18.Bocil

1.1K 84 5
                                    

Pagi ini adalah mata kuliah Agha jadi Acha datang lebih awal dari yang lain. Acha tidak ingin melewati mata kuliah dosen tercintanya itu.

Semakin lama semua mahasiswa sudah berdatangan. Mereka duduk di kursi mereka masing-masing. Hari ini Acha tidak satu kelas dengan Febri jadi gadis itu senang karena tidak mendengar kebawelan sahabatnya itu.

Satu jam berlalu tapi dosennya itu masih tidak juga datang. Kemana Agha sebenarnya. Semua mahasiswa juga sudah kesal karena dosennya tidak cepat datang.

"Eh, hari ini Pak Agha gak masuk jadi kita di suruh pulang aja," ujar Bayu. Teman sekelasnya.

"Yah, kenapa gak dari tadi aja sih!" gerutu salah satu mahasiswa. Semua sudah mulai berhamburan keluar. Bukan hanya mahasiswa lain yang kesal namun juga Acha. Gadis itu sudah rela datang pagi-pagi tapi dosennya itu malah tidak masuk.

"Acha," Bayu datang ke bangku Acha menyapa gadis itu.

"Iya Bay kenapa?" tanya Acha.

"Hari ini lo ada kelas lagi gak?" tanya cowok itu. Acha menggeleng.

"Nggak kenapa?"

"Balik bareng mau gak?" tawar Bayu.

"Eum.... sori ya Bay tapi gue udah janji mau balik sama Febri. Jadi gue duluan ya," pamit Acha.

Sebenarnya Acha tidak enak menolak tawaran Bayu. Selama ini pria itu sangat baik sama Acha tapi demi menjaga hati untuk dosennya Acha tolak saja.

*****

Rencananya Acha akan menunggu Febri di kantin. Pasti sahabat tercintanya itu belum selesai kelas. Tadi Acha juga sudah menghubungi jika dirinya menunggu di kantin.

Tatapan Acha fokus pada satu pria yang duduk sendirian di meja kantin. Pasti pria itu tahu kemana perginya Agha hari ini.

Acha menghampiri meja Damian lalu duduk di kursi sebelah pria itu.

"Calon suami gue lo umpetin dimana?" tanya Acha to the point.

Damian yang awalnya sibuk dengan laptop kini beralih menatap Acha. Kening pria itu berkerut.

"Siapa?" tanya Damian.

"Pak Agha kemana hari ini gak ke kampus. Pasti lo umpetin kan!" tuduh Acha.

"Lo siapa? Gue gak tanya siapa calon suami lo," ujar Damian malas berdebat.

"Kenalin. Gue Ashalina Hameeda calon istrinya Bapak Agha Carelio Delmar. Jadi lo gak usah macem-macem sama gue!" Acha melipat tangannya di atas dada. Gadis itu menatap angkuh pacar batang dosennya itu.

"Ouh, jadi lo mahasiswi yang suka sama Agha. Bocil ya," ucap Damian.

Acha membelakkan matanya tidak terima di katai bocil.

"Umur gue udah 21 tahun bukan bocil lagi. Lama-lama gue beli lo!" kesal Acha.

Damian hanya memutar matanya malas. Pria itu menutup laptopnya dan memasukkan ke dalam tasnya.

"Gue saranin berhenti ngejar Agha. Karena Agha gak akan pernah suka sama bocah tengil kayak lo."

Damian memasang tasnya lalu pergi dari sana meninggalkan Acha yang kepalanya sudah berapi-api.

"LO YANG BERHENTI SUKA SAMA CALON SUAMI GUE! INGAT SESAMA BATANG ITU DOSA!!" Teriak Acha mengundang atensi seluruh mahasiswa di kantin.

Acha membekap mulutnya sendiri. Semua mahasiswa menatapnya aneh. Mulutnya memang tidak bisa di jaga.

"Kenapa sih, Cha teriak-teriak?" Febri baru saja datang dan mendengar sahabatnya itu teriak-teriak di kantin.

Acha mendengus kesal."Si homo tuh ngeselin!"

Kening Febri berkerut."Siapa?" 

"Damian dam dam pacar batang calon suami gue," jelas Acha.

Febri menghela nafasnya pelan. Dasar Acha.

*****

Damian melangkahkan kakinya masuk ke mansion Agha. Pria itu memberitahunya jika hari ini ia tidak pergi ke kampus karena akan menyusun rencana. Damian langsung mengalungkan tangannya di leher Agha. Pria itu tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Tadi mahasiswa gila mu itu mencari keberadaan mu," ujar Damian. Lelaki itu menaruh dagunya di atas kepala Agha.

Agha terkekeh lalu membalik tubuhnya menatap Damian.

"Kenapa? Kau cemburu?" Agha melingkarkan tangannya di pinggang Damian.

"Tidak. Untuk apa aku cemburu kepada gadis itu. Dia bukan saingan ku," ujar Damian.

"Tapi bagaimana nanti jika aku tertarik padanya. Bukankah gadis itu sangat cantik."

Damian merubah mimiknya kesal. Pria itu melipat tangannya di depan dada.

"Maka akan ku bunuh dia agar kau berhenti tertarik padanya. Aku tidak suka jika milikku di rebut oleh orang lain," ujar Damian.

Agha menarik tangan Damian agar kembali mengalungkan tangannya di leher jenjang milik Agha. Ia menatap intens mata lelaki itu.

"Aku hanya becanda tidak perlu marah seperti itu."

"Tapi aku serius dengan ucapan ku, Agha. Kalau sampai kau tertarik padanya aku akan benar-benar membunuh gadis itu!"

"Ya, terserah kau saja. Dasar pencemburu."

MY LOVE SADNESS [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang