"Terima Nathania sebagai anak kamu! Sebenarnya apa yang ada di pikiranmu, hingga kamu begitu tidak menyukai kehadiran Nathania?""Saya sudah bilang, kalau saya tidak menginginkan anak perempuan! Dan saya tidak menyukainya!" Tatapan Keysa pada Arta menegaskan perkataannya.
Tidak tahu harus dengan apalagi Arta menjelaskan pada istrinya, bahwa siapapun anak yang lahir, ia tetaplah anak mereka. Padahal jelas, Nathania lahir dari rahimnya. Bahkan Keysa sendiri yang mempertaruhkan nyawanya untuk kelahiran Nathania.
Mencoba menahan gejolak amarah, Arta memejamkan matanya. Berusaha menenangkan diri. "Kamu, adalah ibu terburuk. Bahkan bagi Gerlan dan Gilvano sekalipun!"
"Keysa ... jika suatu hari nanti mereka membencimu, maka jangan pernah lupa perlakuan mu pada mereka di hari kemarin dan hari ini. Karena rasa itu muncul, karena ulah mu sendiri!"
Keysa menutup kedua telinganya. "Cukup! Kamu pikir aku ingin seperti ini? Tidak! Tidak sama sekali!"
Matanya tertuju pada Arta. "Saya, akan menjadi ibu yang baik bagi Gerlan dan Gilvano dengan cara saya sendiri! Kamu tidak akan pernah mengerti!"
"Gak ada yang mau mengerti kamu, Keysa!" Arta sudah tidak tahan untuk berdebat lagi. Ia memutuskan pergi, meninggalkan tempatnya berdiri.
Sedangkan Keysa, wanita itu juga ikut pergi dengan tujuan yang berbeda dengan Arta. Ia mengunjungi kamar Gerlan.
Pintu kamar yang tidak terkunci, memudahkan Keysa untuk masuk. Ia melihat Gerlan yang sedang berbaring di atas ranjang dengan posisi menyamping, membelakangi dirinya. "Bunda tahu kamu belum tidur, Gerlan."
Mendengar suara Keysa, lantas Gerlan bangun dari posisi sebelumnya. Kali ini, ia menatap Keysa yang sedang menghampiri. Wanita itu duduk di samping Gerlan, sambil mengusap rambutnya. "Gerlan, kamu tahu, kan? Bunda sayang sama kalian berdua."
"Berdua?"
"Iya, sayang. Kamu, sama Gilvano. Cuma kalian berdua anak bunda."
Tangannya, menepis tangan Keysa. "Gerlan mau tidur, bun. Bunda bisa pergi?"
"Keysa ... jika suatu hari nanti mereka membencimu, maka jangan pernah lupa perlakuan mu pada mereka di hari kemarin dan hari ini."
Di saat seperti ini, ucapan Arta terngiang di kepalanya. Tidak akan ia biarkan 2 anak laki-laki yang ia sayangi membenci dirinya. "Gerlan! Kalau kamu tidak patuh sama bunda, kamu gak akan pernah bertemu dengan anak itu lagi!"
"Bunda kenapa, sih? Nathania masih kecil! Adik Gerlan gak punya salah apa-apa!"
"Gerlan!" sentak Keysa. "Sekarang kamu tidur! Dan ingat kata-kata bunda." Setelah mengatakan itu, Keysa keluar meninggalkan kamar Gerlan.
"Bunda... Nathania adik aku." Gerlan membaringkan tubuhnya, anak laki-laki itu memeluk guling disampingnya.
"Kalau bunda sayang aku sama Gilvano, harusnya bunda juga sayang sama Nathania. Gerlan kasian sama Thania..."
"Maafin abang ya, Thania..." Perlahan, mata Gerlan mulai terpejam.
Keysa mendatangi kamar anak kembarnya. Namun hanya satu anak yang ingin ia temui, yakni Gilvano. Tangannya membuka pintu kamar, terlihat Gilvano dan Nathania yang belum tertidur. Mereka baru menghabisi susu yang berada di gelas.
"Bunda, bunda mau temenin Thania tidul?" tanya Nathania, menatap Keysa senang.
Namun, Keysa sama sekali tidak memperdulikan Nathania. Jangankan untuk menjawabnya, melihat pun ia tidak ingin. Wanita itu langsung menghampiri Gilvano yang hanya diam menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILNATH
General Fiction✴[ FOLLOW ➡ BACA ] ✴ Melodi itu indah. Rindu itu berjuta-juta rasanya. Namun ketika melodi rindu begitu menyakitkan, rasanya harapan sudah tidak lagi ada dalam diri. Tapi, akankah alunan melodi terus beralun seperti ini? apakah rindu akan terus ter...