Dalam ruangannya, Agha tengah fokus dengan berkas-berkas dan juga laptopnya. Jika sudah fokus dengan pekerjaannya, pria itu akan lupa waktu. Jam sudah menunjukkan pukul 02:00 pagi tapi Agha enggan untuk meninggalkan laptop dan juga berkas-berkasnya itu.
Fokus Agha terpecahkan saat ada tangan kekar melingkar di dada bidangnya. Reflek Agha melepas tangan itu dan menatap sang pelaku.
"Kenapa kau seperti kaget begitu?" tanya Damian mengerutkan keningnya.
"T-tentu saja kaget kau datang tiba-tiba," jawab Agha gugup.
"Bukankah sudah biasa aku melakukan itu?" Damian menatap curiga Agha.
"I-iya hanya saja tadi aku terlalu fokus."
Damian mengedikkan bahunya acuh. Pria itu mendorong pelan bahu Agha sampai terduduk di meja kerjanya. Damian menyingkirkan laptop dan juga berkas-berkas pria itu.
"Sudah satu minggu lebih kau menghindari ku dengan alasan sibuk," ujar Damian semakin mendekati Agha.
Damian mendekatkan wajahnya dengan wajah Agha. Tangan pria itu juga bertengger di sudut meja.
"Kau bisa lihat sendiri pekerjaan ku sangatlah banyak," ujar Agha sedikit memundurkan kepalanya.
"Hm, sepertinya kau menyembunyikan sesuatu kepada ku."
"Tidak."
Agha berusaha untuk terlihat tetap tenang. Agha tidak boleh membuat Damian curiga atas perubahannya selama ini.
"Apa kau yakin?"
Drrtt... Drrtt
Agha dan Damian sama-sama menoleh pada ponsel Agha yang bergetar di meja. Tertera nama Acha di layar ponsel Agha.
Saat Agha hendak mengambil ponselnya ia kalah cepat dengan Damian. Pria itu terlebih dahulu merebut ponsel Agha.
"Ashalina?" Damian membaca nama kontak yang menelpon Agha. Ia semakin menatap Agha penuh curiga.
"Ini Acha bukan? Mahasiswi yang suka mengejar diri mu? Bukankah kau tidak pernah menyimpan kontaknya?" tanya Damian curiga.
"Ya apa salahnya jika aku menyimpannya. Dia kan juga mahasiswa ku," jawab Agha.
"I know, bukankah kau tidak suka padanya?"
"Memang."
"Aku juga sudah jarang melihat dia mengejar mu. Lalu untuk apa dia menelpon mu tengah malam begini?" Damian semakin menyudutkan Agha dengan pertanyaannya.
"Untuk konsul materi pembelajaran mungkin," jawab Agha tetap berusaha tenang meskipun Damian sudah terlihat sangat curiga.
"Aku tidak bodoh, Agha. Ini sudah dini hari untuk apa dia bahas mata kuliah dengan mu. Bukankah itu tidak sopan!" sarkas Damian.
"Aku juga tidak mengerti, Dam. Tolong kembalikan ponsel ku," pinta Agha jengah.
"Kenapa aku curiga kau dan gadis itu ada something?"
Agha menghela nafasnya jengah lalu mendorong tubuh Damian yang mengapitnya. Ia juga merebut ponselnya dari tangan Damian.
"Something apa? Aku dan dia tidak ada apa-apa, mengerti?" ucap Agha. Pria itu keluar dari ruangannya menuju dapur.
Damian semakin curiga dengan tingkah Agha yang sangat mencurigakan. Damian mengikuti Agha keluar dari ruangannya.
Agha pergi ke dapur untuk mengambil minuman dingin. Ia duduk di kursi pastry yang di susul oleh Damian.
"Akhir-akhir ini aku melihat mu jarang ada di kampus. Pergi kemana kau?" tanya Damian di samping Agha.
"Kenapa kau selalu curiga kepadaku. Ada banyak pekerjaan yang harus ku urus Dam," ujar Agha jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE SADNESS [ENDING]
Short StoryAshalina Haameda atau kerap di panggil Acha adalah gadis periang dan juga populer di kampusnya. Banyak yang menyukai Acha karena kecantikannya, namun ada satu pria yang membuat Acha penasaran karena sifat dinginnya. Dia adalah Agha Carelio Delmar, s...