37. 2 jam saja, Cha

1.3K 87 3
                                    

Agha tidak kuasa melihat Ibu Acha menangis tersedu-sedu di dekapan suaminya. Sangat terlihat jika wanita paruh baya itu sangat menyayangi Acha. Agha akan merasa sangat bersalah jika Acha tidak bisa selamat. Mau bagaimana pun kondisi Acha yang sekarang karena menyelamatkan dirinya.

Agha pergi ke depan Bela dan juga Beni. Pria itu bersimpuh di depan kaki Bela.

"Saya minta maaf karena saya Acha berada di ambang kematian," lirih Agha menunduk. Bisa kalian bayangkan seorang mafia yang terkenal kejam harus bertekuk lutut.

Bela menghapus air matanya yang meluruh lalu melepas dekapan sang suami. Ia menatap Agha yang bersimpuh di depan kakinya.

"Dengan meminta maaf apa anda bisa mengembalikan anak saya?!" ucap Bela emosi. Wanita paruh baya itu mencengkram kerah baju Agha.

"Mi, sabar, Mi." Beni berusaha untuk menenangkan istrinya agar tidak terbawa emosi.

"Sabar? Apa dengan sabar bisa membangunkan Acha?!" tanya Bela menatap suaminya itu. Beni bungkam tidak bisa membalas ucapan sang istri.

Tatapan Bela kembali pada Agha yang menunduk."Maafkan saya." Hanya kata maaf yang bisa Agha ucapkan.

"Jika maaf kamu bisa mengembalikan Acha saya akan maafkan. Tapi apa bisa kamu kembalikan Acha kepada saya? Bisa?" cecar Bela. Agha hanya bisa diam tidak berkutik.

"Gak bisa kan!!" Bela mendorong tubuh Agha hingga terhuyung ke belakang

"Ketua." Alfan bergegas ingin membantu Agha berdiri tapi Agha menahan tangan Alfan agar tidak membantunya.

Ceklek.

Semua tatapan beralih pada dokter yang keluar dari kamar rawat Acha. Bela dan Beni segara menghampirinya.

"Detak jantung pasien kembali normal. Tadi pasien hanya mengalami henti jantung," ujar dokter laki-laki itu.

Semua yang berada di sana bernafas lega mendengar detak jantung Acha kembali lagi. Bela bersyukur karena masih ada keajaiban untuk putrinya.

"Tante, Acha baik-baik aja." Febri memeluk Bela dari samping. Wanita paruh baya itu mengangguk dan membalas pelukan Febri.

"Iya, Feb."

"Dokter, apa kami sudah boleh menjenguk anak kami?" tanya Beni.

"Bisa pak tapi jangan banyak-banyak dulu ya. Pasien masih harus memulihkan kondisinya," pesan sang dokter.

"Baik dok."

Bela, Beni, dan juga Febri langsung masuk untuk melihat kondisi Acha. Tapi saat Agha ingin masuk Alfan justru menghentikannya.

"Ketua jangan masuk dulu. Kasih waktu untuk mereka menenangkan dirinya dulu," ujar Alfan.

Ucapan Alfan ada benarnya juga. Jika Agha masuk sekarang yang ada ia di usir oleh Bela. Lebih baik Agha menunggu dulu di luar.

*****

Ting!

Agha merogoh ponselnya di dalam saku jas. Ia membuka salah satu aplikasi chat saat ada pesan masuk.

"Jangan coba-coba untuk ingkar janji. Ini sudah waktunya untuk kau kembali kepada ku. Jika kau berani ingkar janji, kematian akan selalu mengintai gadis mu itu."

Agha mematikan ponselnya sesudah baca pesan dari Damian. Ini sudah waktunya Agha kembali kepada pria itu. Tapi bagaimana dengan Acha? Agha belum menemui gadis itu.

"Ada apa ketua?" tanya Alfan ketika melihat Agha sangat gelisah.

Agha menggelengkan kepalanya pelan.

MY LOVE SADNESS [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang