"Mereka siapa, sih?" bisik Febri di dekat Acha.
Sejak pagi tadi Febri bingung kenapa orang-orang itu selalu mengikuti Acha. Dari gadis itu masuk ke kelas, perpustakaan dan kantin mereka ikuti.
"Mereka suruhan Pak Agha buat jagain gue," jawab Acha.
"Eh? Kok bisa?"
Febri membulatkan matanya tidak percaya.
"Seminggu yang lalu gue udah jadian sama Pak Agha." Acha menyengir kuda sedangkan sahabatnya itu langsung merubah mimik wajahnya datar.
"Katanya mau berhenti suka. Gak mau lagi ngejar Pak Agha. Dan sekarang udah jadian aja!" sindir Febri.
"Ya, gimana ya namanya juga sama-sama saling cinta."
"Terus nasib si Damian itu gimana?" tanya Febri penasaran.
"Gue gak tau karena gue sama Pak Agha ngejalanin hubungan ini backstreet," sengir Acha lagi.
"Astagfirullah! Jadi lo selingkuhannya Pak Agha!" pekik Febri kaget. Buru-buru Acha membekap mulut sahabatnya itu.
"Jangan teriak Febri! Kalau sampek mahasiswa lain tau bukan backstreet lagi hubungan gue sama Pak Agha!"
"Lagian kenapa lo mau jadi yang kedua. Astaga Acha! Plis jangan buta karena cinta!"
"Pak Agha bilang gue itu yang utama di hatinya. Jadi bukan yang kedua. Lagi pula bukannya bagus ya gue udah berhasil ngebuat Pak Agha ada di jalan yang lurus lagi?" ujar Acha.
Febri mengangguk menyetujui. Ucapan sahabatnya itu juga ada benarnya tapi Febri kurang setuju dengan hubungan backstreet mereka. Seolah-olah hubungan mereka adalah aib yang harus di sembunyikan. Lagi pula kalau memang saling cinta kenapa gak di umumkan saja.
"Ya bener lo udah merubah orang belok ke jalan yang lurus lagi. Tapi, apa lo gak takut ada mahasiswi atau dosen lain yang deketin Pak Agha?" tanya Febri.
"Nggak. Ngapain gue harus takut. Gue percaya kok kalau Pak Agha itu cintanya cuma sama gue."
Febri menghela nafasnya kasar."Serah lo, deh. Tapi kalau sampek lo sakit hati gara-gara tuh dosen gue botakin dia!" peringat Febri.
"Eh, jangan. Yang ada lo yang di kulitin!" celetuk Acha.
"Hah? Maksudnya?"
"Acha?" panggil Alfan. Seketika sang pemilik nama menoleh.
"Saya di perintah untuk pergi ke ruangan Pak Agha. Apa kamu tidak apa saya tinggal?" ujar Alfan.
"Tentu saja tidak. Pergilah bersama anak buah mu," ujar Acha enteng. Gadis itu bersyukur jika Alfan dan anak buahnya pergi dari sisinya. Acha menjadi merasa tidak bebas karena di pantau oleh mereka.
"Tidak Acha. Kamu masih harus kami jaga. Lima orang ikut dengan ku dan sisanya tetap jaga Nona Acha!" perintah Alfan.
Acha menunduk lesu."Ikut gih," suruh Acha malas.
"Maaf nona tidak bisa," jawab salah satu suruhan Agha.
"Udah gue bilang panggil gue Acha bukan nona atau ibu!" ujar Acha jengah.
"Iya maaf nona... eh maksudnya Acha," ralat orang itu cepat.
"Gue mau ke toilet. Kalian gak usah ikut!" peringat Acha.
"Maaf, tapi kami tidak berani membiarkan anda pergi sendiri."
Acha memutar matanya malas."Gue mau ke toilet lho bukan ke penjara. Ngapain kalian kawal juga!"
Acha sudah mulai jengah terus di ikuti seperti itu. Menurut Acha, pacarnya itu terlalu lebay sampai mengirim anak buahnya untuk mengikuti dirinya. Acha merasa sekarang privasinya jadi berkurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE SADNESS [ENDING]
Cerita PendekAshalina Haameda atau kerap di panggil Acha adalah gadis periang dan juga populer di kampusnya. Banyak yang menyukai Acha karena kecantikannya, namun ada satu pria yang membuat Acha penasaran karena sifat dinginnya. Dia adalah Agha Carelio Delmar, s...