25

1.4K 261 172
                                    

Author pov.
Tidak seperti biasanya, hari ini Winter ke kampus bersama Ryujin karena kebetulan kelas mereka ada di jam yang sama. Bahkan saat selesai pun, mereka ke luar dari kelas masing-masing di waktu yang bersamaan. Itu lah kenapa saat ini dua gadis tampan itu tampak sedang berjalan bersama menuju ke parkiran mobil.

Namun sialnya, di saat yang bersamaan, kedua anak itu melihat mobil yang sangat tidak asing bagi mereka baru saja terparkir, dan ke luarlah dua gadis cantik dari mobil mewah itu.

Kemunculan dua gadis cantik itu langsung membuat ryujin merangkul sang sahabat karena ternyata yang mereka lihat adalah Giselle, dan tentunya Karina.



"It's okay, kalau terlalu nyakitin ga usah diliat." Masih dengan keadaan merangkul Winter sambil tetap terus berjalan, Ryujin membisikkan kalimat itu untuk Winter.



Winter akhirnya mengikuti perkataan sang sahabat untuk mengabaikan keberadaan Karina, dan tentu saja Karina menyadari itu, karena sejak awal gadis teramat cantik itu turun dari mobil giselle, matanya tidak bisa berhenti menatap Winter. Sangat berbeda dengan Winter yang sedikit saja tidak ingin menoleh ke arah Karina.

Baru kali ini, benar-benar baru kali ini hati Karina terasa sesakit itu karena seseorang. Bahkan dulu, ketika dirinya putus dengan Kai pun, Karina tidak merasa sesakit dan sehancur ini.

Apakah kalian tau salah satu hal yang paling menyakitkan dan menyedihkan itu apa ?

Ketika dua orang yang saling mencintai harus bertemu setiap hari, di berbagai tempat, namun dipaksa berpura-pura seperti mereka tidak pernah menjadi dua insan yang saling mengenal dan tidak pernah menempati ruang special di hati masing-masing. Seperti dua orang asing yang tidak pernah bertegur sapa sebelumnya, padahal mereka pernah melewati hari di mana mereka berbincang layaknya dunia hanya milik berdua. Seperti dua orang asing yang tidak pernah saling menyentuh sebelumnya, padahal tidur di ranjang yang sama pun mereka pernah.

Kedua anak itu dipaksa untuk berpura-pura. Saling menipu diri sendiri dengan mencoba terlihat baik-baik saja, padahal secara diam-diam mereka berdua sama-sama tersiksa.



"Lo mau nongkrong aja ga ? Atau ke mana gitu ? Bilang aja, gue anter, gue temenin juga."



Ryujin yang merasa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja memutuskan untuk memberi penawaran sebelum gadis tampan itu menjalankan mobilnya.

Winter menoleh ke arah Ryujin, lalu menatap sahabatnya itu dengan mata yang tampak dipenuhi oleh rasa sakit.



"Jin, kenapa lo baik banget sama gue padahal waktu itu gue udah marah-marah dan nyalahin lo ?"



Ryujin tidak langsung menjawab, melainkan malah menatap sejenak sang sahabat, lalu menempatkan tangannya di atas bahu Winter.



"Karena lo sahabat gue, win."

"Gue ga peduli mau lo ngeludahin gue, mau lo maki-maki gue, mau lo ngajak gue gelut, atau apa pun lah, semua itu ga akan pernah bikin gue berhenti peduli sama lo.
Di sisi lain, gue juga pernah ada di posisi lo, bahkan sekarang pun mungkin masih kayak gitu, makanya gue ga mau lo sendirian ngelewatin semua ini. Lo punya gue win, lo punya sahabat-sahabat yang lain juga, jadi kalau ada apa-apa cerita, karena lo ga sendirian." Sambung Ryujin

"Anjir jangan bikin gue terharu dong, gue jadi pengen meluk lo kan."

"Please jangan! Ogah gue, nanti kita dikira pasangan homo."

"Dih, ya makanya gue bilang jangan bikin gue terharu! Itu karena gue juga ogah meluk lo monyet!"

"Udah ah, merinding gue kalau kelamaan berduaan di dalem mobil sama lo."



Social ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang