Acha mengikuti langkah Agha dari belakang menuju ke ruangannya. Acha berhasil memaksa membawa buku-buku milik Agha ke ruangannya.
"Makasih," ucap Agha saat Acha sudah menaruh buku-bukunya di meja.
"Sama-sama."
Acha tersenyum manis lalu duduk di kursi depan meja Agha.
"Masih ada urusan apalagi? Cepat keluar!" usir Agha.
Acha menghela nafasnya pelan tidak menanggapi ucapan Agha yang mengusirnya.
"Nikah yuk, Pak!" ajak Acha tidak tahu malu.
Agha yang sedang fokus dengan laptopnya mendongak menatap Acha tidak percaya. Ternyata mahasiswa gilanya ini benar-benar sakit jiwa.
"Nikah sama kuyang aja sana," ujar Agha malas.
"Ck, Pak Agha mah gak peka! Ayok nikah entar kita buat baby yang gemoy-gemoy."
Agha menutup laptopnya lalu menatap Acha tidak suka.
"Kamu gak malu ngomong gitu ke dosen kamu?"
"Nggak," jawab Acha enteng.
"Saya sedang sibuk mending kamu keluar."
"Nggak mau. Mau nemenin calon suami kerja."
"Tapi saya bukan calon suami kamu, Acha!"
Agha mulai kesal dengan kehadiran Acha yang terus mengganggu waktunya.
Acha tidak memperdulikan ucapan Agha karena Acha yakin suatu saat Agha akan membuka hati untuknya.
"Kenapa sih kamu keras kepala banget jadi manusia? Kamu tau saya tidak akan pernah tertarik sama kamu jadi percuma kamu ngejar-ngejar saya. Hanya membuang waktu!"
Untuk pertama kalinya Acha mendengar Agha berbicara sangat panjang kepadanya.
"Saya yakin suatu saat Pak Agha akan luluh sama kekuatan cinta seorang Ashalina Hameeda!" ucap Acha yakin.
"Tapi saya gak cinta sama kamu!"
"Bukan nggak tapi belum, Pak. Saya percaya suatu saat Bapak akan jatuh cinta sama saya."
*****
Agha mengabaikan keberadaan Acha di ruangannya. Sejak satu jam yang lalu Acha mefokuskan diri dengan berkas-berkasnya.
Agha melirik kearah sofa yang di duduki oleh Acha. Gadis itu sedang menikmati es cream yang gadis itu simpan di kulkas pribadinya.
Tanpa sadar sudut bibir Agha terangkat membentuk senyum tipis. Agha menatap Acha yang melahap es cream nya dengan nikmat.
Sangat menggemaskan pikir Agha namun saat gadis itu menoleh kearahnya, Agha cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
Tidak. Agha tidak boleh terpengaruh dengan mahasiswa gila itu. Agha tidak boleh luluh.
"Mau?"
Acha menyodorkan satu suap es cream kearah mulut Agha. Agha mendongak mendapati Acha sudah berada di depannya.
Agha mendorong tangan Acha dari depan wajahnya.
"Tidak."
Acha menarik kembali tangannya lalu duduk di kursi depan Agha.
"Serius nggak mau? Tadi aja Bapak liatin saya makan," ujar Acha santai menyuapkan satu sendok es cream ke dalam mulutnya.
Agha memilih mengabaikan ucapan Acha dan kembali fokus dengan pekerjaannya. Agha tidak mau membuang-buang waktu meladeni gadis seperti Acha.
"Atau jangan-jangan Pak Agha udah mulai suka sama saya?"
Agha menghentikan jari-jemarinya yang menari di atas laptop. Dia menatap Acha jengah.
"Jangan harap."
*****
Jam menunjukkan pukul 10:00 malam dan Acha masih berada di dalam ruangannya. Dia kekuh dan tetap menemani Agha bekerja.
Agha melirik kearah Acha yang kini sudah terlelap di sofa panjang yang berada di ruangannya. Agha menutup laptopnya dan akan melanjutkan pekerjaannya di rumah.
Agha memiliki pikiran akan meninggalkan gadis itu sendiri di sini. Biar dia marah dan tidak akan mengganggunya lagi.
Saat Agha berada di depan pintu ia kembali melirik kearah Acha. Melihat wajahnya yang begitu polos membuat Agha tidak tega meninggalkannya.
Agha kembali dan mendekati Acha yang sedang tertidur pulas. Agha menyibak anak rambut yang menutupi wajah Acha.
"Cantik," ucapnya tanpa sadar.
Agha memejamkan matanya lalu kembali menggeleng. Tidak. Agha tidak boleh goyah hanya gadis ini menemaninya bekerja seharian ini.
"Kamu membuat saya susah saja," ujar Agha lalu mengangkat tubuh Acha ala bridal style.
Suana kampus sudah sepi karena hari memang sudah larut. Agha selalu pulang paling akhir karena malas berdesak-desak dengan mahasiswa lain di parkiran.
Agha membawa Acha ke arah mobilnya tanpa sadar ada seseorang yang tengah memperhatikan gerak- geriknya.
Agha mendudukkan Acha di kursi samping kemudi dan memasangkan seatbelt untuk Acha. Saat Agha hendak melepaskan tangan Acha, Acha justru semakin mengeratkan pegangannya di lengan Agha.
"Ayok nikah," racau Acha.
Agha menggelengkan kepalanya tidak menyangka. Di dalam tidurnya gadis ini masih mengajaknya menikah. Benar-benar tidak waras.
Agha melepaskan tangan Acha dari lengannya secara perlahan. Setelah terlepas Agha segera masuk ke bangku kemudi.
Mobil Agha mulai menjauhi parkiran universitas internasional jaya. Di dalam perjalan menuju ke rumah Acha ada mobil yang mengikuti mobil Agha dari belakang.
Agha melihat dari kaca spion tengah ada mobil yang mencurigai sedang mengikuti mobilnya.
Agha sengaja memutar mobilnya ke arah jalan yang lebih sepi agar bisa melihat mobil itu masih mengikutinya atau tidak. Ternyata mobil itu terus mengikutinya.
Sekarang Agha yakin jika mobil yang mengikutinya adalah suruhan dari saingan bisnisnya. Agha melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Sriittt
Agha menginjak rem mobilnya secara mendadak saat ada dua mobil sedan hitam yang menghalangi jalannya. Hal itu berhasil membuat Acha terbangun dari tidurnya.
"Aarghh! Ada apa? Kenapa?" Acha berteriak histeris saat mobil Agha berhenti secara mendadak.
"Kenapa Pak?" tanya Acha panik.
Di depan mobil Agha sudah ada beberapa orang yang tubuhnya kekar berdiri menghadang mobilnya.
Acha mengerutkan keningnya.
"Mereka siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE SADNESS [ENDING]
ContoAshalina Haameda atau kerap di panggil Acha adalah gadis periang dan juga populer di kampusnya. Banyak yang menyukai Acha karena kecantikannya, namun ada satu pria yang membuat Acha penasaran karena sifat dinginnya. Dia adalah Agha Carelio Delmar, s...