30

1.7K 256 137
                                    

Author pov.
Sudah terhitung satu bulan Lia berangkat dan pulang dari kampus bersama dengan sopir pribadinya. Tidak lagi bersama Yeji, dan Lia bersumpah kepada dirinya sendiri bahwa tidak akan pernah ada lagi yang namanya Yeji di hidup Lia.

Selama perjalanan menuju ke kampus, Lia terus menatap kosong ke luar jendela mobil. Tidak jarang gadis cantik itu tiba-tiba menitihkan air matanya ketika teringat kembali oleh tweet yang tidak sengaja ia liat tadi pagi.



Nih tweetnya.


Lia merasa sangat bodoh karena selama ini dirinya telah mempercayai semua perkataan manis Yeji yang ternyata hanya omong kosong belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Lia merasa sangat bodoh karena selama ini dirinya telah mempercayai semua perkataan manis Yeji yang ternyata hanya omong kosong belaka. Padahal sejak awal Lia tau, membiarkan Yeji masuk ke hatinya itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar. Namun apa daya ? Hatinya tidak bisa diajak bekerjasama dengan logika.
Dan akhirnya, Lia harus sehancur ini karena terlalu menaruh kepercayaan kepada seseorang.



"Maaf non, udah sampai."



Perkataan sopir pribadi Lia itu menyadarkannya dari lamunan yang entah sudah berlangsung berapa lama.



"Makasih ya pak."



Sambil membersihkan bekas air matanya, Lia ke luar dari mobil lalu berjalan menuju ke kelasnya.

Sejak awal Lia melangkahkan kaki, gadis pemilik eyes smile itu berjalan dengan sedikit menundukkan kepala karena ia tidak ingin orang-orang melihat mata sembabnya.
Padahal tanpa melakukan itu pun, orang lain pasti tidak akan ada yang tahu karena hari masih terlalu pagi untuk terdapat banyak orang di kampus.

*bruk

Beberapa buku yang Lia bawa terjatuh karena dirinya tidak sengaja menabrak seseorang.

Tanpa meminta maaf dan tanpa melihat siapa orang yang telah ditabrak olehnya, Lia berjongkok untuk mengambil buku-bukunya yang sedang berserakan di lantai.



"Gapapa kan ?"



Mendengar suara itu, kepala Lia yang tadinya sedang menunduk langsung terangkat.

Tidak ada lagi tatapan hangat, lembut, dan penuh dengan keceriaan seperti biasanya dari mata Lia. Malahan sekarang yang terlihat dari sorot mata Lia adalah sebuah amarah dan kebencian yang sangat amat besar.




"Sini gue bantuin."

"Ga usah." Lia berkata dengan nada ketus sambil menyahut bukunya dari tangan orang itu.

"Gapapa gue ban.."

"KALAU GUE BILANG GA USAH YA GA USAH! Bisa diajak ngomong ga sih ?"

"Li..."



*plak

Sebuah tamparan yang sangat amat kencang mendarat sempurna di pipi Hwang Yeji, orang yang sudah membuat pagi Lia itu menjadi berantakan.

Social ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang