur strategi balas dendam, Agha menyuruh seluruh anak buahnya bubar dan melakukan tugasnya masing-masing.
Kini Agha tengah menikmati malam sunyi di atas rooftop markas LavaGhost. Gedung tua ini terletak di tengah hutan sudut kota. Dari atas rooftop Agha bisa melihat lampu-lampu kota yang indah.
Agha membakar satu putung rokok dan menghisap nikotin itu. Agha mengepulkan asapnya ke udara.
"Ketua."
Agha menoleh mendapati Alfan sedang sedang berdiri di ambang pintu rooftop. Alfan adalah orang kepercayaan Agha untuk memimpin LavaGhost.
"Ada apa Al?" tanya Agha.
Alfan berjalan mendekati Agha di pembatas besi rooftop.
"Siapa gadis yang berada di mobil tadi? Apa dia kekasih baru mu?" tanya Alfan ragu.
Agha terkekeh mendengar pertanyaan dari Alfan.
"Kau tau aku tidak mungkin suka dengan wanita. Dan kau juga tau jika kekasihku bukanlah seorang wanita," ujar Agha.
Alfan mengangguk mengerti. Hanya saja Alfan merasa aneh melihat Agha bersama seorang gadis tadi. Sudah bertahun-tahun sejak kematian calon istrinya Alfan tidak pernah melihat Agha bersama dengan seorang gadis.
"Dia adalah mahasiswa yang terobsesi dengan ku. Kau tidak perlu tahu itu," jawab Agha.
"Tapi dia terlihat cantik ketua. Apa kau yakin tidak akan tertarik kepadanya?"
Agha terkekeh pelan, memang tidak bisa di pungkiri lagi jika Acha adalah gadis yang sangat cantik. Namun mau secantik apapun gadis itu jika Agha tidak tertarik maka akan percuma. Di dunia ini tidaklah ada yang lebih cantik di banding calon istrinya dulu.
"Tidak. Tidak ada gadis secantik Tiana di dunia ini. Dan tidak ada gadis yang bisa membuatku jatuh cinta seperti Tiana," ujar Agha.
"Sepertinya kau sangat mencintai dirinya"
"Tentu saja."
Alfan hanya mengangguk tidak lagi ingin membuat ketuanya mengingat masalalu yang begitu kelam.
"Apa perlu kita mengirim orang untuk menjaga gadis itu ketua?" tanya Alfan mengubah topik pembicaraan.
"Dia siapa, Al?"
"Gadis yang bersama mu."
Agha menggelengkan kepalanya. Mungkin gadis yang di maksud oleh Alfan adalah Acha.
"Tidak perlu. Sepertinya tidak ada yang melihat wajahnya dengan jelas tadi."
"Tapi pastikan dia tidak akan mencari tahu tentang siapa LavaGhost sebenarnya. Mengerti?" ujar Agha mengingat Acha adalah gadis yang begitu penasaran dengan hal yang sudah menyangkut dirinya.
"Mengerti ketua," ucap Alfan.
*****
Di sisi lain kini Acha tidak bisa tidur dengan tenang. Ia terus saja memikirkan tentang siapa itu LavaGhost.
Sejak tadi Acha hanya bisa berguling-guling tidak jelas di kasur. Jam sudah menunjukkan pukul 01:00 tapi mata Acha tidak kunjung tertutup.
"Siapa sebenarnya Pak Agha? Dan apa itu LavaGhost."
Acha merubah posisinya menjadi duduk. Ia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Acha tidak akan bisa tidur sebelum rasa penasarannya itu terbayarkan.
Acha menghidupkan ponsel lalu terlintas dalam pikirannya jika ia mencari di internet mungkin akan menemukan jawaban siapa itu LavaGhost.
"Mungkin aja di internet ada."
Acha segara membuka salah satu situs dan mengetikkan nama LavaGhost di sana.
"LavaGhost adalah sekumpulan mafia besar di asia yang terkenal kejam. Nama LavaGhost sendiri di ambil dari kata Lava Ghost yang memiliki arti hantu lahar. Sama seperti namanya, LavaGhost akan menjalani misi dengan sangat mulus dan cantik tanpa tertinggal bukti sedikitpun," baca Acha yang di jelaskan di situs itu tentang LavaGhost.
"Sekumpulan mafia?" gumam Acha masih tidak mengerti.
Acha kembali men-scroll penjelasan tentang LavaGhost di situs itu. Semoga Acha bisa menemukan jawaban tentang siapa dosennya itu dan apa hubungannya dengan LavaGhost.
"Tidak banyak orang tau tentang siapa itu LavaGhost. Menurut sumber, LavaGhost di pimpin oleh salah satu pengusaha terkenal bernama Alfano Tiger."
"Alfano Tiger?"
Acha memutar ingatannya kembali saat ia dan Agha di kejar-kejar oleh sekelompok orang tidak di kenal di jalan.
"Kamu cari nomor Alfan di sana dan suruh cepat kirim LavaGhost kemari!" suruh Agha.
"LavaGhost?" bingung Acha masih tidak mengerti.
"Jangan banyak tanya Acha! Cepat lakukan perintah saya!"
Acha mengangguk dan langsung mencari nomor orang bernama Alfan di kontak ponsel Agha.
"Ada apa ketua?"
"Ya, gue ingat siapa Alfano Tiger. Kalau dia pemimpin LavaGhost, tapi kenapa dia memanggil Pak Agha itu ketua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE SADNESS [ENDING]
Short StoryAshalina Haameda atau kerap di panggil Acha adalah gadis periang dan juga populer di kampusnya. Banyak yang menyukai Acha karena kecantikannya, namun ada satu pria yang membuat Acha penasaran karena sifat dinginnya. Dia adalah Agha Carelio Delmar, s...