Acha tidak tahu sekarang ia berada di mana. Tadi saat Acha memberontak orang-orang itu mengikat dan menutup wajahnya dengan kain hitam. Acha merasa sekarang ia berada di dalam ruangan yang sangat sempit karena merasa pengap.
"Siapa pun tolongin gue!" teriak Acha dari balik kain hitam itu. Dalam posisi tangan di ikat di kursi Acha tidak bisa apa-apa.
Samar-samar Acha mendengar suara derap langkah kaki seseorang yang akan mendekati dirinya. Tak lama kain penutup wajah Acha terbuka. Acha menajamkan penglihatannya. Siapa dia? Acha tidak mengenalinya.
"Lo siapa?" tanya Acha.
Laki-laki itu tersenyum miring menatap Acha. Dia juga mencengkram dagu Acha dengan kuat.
"Cantik juga ya, lo."
"Lah emang gue cantik. Baru keluar goa lu?"
Pria itu terkekeh sinis.
"Nyali cukup gede juga."
Pria itu melepas cengkeramannya di dagu Acha. Pria itu berjalan mengitari Acha.
"Mau lo apa sih? Ngapain pakai culik gue segala. Ngefans lo sama gue?" cerca Acha.
"Gue mau pacar lo datang ke sini buat selamatin lo," ujarnya.
Kening Acha berkerut."Sebenarnya lo itu siapa sih! Apa motif lo culik gue dan minta pacar gue untuk datang ke sini!"
"Lo mau tau gue siapa?" pria itu mendekatkan wajahnya dengan Acha.
"Jangan dekat-dekat mulut lo bau jigong!" ucap Acha tanpa dosa. Gadis itu memundurkan kepalanya.
Pria itu tersenyum smirk lalu menarik rambut bekalang Acha membuat wajahnya mendongak ke atas.
"Akh! Jangan di tarik goblok!" pekik Acha.
"Lo itu lagi berada di ambang kematian. Gak usah ngelawak!" gertak pria itu.
"Yang ngelawak siapa sih, Jamal! Lo kira gue komedian!"
Acha tidak ada hentinya berceloteh yang membuat pria itu kesal. Harusnya Acha itu takut bukan malah berceloteh.
"Gue tegaskan sekali lagi. Kalau sampai pacar lo itu gak datang jangan harap dia bisa liat lo lagi besok!" ucapnya sangat mengintimidasi.
"Emang lo tau pacar gue siapa? Gue aja gak tau lo siapa nama mungkin kenal sama pacar gue. Lo salah culik orang kali!"
Pria itu terkekeh tanpa melepas jambakan di rambut Acha. Padahal gadis itu sudah kesakitan akibat jambakan keras yang di lakukan pria itu kepadanya.
"Agha Carelio Delmar. Ketua LavaGhost yang mengatur para kumpulan mafia!" jelas pria itu.
"Dan gue? Gue putra salah satu anak buah yang di abisin sama dia. Johan."
Tatapan pria bernama Johan itu sangatlah tajam. Pria itu bilang orang tuanya di habisi oleh Agha. Acha sangat tahu, Agha tidak akan membunuh orang tanpa sebab dan akibat.
"Agha gak akan bunuh orang kalau orang itu bukan pengkhianat!"
Gebrak!
"Akh!"
Johan dengan tega membenturkan kepala Acha ke meja dengan sangat keras. Acha merasakan sakit dan pusing secara bersamaan. Pandangan gadis itu juga sedikit mengabur. Acha juga merasa ada sesuatu yang mengalir dari pelipisnya.
"Secara tidak langsung lo bilang bokap gue pengkhianat!" teriak Johan di depan wajah Acha.
Johan kembali menarik rambut Acha hingga mendongak. Belum hilang rasa pusingnya kini Acha merasakan rambutnya di tarik secara paksa dari kulit kepalanya.
"Bisa-bisanya gadis secantik lo mau jadi pacar seorang pembunuh!"
"Agha bukan pembunuh!" tekan Acha. Tanpa rasa takut Acha membalas tatapan tajam Johan.
"Jangan tatap gue kayak gitu!" gertak Johan marah."Lo harus tunduk karena nyawa lo ada di tangan gue hari ini!"
Acha terkekeh geli mendengar ucapan Johan.
"Emang lo Tuhan?"
Johan menggeram. Pria itu mengeraskan kedua rahangnya karena Acha sama sekali tidak takut kepadanya. Ia tidak suka jika ada orang yang tidak patuh.
"Anjing!"
Brakk
Johan menendang kursi yang Acha duduki hingga terjatuh ke lantai. Acha merasa pundaknya tergores ke kayu. Acha menahan rasa sakit di pundak sebelah kanan karena terbentur langsung dengan lantai.
"Jangan jawab! Lo itu cuma harus patuh sama gue!" murka Johan.
Pria itu kembali mendekati Acha yang tak berdaya di lantai. Dengan posisi tangan yang masih terikat di kursi membuat gadis itu tidak bisa melawan.
"Ingat ya, kalau sampai di gak datang gak segan-segan buat gue abisin lo!" ancam Johan.
Acha melirik Johan dengan tatapan tak kalah tajam.
"Dia gak akan datang ke sini. Ngerti?" tekan Acha.
"Lo emang suka ya di aniaya. Lo harus di kasik pelajaran biar gak berani jawab gue!"
Johan membuka ikatan tali di tangan Acha. Setelah terbuka, Johan menarik Acha untuk bangun secara tidak santai. Johan menarik kedua tangan Acha sampai ke balik punggungnya agar Acha tidak bisa memberontak. Johan menarik Acha ke genangan air yang berada di ruangan itu.
Tanpa rasa ragu Johan menenggelamkan kepala Acha ke genangan air itu. Acha berusaha untuk memberontak tapi ia tidak cukup memiliki tenaga untuk melawan Johan.
Johan tertawa senang melihat Acha susah nafas di dalam air itu. Tak lama Johan kembali menarik kepala Acha ke permukaan.
"Gimana? Apa ini cukup membuat lo takut sama gue?" ucap Johan.
Acha mengambil nafas sebanyak-banyaknya saat tadi hampir kehabisan nafas di dalam air.
"G-gue gak pernah takut sama siapapun. Termasuk lo!" ucap Acha terengah-engah.
"Jadi lo belum takut?" Johan kembali menenggelamkan kepala Acha di genangan air itu. Sekuat tenaga Acha menahan nafasnya di dalam air itu.
Johan kembali menarik kepala Acha ke permukaan. Pria itu mendekatkan wajahnya di telinga Acha.
"Jangan bantah gue cantik. Lo gak tau kan se bengis apa gue kalau udah marah. Kan gak seru kalau lo mati sekarang tapi pacar lo belum menitipkan pesan terakhir," kekeh Johan.
Acha sudah merasakan remuk di seluruh badannya. Di tambah nafas yang hampir habis di dalam air. Acha tidak bisa terus-terusan begini. Harus ada perlawanan darinya.
Merasa memiliki kesempatan untuk melawan, Acha membenturkan kepalanya ke wajah Johan. Dan benar saja, Johan langsung memundurkan langkahnya dan melepas cekalan nya di tangan Acha.
Acha terkekeh melihat hidung Johan mengeluarkan darah. Tidak mau membuang waktu, Acha segera lari ke arah pintu. Tapi belum sampai di depan pintu Acha merasakan ada sesuatu yang menghantam kepalanya.
Dug!
Acha menoleh kearah Johan saat perlahan kesadarannya akan menghilang. Ternyata pria itu melempar sebuah balok kayu hingga mengenai kepala bagian belakang Acha.
"ACHA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE SADNESS [ENDING]
ContoAshalina Haameda atau kerap di panggil Acha adalah gadis periang dan juga populer di kampusnya. Banyak yang menyukai Acha karena kecantikannya, namun ada satu pria yang membuat Acha penasaran karena sifat dinginnya. Dia adalah Agha Carelio Delmar, s...