3

2.5K 347 78
                                    

Author pov.
Pukul setengah tujuh pagi, dengan keadaan sudah rapi, Shin Ryujin terlihat duduk di atas motornya yang sedang terparkir di halaman rumah mewah milik sahabatnya, Lee Chaeryeong.

Iya, 'sahabat' adalah sebutan yang selalu mereka berikan setiap kali ada orang lain yang mempertanyakan tentang hubungan kedua anak itu.



"Eh ada anak cakep, mau jemput chaeryeong ya ?"



Seorang pria yang sudah cukup umur namun bentuk badannya terlihat masih kekar, tampak mendekati ryujin.



"Ah hai om, iya nih om."

"Kok ga masuk sih ? Masuk yuk, sekalian sarapan bareng."

"Aduh sebelumnya makasih om, tadi ryujin udah sarapan di rumah."

"Lain kali kalau mau berangkat bareng chaeryeong ga usah sarapan dulu, kita sarapan bareng-bareng di sini."

"Hahaha siap om, soalnya eomma lagi libur, makanya dia ngajak sarapan bareng."

"Lah eomma kamu udah balik dari Prancis ?"

"Udah om, kemarin bareng sama yeji."

"Si yeji juga pulang ?"

"Iya om, kayaknya bakal lama sih di sini. Om tumbenan banget jogging sendirian ? Tante ke mana ?"

"Biasa lah, tadi masih molor orangnya."

"Oh sekarang ryujin tau, siapa yang nurun om, siapa yang nurun tante. Pantes aja si chaeryeong rajin banget, ternyata om serajin ini bangun pagi."

"Appa."



Gadis cantik yang sejak tadi ditunggu-tunggu oleh ryujin akhirnya muncul juga.



"Cantik banget anak appa, di kampus ada siapa sih kok dandannya sampe secantik ini ?"

"Makanya jangan terlalu sibuk ngurusin perusahaan, jadi ga tau kan kalau anaknya tiap hari selalu cantik."

"Kalau yang kayak gini bukan nurun dari om sih jin."

"Hahaha tapi ya emang cantik sih om."

"Kalian ngomongin apa sih ?"



Bukan pertama kalinya chaeryeong menjadi satu-satunya orang yang tidak paham dengan obrolan mereka.
Hal seperti itu selalu terjadi setiap kali chaeryeong berada di antara ryujin dan appanya.
Apa lagi jika ditambah dengan chaeyeon, chaeryeong pasti akan merasa dikucilkan karena dirinya tidak pernah paham dengan isi pikiran mereka bertiga yang sejalan itu.



"Udah yuk berangkat, dari pada lo telat lagi kayak kemarin."

"Hampir ya jin, bukan telat."

"Hahaha iya-iya tuan putri, coba deh siniin kepalanya."



Seperti seorang anak kecil, chaeryeong hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh sahabatnya itu.

Appa Lee tidak dapat menyembunyikan senyuman di bibirnya ketika melihat ryujin memasangkan helm ke kepala putri bungsunya itu dengan penuh perhatian.



"Kok kalian lebih cocok pacaran ya dari pada sahabatan ?"



Semua orang, tanpa terkecuali, pasti akan selalu berkata demikian saat melihat cara kedua anak itu memperlakukan satu sama lain.
Kata 'sahabat' sepertinya tidak cocok untuk menggambarkan hubungan yang penuh dengan kasih sayang itu.



Social ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang