2.Rencana Acha

1.9K 138 6
                                    

Sebelum lanjut baca, bagi yang belum follow akun Author follow dulu ya teman-teman. Jangan lupa juga untuk vote dan komennya.

Bisa yuk baca sambil ngevote

Happy Reading✨

*****

Acha hanya mengaduk-aduk sedotan di gelas tanpa ada niatan untuk menyeruputnya. Acha sedang memikirkan bagaimana caranya agar dosen dingin itu terpikat kepadanya.

Jika di pikir-pikir Acha adalah gadis yang memiliki segalanya. Cantik, kaya, pintar, baik, dan juga tidak sombong. Lalu apalagi yang bisa Acha perbuat untuk memikat dosen yang sampai sekarang belum Acha ketahui namanya itu.

"Cha!"

Acha terkejut ketika Febri menggebrak meja di depan wajahnya begitu saja.

"Bisa gak kalau manggil itu santai dikit. Entar kalau jantung gue pindah ke dengkul gimana?" Acha menatap Febri malas.

"Lo pikir dari tadi gue manggil lo bisik-bisik gitu? Lo lihat seisi kantin ngeliat ke arah meja kita gara-gara gue teriak-teriak nama lo tapi lo gak nyahut."

Acha menoleh ke kanan kiri, benar saja seisi kantin sedang menatap ke arah mejanya. Acha hanya menyengir kuda menatap Febri.

"Lagian lo mikirin apa sih?" tanya Febri seraya menyeruput minuman dinginnya.

"Eum... Feb, menurut lo gue kurang apa?" tanya Acha tiba-tiba.

"M-maksudnya?" bingung Febri. Melihat ekspresi Acha membuat perasaan Febri tidak enak.

"Gue kan udah cantik. Kaya, baik, ramah, lucu lagi. Terus apa yang buat dosen itu gak tertarik sama gue?"

"Dosen? Pak Agha maksud lo?" tanya Febri memastikan jika yang di bicarakan oleh Acha itu adalah dosen kemarin yang mengabaikan Acha.

"Namanya Pak Agha?"

Febri menganggukkan kepalanya.

"Iya itu dari kemarin gue bingung cari nama dia. Gue cari di google juga gak nemu," ujar Acha.

"Emang lo carinya gimana?"

"Halo google, siapa nama dosen baru di kampus universitas Internasional Jaya yang gantengnya kayak Jimin." Ucap Acha melakukan hal yang sama seperti kemarin ia lakukan di rumah.

Febri menepuk keningnya, tidak menyangka jika sahabatnya bisa sebodoh ini.

"Gue kurang apa ya Feb biar Pak Agha tertarik sama gue?"

"Kurang gatel kali," ceplos Febri.

"Oh kurang gatel ya? Yaudah entar gue lebih gatel lagi kalau mau deketin Pak Agha."

Febri membelakkan matanya, ia tidak menyangka jika Acha akan serius menanggapi ucapannya. Sungguh jika ada toko tukar tambah otak, Febri sudah membawa otak Acha kesana agar bisa di ganti dengan otak yang kualitasnya lebih tinggi.

*****

Kelas pertama akan di mulai, Acha dan Febri sudah berada di kelas lima menit yang lalu. Saat Acha dan Febri tengah asik berbincang tiba-tiba saja kelas menjadi hening karena kedatangan seseorang.

Seketika Acha membeku melihat siapa yang datang ke kelasnya. Itu adalah dosen tampan yang Acha kagumi sejak kemarin.

Melihat ketampanannya yang tidak ada habisnya membuat hati Acha ingin segara memilikinya. Mulai hari ini Acha mengklaim dosennya itu sebagai incaran calon pacarnya. Kalau bisa calon suami.

"Selamat pagi perkenalkan nama saya Agha Carelio Delmar. Kalian bisa panggil saya Agha. Di dalam mata pelajaran saya tidak ada yang boleh banyak bicara kecuali menanyakan pelajaran. Saya rasa kalian sudah cukup untuk mengerti jika masih ada yang belum mengerti bisa angkat tangan."

Tanpa menyia-nyia kan kesempatan dengan cepat Acha mengangkat tangannya.

"Rumah bapak dimana?" tanya Acha.

Febri yang berada di samping Acha langsung membelakkan matanya.

"Acha," lirih Febri melihat tingkah laku Acha. Seisi kelas juga menatap Acha heran.

"Yang lain?" ucap Agha mengabaikan pertanyaan Acha.

Lagi-lagi Acha mengangkat tangannya membuat seisi kelas menatap Acha tidak mengerti. Apa yang sedang terjadi dengan primadona Internasional jaya. Febri menutup wajahnya dengan buku karena malu melihat sahabatnya yang begitu sangat agresif.

"Usia Bapak berapa? Udah menikah? Atau masih jomlo?" curcol Acha.

"Baik, jika tidak ada yang di tanyakan kita mulai materi pada hari ini."

"Saya yang tanya Pak, belum ada satu pun pertanyaan yang Bapak jawab lho," ujar Acha tidak menyerah mengambil perhatian Agha.

Agha menatap Acha jengah, punya karma apa dirinya sampai di pertemukan dengan gadis gila seperti Acha.

"Pertanyaan kamu tidak penting untuk saya jawab," ujar Agha dingin.

"Penting. Penting bagi saya Pak. Karena Bapak adalah calon masa depan saya."

*****

Kelas berakhir dan semua mahasiswa sudah keluar dari ruangan. Hanya tinggal Acha yang masih duduk manis di meja memandangi Agha yang menata bukunya.

"Biar saya bantu Pak."

Saat Acha hendak merebut buku-buku di tangan Agha, Agha terlebih dahulu menahannya.

"Tidak perlu."

"Saya menawarkan kebaikan lho Pak," ujar Acha.

"Saya tidak butuh kebaikan kamu," ujar Agha datar.

"Kata Mami kita tidak boleh menolak kebaikan orang lho Pak."

"Itu kan kata Mama kamu bukan Mama saya."

"Pak Agha jangan gitu nanti kan Mami saya juga bakal jadi Mama mertua Bapak," ucap Acha dengan PD nya.

"Memangnya saya mau menikah dengan kamu?"

"Pasti mau lah kan saya cantik." Acha tersenyum simpul menatap Agha.

Agha mendengus lalu menaruh semua buku-bukunya di tangan Acha.

"Terserah kamu. Dasar gadis gila!" ucap Agha di akhir kalimatnya.

"Lumayan juga," ucap Acha ketika semua buku Agha berikan kepadanya.

Acha mengikuti langkah Agha dari belakang menuju ke ruangannya. Saat Acha hendak masuk, pintu ruangannya langsung di tutup oleh Agha membuat jidat Acha terbentur.

Acha menghela nafasnya sabar.

"Sabar Cha, ini ujian bagi orang yang sedang berjuang."

#Bagaiman chapter dua? Masih mau lanjut?"

*Update sesuai mood✨

MY LOVE SADNESS [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang