20.Jaga Jarak

1.5K 103 4
                                    

Agha melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion. Hari ini cukup melelahkan untuk laki-laki itu. Agha mengerutkan keningnya melihat Damian berada di dalam kamarnya.

"Akhirnya kau datang juga."

Damian berdiri lalu memeluk pria itu. Agha menghela nafasnya pelan dan melepas pelukan Damian.

"Jangan sekarang Dam, aku sedang lelah," ujar Agha.

"Ayolah Gha, aku sedang ingin bersenang-senang dengan mu."

"Tapi aku lelah Dam. Lain kali saja."

Agha menyingkirkan Damian dari jalannya. Pria itu mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Damian mengerutkan keningnya. Ada apa dengan Agha. Tidak seperti biasanya ia menolak keinginan pria itu. Tapi jika seperti itu sudah di pastikan ada yang merusak mood laki-laki itu.

*****

Agha menghentikan langkahnya ketika ia melihat Acha baru saja datang. Pria itu terus menatap Acha yang berjalan kearahnya. Pasti setelah ini gadis itu akan menyapanya.

Jauh dari perkiraannya, ternyata Acha hanya melewati dirinya saja. Bahkan menoleh saja tidak. Ada apa dengan mahasiswa gilanya itu.

Agha mengedikkan bahunya acuh. Kenapa Agha malah berharap Acha menyapa dirinya. Bukankah bagus jika gadis itu berhenti mengejarnya.

*****

Agha menyapukan pandangannya ke seluruh kelas. Tidak ada Acha. Kemana dia? Perasaan tadi pagi Agha melihat gadis itu datang.

"Febri, dimana Acha?" tanya Agha pada Febri.

Febri mengerutkan keningnya. Kenapa dosen itu tiba-tiba menanyakan Agha. Apa Agha sudah mulai suka dengan sahabatnya itu.

"Tumben Bapak cariin Acha? Kangen ya?" Febri menaikkan alisnya sebelah.

"Tidak. Saya hanya tidak suka jika ada mahasiswa yang bolos di mata kuliah saya," ujar Agha.

Agha juga bingung kenapa ia malah mencari Acha. Apa yang sudah terjadi padanya. Agha tidak boleh memiliki perasaan suka sedikitpun pada gadis itu.

"Jika kamu bertemu dengannya suruh dia temui saya di ruangan."

Febri mengedikkan bahunya tidak peduli. Dan Febri tidak akan menyampaikan pesan dosennya itu. Febri tidak mau Agha kembali membentak Acha.

*****

Sudah satu tajam lebih Agha menunggu kedatangan Acha ke ruangannya tapi sampai saat ini gadis itu belum juga datang. Apa gadis itu benar-benar sudah menyerah dan berhenti menyukainya. Tapi kenapa hati Agha tidak terima jika Acha menjauhinya. Bukankah ini yang ia mau.

"Ngapain juga saya nungguin dia. Aneh!" ucap Agha bermonolog.

Agha bangkit dari duduknya. Lebih baik ia pulang daripada menunggu kedatangan mahasiswi gilanya itu.

Baru saja keluar dari ruangannya, langkah Agha sudah terhenti. Ia melihat Acha sedang berjalan bersampingan dengan seorang pria. Jadi itu alasan kenapa gadis itu bolos. Ini tidak bisa Agha biarkan.

"Acha!"

Acha yang tengah asik mengobrol dengan Bayu jadi menoleh pada sumber suara. Acha mengerutkan keningnya melihat Agha berjalan ke arahnya.

"Kenapa pak?" tanya Acha saat Agha sudah berada di depannya.

"Tadi kamu bolos di mata kuliah saya. Kemana kamu? Sibuk pacaran ya?" Agha menatap pria yang berada di samping Acha.

"Ouh, iya sebenarnya tadi saya---"

"Nilai kamu saya kurangi! Sekali lagi kamu bolos di mata kuliah saya jangan harap bisa masuk lagi!" ucap Agha.

Acha mengerutkan keningnya tidak mengerti. Kenapa dengan dosennya itu. Tapi tidak aneh lagi jika Agha memang suka marah-marah. Mungkin dia lagi ada masalah.

*****

Agha mengernyit ketika melihat ada kotak bekal di mejanya. Agha mendekati dan mengambil note yang berada di atas bekalnya.

Morning pak dosen.

Sebelumnya saya minta maaf karena masuk ke dalam ruangan Bapak tanpa izin. Ini bekal untuk bapak makan siang nanti. Maaf saya tidak bisa memberikannya secara langsung. Saya takut Bapak risih:)

Selamat makan Bapak Dosen ganteng<3

-From Acha

Tanpa sadar lengkungan tipis terukir di bibir dosen itu. Membaca note dari Acha membuat hatinya bahagia di pagi ini. Agha mengambil memandangi bekal makan dari mahasiswinya itu.

*****

"Acha!" panggil Agha.

Raut wajah Agha berubah menjadi datar ketika seorang pria baru saja keluar dari kelas dan berdiri di samping Acha.

"Mau langsung pulang?" tawar Bayu di samping Acha.

"Bentar ya, Bay," ujar Acha. Ia kembali menatap Agha.

"Kenapa Pak Agha panggil saya? Apa ada yang penting?" tanya Acha.

Agha menggelengkan kepalanya lalu menyodorkan kotak bekal makan yang sudah kosong.

"Saya hanya ingin mengembalikkan ini ke kamu."

Acha tersenyum lalu menerima kotak bekal itu. Acha sengaja membuatkan bekal makan siang untuk Agha karena Acha tahu Agha tidak suka makan di kantin.

"Lain kali jangan taruh makanan lagi di meja saya. Saya tidak suka."

Agha berbalik badan lalu meninggalkan Acha di ambang pintu kelas dengan pria itu. Awalnya Agha ingin menawarkan tumpangan kepada Acha tapi tidak jadi saat melihat pria itu berada di samping Acha. Ada perasaan tidak suka saat ada pria yang mendekati Acha. Entahlah aneh saja menurut Agha.

"Lo masih ngarepin Pak Agha, Cha?" tanya Bayu di samping Acha.

Sudah bukan rahasia umum lagi jika Acha menyukai dosennya itu. Bahkan ada yang terang-terangan menyindir Acha sebagai gadis murahan karena selalu mengejar dosennya itu.

"Iya," jawab Acha singkat.

"Kenapa gak di kejar?" tanya Bayu lagi saat mendengar jawaban gadis itu.

"Gue bukan gak mau ngejar cuma lagi jaga jarak aja," ujar Acha.

"Tumben mau jaga jarak biasanya juga los aja lo ngejarnya."

Acha terkekeh. Ternyata segitunya banget Acha mengejar cinta dosennya itu.

"Gue takut Pak Agha risih dan malah benci gue. Kan gak lucu, cintanya udah tertolak masa orangnya di benci juga."

"Kalau gue jadi Pak Agha gak bakal gue tolak cewek secantik lo. Secara lo itu incaran cowok-cowok Universitas Internasional Jaya."

"Sayangnya lo bukan Pak Agha."

MY LOVE SADNESS [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang