17. Pertemuan 2 Saudara

23 7 0
                                    


[17. Pertemuan 2 Saudara]

"Gilvano, ayo makan dulu sayang..."

"Iya, bentar bun. Gilvan lagi siapin CV sama surat lamaran magang."

Di kamarnya, Gilvano sedang bersemangat menyiapkan keperluan untuk melamar magang di perusahaan yang ia datangi. Entah apa yang membuatnya begitu bersemangat, namun perusahaan itu membuat Gilvano teringat akan ayahnya.

Setelah selesai membereskan itu dan memasukannya ke dalam map, ia keluar dari kamarnya untuk menemui Keysa. Di meja makan, terlihat bundanya itu sudah menunggu Gilvano.

"Malam, bun..." sapa nya.

Keysa tersenyum. "Malam, Gilvano."

Tangan wanita itu sibuk menyiapkan makanan untuk anaknya. "Bunda ambilin, ya."

"Jangan banyak-banyak, bun."

"Harus banyak dong, masa anak bunda makannya sedikit."

Gilvano mengambil piring yang diberikan Keysa padanya. Matanya diam-diam menatap Keysa, mencoba untuk berbicara.

"Sekarang gimana ya kabar ayah, bang Gerlan, sama Nathania? Aku kangen banget sama mereka."

Keysa diam menggenggam erat sendok di tangannya. "Makan Gilvano..."

"Bunda gak mau ketemu sama mereka? Gilvan cuma mau tahu kabar mereka, bun. Aku pengen lihat keadaan mereka sekarang kayak gimana. Udah bertahun-tahun aku gak ketemu sama ayah, bang Gerlan, Nathania juga."

Terlihat dari wajahnya, Keysa malas untuk membahas mereka. Ia terlihat tidak suka, jika Gilvano terus bertanya tentang mereka padanya. "Gilvan, mereka pasti baik-baik saja tanpa kita. Kamu pengen ketemu mereka, tapi mereka belum tentu mau ketemu sama kamu."

Gilvano menggelengkan kepala. "Mereka juga pasti mau ketemu sama aku. Waktu aku pergi dari rumah, aku sama sekali gak bilang apa-apa. Gilvan pergi gitu aja dari rumah, bun."

"Bunda yakin, gak nerima kabar apa-apa dari ayah? Atau mungkin bang Gerlan yang ngabarin bunda?"

"Nggak. Bunda gak dapat kabar apapun dari mereka, Gilvan. Berhenti menanyakan ayah, Gerlan, dan anak itu."

"Sebenernya kenapa bunda gak pernah bisa nerima Nathania? Apa yang salah dari saudara perempuan aku?"

"Kenapa kamu selalu menanyakan pertanyaan yang sama?"

"Karena bunda gak pernah mau jawab pertanyaan Gilvan tentang Nathania!"

"Berhenti berdebat dengan bunda! Sampai kapanpun, bunda gak akan pernah mau menerima dia."

Keysa berdiri dari tempatnya, ia pergi dari meja makan tanpa menghabiskan makanannya.

"Bunda..."

Gilvano mengusap wajahnya kasar. Bertahun-tahun sudah ia mencoba meluluhkan hati Bundanya, agar mau menerima Nathania. Tapi semua usahanya selalu saja sia-sia, ia bahkan tidak pernah lagi bertemu dengan ayah serta saudaranya.

Dengan cara apalagi ia harus meluluhkan hati Keysa, agar Nathania bisa mendapatkan kasih sayang dari Bunda mereka. Ia sudah kehabisan kata dan cara, untuk menghadapi keras kepala Bundanya. 

"Seenggaknya kasih tahu Gilvan, bun. Apa yang buat Bunda gak suka sama Nathania? Dia kembaran aku, bun."

"Bertahun-tahun, Nathania gak pernah dapetin kasih sayang dari seorang Ibu. Harusnya, kalau Nathania gak dapet kasih sayang dari Bunda, Gilvan juga gak dapetin itu."

Pria itu bersandar pada punggung kursi. "Ayah, Bang Gerlan, Thani .... kalian apa kabar? Kalian nyariin Gilvan, kan? Aku ada di sini."

"Kapan kita bisa ketemu lagi? Kapan aku bisa lihat kalian lagi?"

GILNATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang