Saat ini markas LavaGhost penuh dengan anggotanya. Mereka tengah merencanakan penculikan untuk pengalihan perusahaan besar.
"Jadi kita akan menculik anak dari pengusaha Internasional Group untuk di jadikan tahanan. Nanti kita akan tukar dengan kekuasaan dia!"
"Apa kau yakin cara itu akan membuat dia mau menyerahkan perusahaannya ke kita?" tanya Agha memastikan.
Alfan mengangguk yakin."Ya, karena anak itu adalah aset berharga di dalam keluarganya."
"Kalau begitu suruh anak buah untuk culik anak mereka dan bawa anak itu kemari!" perintah Agha.
Malam ini akan menjadi malam yang indah untuk Agha. Karena dengan ia membeli perusahaan Internasional Group, usahanya akan semakin mendunia. Internasional Group salah satu perusahaan terbesar di asia dan Agha harus mendapatkannya.
*****
"Di mana anak itu?" tanya Agha.
"Di dalam ketua," jawab Alfan.
Suruhan Agha sudah berhasil menculik anak pengusaha itu. Sekarang tinggal menelfon dan mengancam pemilik perusahaan untuk menjual perusahaannya ke Agha.
Agha masuk ke dalam suatu ruangan yang kecil dengan penerangan yang redup. Korban tengah di ikat di kursi dan kepalanya di tutupi dengan kain hitam.
Agha mendekati lalu menarik kain itu dari kepalanya. Mata Agha terbelalak melihat siapa yang anak buahnya culik. Dia adalah mahasiswa gilanya itu.
"Acha!"
Acha menyengir menatap Agha ketika penutup kepalanya terbuka.
"Hai, Pak!" sapa Acha santai.
"K-kok bisa kamu ada di sini?"
"Kan saya di culik sama Bapak," jawab Acha.
"Alfan!" panggil Agha tegas.
Alfan masuk ke dalam ruangan saat mendengar namanya di panggil. Alfan juga kaget melihat gadis yang waktu itu berada di satu mobil dengan ketuanya.
"Lho? Kok bisa kamu?" kagetnya.
"Kenapa kalian pada kaget? Bukannya kalian emang mau culik saya?"
Acha masih bersikap tenang meskipun tangannya di ikat ke belakang kursi. Sakit sih tapi tidak apa-apa. Acha senang karena di culik oleh dosennya itu.
"Pak Agha kalau mau nikahin saya itu gak perlu pakai cara kayak gini. Saya langsung mau kok kalau Pak Agha tawarin nikah," ujar Acha.
Agha menatap Alfan tajam. Kenapa bisa yang ia culik adalah mahasiswanya. Terus sekarang bagaimana? Acha sudah berada di markas mereka.
"A-aku tidak tau ketua," cicit Alfan takut. Alfan ngeri jika Agha sudah menatapnya tajam. Bisa-bisa Agha menarik pelatuk pistol ke kepalanya.
"Kau!" Agha menunjuk wajah Alfan kesal.
"Hei, kalian jangan berantem dulu. Lepasin ikatan saya dong, sakit nih!" protes Acha.
Agha menghela nafasnya lalu membuka ikatan tali yang melilit di tangannya.
"Kebuka juga," ujar Acha lega. Acha melihat pergelangan tangannya yang merah akibat ikatan tali yang sangat kuat. Kenapa mafia-mafia ini begitu keras mengikat korbannya.
"Apa kamu tidak bisa bedakan mana anak pengusaha dan anak orang gila!" Agha melanjutkan mengomeli Alfan karena salah culik.
Acha membelakkan matanya tidak terima. Anak orang gila? Emang jahat banget nih dosennya. Masak cantik-cantik gini di bilang anak orang gila.
"Hei! Saya itu emang anak pengusaha. Namanya Beni Safiq, pengusaha terbesar di asia!" cerita Acha membuat Agha dan Alfan sama-sama menoleh.
"Jadi kita tidak salah menculik? Berarti benar dong dia anaknya?" cerca Alfan. Alfan bernafas lega, dengan begitu Agha tidak jadi membunuhnya.
Agha menatap Acha tidak percaya. Apa benar mahasiswanya ini anak dari Beni Safiq.
"Kamu lagi gak bohongin saya kan?" tanya Agha.
"Ngapain saya bohongin Pak Agha. Mau saya kasik bukti fotocopy KK saya?"
Agha kembali menghelakan nafas lalu menarik kerah baju Alfan dari belakang. Agha menyeret Alfan untuk keluar dari sana.
"Lepaskan saja dia," ujar Agha setelah keluar dari ruangan kecil tadi.
"Lah, kok di lepasin ketua? Bukannya kita tidak salah menculik?" bingung Alfian.
"Dia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini. Lepaskan saja dia."
Alfan memicingkan matanya menatap sang ketua. Sepertinya sudah ada bumbu-bumbu tertarik di hati ketuanya ini untuk gadis itu.
"Jangan-jangan ketua mulai suka ya sama mahasiswa gila ketua itu?" goda Alfan.
Agha menatap datar Alfan. Pria itu mengambil pistol di suka jasnya dan menodongkannya di kening Alfan.
"Bicara apa kamu?"
Alfan meneguk salivanya susah payah. Salah menggoda orang dirinya. Alfan lupa, jika orang di depannya ini adalah ketua mafia.
"T-tidak ketua."
Agha menurunkan pistolnya lalu memasukkan kembali ke dalam jas.
"Lepaskan dia!" perintahnya lalu pergi begitu saja.
Setelah Agha pergi Alfan bernafas lega. Hampir saja nyawanya melayang karena salah bicara.
*****
Setelah di bebaskan Acha pergi menemui Agha di atas rooftop. Acha tadi sudah bertanya dengan Alfan dan Alfan bilang jika malam seperti ini ketua itu akan berada di rooftop.
Acha berdiri di samping Agha yang tengah menghirup rokoknya. Tanpa rasa takut Acha merebut putung rokok itu dari tangan dosennya.
"Sayangi paru-paru Bapak. Masa orangnya ganteng paru-parunya jelek," ujar Acha membuang rokok itu le lantai.
Agha tidak menggubris dan tetap fokus memandang lampu-lampu kota.
"Awalnya saya takut saat ada orang yang ingin membawa saya. Tapi, setelah saya lihat ada nama LavaGhost di jaket mereka jadi saya pasrah mereka culik," cerita Acha.
Tadi saat Acha baru keluar dari kampus, ada beberapa orang bertopeng menarik paksa Acha masuk ke dalam mobil. Namun saat Acha tahu orang itu suruhan Agha, ia pasrah di bawa begitu saja.
Agha merotasikan kedua bola matanya, pantas saja saat di buka penutup kepalanya gadis itu menyengir.
"Ini sudah malam apa kamu tidak ingin pulang?" tanya Agha.
"Nggak, saya betah di sini."
Agha menatap Acha jengah. Dia pikir tempat ini hotel.
"Ini markas mafia Acha bukan hotel. Tempat ini bahaya buat kamu!" ucap Agha tidak habis pikir.
"Cie, Bapak khawatir ya?"
"Kamu sudah tau semua rahasia saya. Dari saya gay, seorang ketua mafia kenapa kamu tidak takut dengan saya?" kesal Agha. Kenapa gadis ini tidak ada takut-takutnya sama sekali kepada dirinya. Apa wajahnya kurang menyeramkan.
"Kenapa saya harus takut? Bapak kan gak mungkin sakitin saya," ujar Acha tenang.
"Itu mungkin Acha. Saya seorang mafia dan bisa saja saya membunuh kamu!"
Acha mengangguk tanpa rasa takut. Gadis itu mengambil tangan Agha yang memegang pistol dan menaruhnya di keningnya sendiri.
"Bunuh saya kalau gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE SADNESS [ENDING]
Short StoryAshalina Haameda atau kerap di panggil Acha adalah gadis periang dan juga populer di kampusnya. Banyak yang menyukai Acha karena kecantikannya, namun ada satu pria yang membuat Acha penasaran karena sifat dinginnya. Dia adalah Agha Carelio Delmar, s...