Pagi ini ada kelas pagi di kampus. Sementara Acha masih terlelap di kasur empuk miliknya.
Febri berdecak pinggang melihat sahabatnya ini masih setia memeluk guling. Bahkan jam weker nya sudah berbunyi sangat keras. Hal itu sama sekali tidak mengusik tidur Acha.
"Dasar kebo!"
Febri mengambil air di nakas lalu menuangkannya di wajah Acha tanpa rasa kasian.
"Banjir! Banjir, tolong!" teriak Acha panik.
Dengan rambut acak-acakan, Acha bangun dari tidurnya. Nafas Acha tidak beraturan. Saat sudah sepenuhnya sadar Acha menatap Febri yang sedang memegang gelas kosong di tangannya.
"Febri!" desis Acha.
"Acha!" balas Febri.
"Rese banget sih lo!" kesal Acha mengusap wajahnya yang basah akibat ulah Febri.
"Lo itu tidur atau latian mati sih! Jam udah bunyi keras banget tapi lo sama sekali gak ke ganggu?"
Febri tidak habis pikir dengan Acha. Bisa-bisanya tidak terganggu dengan suara jam weker yang begitu berisik.
Acha menatap Febri dengan lesu.
"Lo gak liat nih kantung mata gue udah kayak mata panda?"
Acha menunjuk kantung matanya yang menghitam akibat kurang tidur semalam. Acha baru bisa tertidur jam lima tadi namun Febri sudah mengusik tidurnya pagi-pagi begini.
"Gue baru tidur jam 5 pagi tadi dan lo udah bangunin gue sepagi ini? Gak ada hati lo," ujar Acha dramatis.
"Siapa yang suruh lo begadang? Udah tahu hari ini ada kelas pagi."
"Gue titip absen aja ya? Gue mau lanjut bobo dulu," ujar Acha kembali ingin merebahkan badannya namun Febri terlebih dahulu menarik tangan Acha ke kamar mandi.
"Nggak ada! Tante Bela bilang lo harus kuliah yang benar, Cha biar jadi sarjana!"
"Gue gak perlu sarjana, Feb, gue udah kaya," ujar Acha ogah-ogahan masuk ke kamar mandi.
"Cepat mandi! Jam 8 kita berangkat!" ucap Febri menutup pintu kamar mandi setelah berhasil memasukkan Acha ke dalamnya.
*****
Acha berjalan dengan lesu menuju ke kelas. Di sampingnya Febri terus mengomel tidak ada henti membuat telinganya pengang.
"Kalau kita telat ini gara-gara lo, ya!"
Febri sangat kesal dengan Acha yang terlalu lelet. Mandi saja hampir satu jam jika Febri tidak menggertak nya.
"Kalau telat ya kita balik," ujar Acha santai.
"Emang---"
"Sstt!"
Acha meletakkan jari telunjuk di bibir Febri saat melihat Agha keluar dari ruangannya. Mata yang tadi sangat mengantuk kini sudah mulai segar melihat ketampanan dosennya itu.
"Gue nyapa calon suami dulu," pamit Acha langsung meninggalkan Febri.
"ACHA!!" Teriak Febri namun tidak di gubris oleh sang pemilik nama.
Acha berlari kecil menyamakan langkahnya dengan Agha.
"Selamat pagi calon suami," sapa Acha hangat.
Agha tidak menggubris sapaan Acha dan tetap fokus berjalan.
"Hari ini jadwal Bapak di kelas mana?" tanya Acha.
"Jangan dekat-dekat sama mahasiswa lain ya Pak nanti saya cemburu. Kalau saya udah cemburu Pak Agha bakal saya bawa kawin lari!" ucap Acha sungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE SADNESS [ENDING]
ContoAshalina Haameda atau kerap di panggil Acha adalah gadis periang dan juga populer di kampusnya. Banyak yang menyukai Acha karena kecantikannya, namun ada satu pria yang membuat Acha penasaran karena sifat dinginnya. Dia adalah Agha Carelio Delmar, s...