9.Menggalau

1.1K 101 5
                                    

Sebelum baca jangan lupa apa? Jangan lupa vote dan komen, iya pinter.

Happy reading✨

*****

"Udahlah Cha nggak usah dipikirin lagi. Lagian lo udah tahu kan sekarang kalau Pak Agha itu nggak mungkin bisa lo gapai."

Sudah dua jam lebih Febri berusaha menghibur Acha yang tengah di landa kegalauan. Seorang Ashalina Hameeda jadi murung hanya seorang gay.

"Baru kali ini gue kalah bersaing sama seseorang." Acha menopang dagunya di guling.

"Kali ini bukan kalah cantik atau pinter lagi. Tapi kalah ganteng dan juga berotot."

"Cukup sadar diri aja Cha," ujar Febri menepuk pundak Acha berapa kali.

"Bisa gak ya gue operasi jadi cowok biar Pak Agha mau sama gue?"

Febri yang mendengar ucapan Acha langsung menoyor kepala Acha.

"Jangan mentang-mentang lo galau otak lo jadi sempit ya, Cha!" emosi Febri.

"Gini kalau bego sama goblok bercampur jadi satu. Jadi manusia gak bersyukur banget lo! Udah di kasik rupa yang cantik, otak yang encer masih aja gak bisa mikir jernih!"

"Emang ya, mau sepintar apapun manusia kalau udah mengenal cinta pasti bakal goblok!"

"Ya nggak usah noyor kepala gue juga sakit tahu!" protes Acha.

"Biar lo sadar. Tuhan ciptain lo itu udah sempurna. Bisa bernafas, punya tangan lengkap, kaki lengkap, fisik yang sempurna masih aja gak bersyukur!"

Lama-lama Febri jadi gedeg dengan ke goblokan Acha yang alami. Untung saja Febri masih satu kampus dengan Acha jika tidak entah jadi apa Acha sekarang.

Udah jatuh cinta sama gay, punya niat operasi kelamin lagi.

"Gue bersyukur Feb, Alhamdulillah. Tapi kenapa ya Tuhan gak ciptain gue jadi Laki aja. Kalau tahu Pak Agha itu gay kan gay nya sama gue," ujar Acha.

"Kenapa lo gak request aja pas lo masih jadi zigot!" kesal Febri.

"Emang bisa?"

"Tahu ah! Emosi gue lama-lama sama lo, Cha!"

"Sabar jangan emosi. Orang sabar itu di sayang Tuhan lho," ujar Acha menenangkan Febri.

"Ya, lo yang bikin gue emosi Acha!"

"Sabar ya Feb, ini ujian. Gue gak ada niat bikin lo emosi kok. Gue cuma curhat aja," Acha mengelus punggung Febri yang berada di sebelahnya.

Febri menahan kegeramannya kepada Acha. Febri mengeluarkan nafasnya dengan kasar.

"Astaghfirullahaladzim," ucap Febri beristigfar.

"Nah iya istighfar biar tenang."

*****

"Ingat Cha, hari ini lo harus bersikap seperti biasa. Nggak usah terlalu happy kalau ketemu sama Pak Agha. Bersikap layaknya mahasiswi dan dosen pada umumnya. Okey?"

Febri memperingati agar Acha tidak terlalu agresif ketika bertemu dengan Agha. Febri tidak mau jika Acha berharap kembali dengan Agha yang jelas-jelas tidak akan tertarik kepadanya.

"Bisa gak ya Feb?" tanya Acha ragu.

Acha masih tidak yakin bisa bersikap biasa saja kepada Agha. Entah pelet apa yang Agha berikan kepada Acha sampai ingin menjauh pun Acha susah. Ya, meskipun Acha tahu kalau Agha itu gay.

"Bisa Cha. Lo pasti bisa!"

Acha menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Acha mengembangkan senyumannya.

"Bisa kan?"

"Pak Agha." Febri langsung menoleh ke belakang ketika Acha menyebut nama Agha.

Saat Acha hendak menghampiri Agha, dengan sigap Febri menahan kerah belakang baju Acha.

"Acha tahan!" Baru 30 detik yang lalu Febri peringatkan, Acha sudah mau berulah lagi.

"Nggak bisa!" rengek Acha berusaha melepaskan genggaman Febri di kerah bajunya.

"Kalau lo ngelawan gue aduin lo ke tante Bela!" ancam Febri.

Acha mendengus."Gak seru ah mainnya ngadu-ngaduan."

Akhirnya Acha mengalah dan hanya menatap Agha yang lewat di depannya tanpa menoleh sedikitpun.

"Pagi mantan calon suami," lirih Acha menatap punggung Agha yang sudah menjauh.

"Lo lihat kan Cha? Buka mata lo lebar-lebar. Pak Agha aja gak selera ngelirik lo!"

"Gue nggak bisa nih di giniin!" ucap Acha melepas tangan Febri di kerah bajunya.

"Eh lo mau kemana?" Febri kembali menahan Acha.

"Ngejar Pak Agha!" jawab Acha.

"Lo gila ya Cha! Daripada lo ngejar Pak Agha mending sama Damian aja tuh!" Febri menunjuk kearah seorang pria yang baru saja datang.

"Pak Agha sama Damian tuh nggak ada bedanya tau."

"Maksud lo?"

"Ck! Sama-sama gay! Kemarin kan ciumannya sama Damian."

"What! Really!" kaget Febri.

Febri tidak menyangka jika seorang Damian yang terkenal dengan ketampanannya juga bisa gay.

Febri hanya bisa menganga menatap Damian yang baru saja melewatinya.

"Ngeri gue ngeliatnya Cha, kalau jadi film cocok kali ya judulnya ganteng-ganteng gay."

"Cha? Acha? Lo deng----"

Saat Febri menoleh tiba-tiba saja Acha sudah menghilang. Pasti Acha sudah mengejar Agha saat ia lengah tadi.

"Bener-bener nggak ada akhlak tuh anak!"

MY LOVE SADNESS [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang