Author pov. Seorang Noh Jihye, alias Noze yang biasanya selalu menghabiskan waktunya di ruangan dance, kali ini tampak sedang duduk seorang diri di rooftop fakultas seni sambil terus menatap chat room yang ada pada handphonenya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Noze menunggu chaeyeon dengan penuh harapan, berharap orang yang sangat amat disayanginya itu akan menemuinya, atau paling tidak sekedar membalas pesannya untuk memberi kabar.
Namun harapan noze itu tidak berlangsung lama mengingat pesannya dibaca oleh chaeyeon saja tidak.
Walaupun noze tau kemungkinan besarnya chaeyeon tidak akan menemuinya, namun gadis yang memiliki kecantikan bak seorang dewi itu tidak ingin mengurungkan niatnya untuk menunggu chaeyeon sampai datang.
Noze mendongakkan kepalanya, bahkan langit saja seakan tidak mendukungnya karena saat ini awan gelap mulai berkeliaran di atas sana.
*ceklek
Lega, Itu lah yang dirasakan oleh noze saat melihat pintu rooftop terbuka dan pelakunya adalah chaeyeon.
Noze tersenyum, namun chaeyeon tampak tidak peduli karena mahasiswa terbaik jurusan seni itu berjalan tanpa melihat sedikitpun ke arah noze.
Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan setelah chaeyeon mendudukkan dirinya di sebelah noze. Jujur saja noze bingung harus membahas apa. Gadis cantik itu tidak memiliki persiapan apa-apa. Noze meminta chaeyeon untuk menemuinya karena dosen itu hanya merindukan chaeyeon dan sangat ingin melihat wajah murid kesayangannya itu. Noze tidak ada pikiran dan jalan ke luar mengenai hubungan mereka. Hubungan yang tidak mereka pahami kenapa bisa berakhir seperti ini.
Awalnya, mereka berdua hanyalah teman berbagi cerita. Hubungan mereka tidak lebih dari seorang dosen dan mahasiswa yang saling bertukar cerita di waktu kosong sebelum kelas dimulai dan di saat chaeyeon dengan setianya menemani noze menunggu jemputan seusai kelas. Namun, lama kelamaan kedua orang itu semakin dekat. Chaeyeon semakin memahami Noze, begitu pula sebaliknya. Perlahan-lahan, cerita yang ke luar dari mulut dua orang itu bukan lagi tentang kehidupan masing-masing, melakinkan tentang mereka. Ya, cerita tentang mereka yang mulai merasa nyaman dan memiliki perasaan terhadap satu sama lain.
Meski dari awal Noze sadar bahwa hubungan mereka tidak akan bisa berjalan dengan baik, namun perasaan yang tumbuh di hatinya itu sangat sulit untuk ditahan, sesulit menahan bersin ketika kita sedang flu. Perasaan yang terus ia biarkan itu membuatnya semakin dan semakin jatuh pada sosok Lee Chaeyeon, orang yang merupakan salah satu muridnya.
Setelah saling diam dalam waktu yang cukup lama, akhirnya terdengar helaan nafas berat dari salah satu di antara kedua anak itu, dan pelakunya adalah Noze.
