29. TerlambatKembalinya dari rumah sakit, Gilvano menghampiri Keysa yang masih mengurung diri di dalam kamarnya.
Bersandar pada pintu, gilvano mengetuk pelan pintu itu. "Bunda? Buka pintunya. Gilvan mau bicara sama bunda."
"Kenapa kamu kembali ke sini?"
"Apa maksud bunda? Apa Gilvan gak boleh pulang ke rumah ini?"
"Kamu mau menyalahkan bunda? Kamu mau marah sama bunda, Gilvan?"
"Enggak, Gilvan gak nyalahin bunda. Tapi buka dulu ya pintunya..."
Gilvano sedikit menjauh dari pintu, Keysa membuka pintu itu mempersilahkan anaknya untuk masuk. Mereka duduk di tepi tempat tidur.
"Bunda, kenapa bunda semarah itu? Apa yang terjadi?"
Dalam pikiran Keysa, ia memikirkan apakah Gilvano mengetahui siapa gadis itu atau tidak. Sikapnya seolah dia tidak mengetahui apa-apa, tapi mungkinkah gadis itu tidak memberitahunya.
"Kamu tahu siapa dia, Gilvano?"
"Nathania? Dia atasan Gilvan, bun. Dia yang memberikan kesempatan untuk Gilvan belajar di sana. Dia mengajarkan Gilvan tentang banyak hal."
Sementara Keysa terdiam. "Apa yang dia ingat hanya nama Thani?"
Beranjak dari tempatnya, Keysa mengambil sebuah koper. Ia memasukkan barang-barangnya, Keysa juga memerintahkan Gilvano untuk melakukan hal yang sama.
"Kemasi barang-barang kamu, sekarang!"
"Kita mau kemana?"
"Sekarang, Gilvan! Kita harus pergi sekarang juga."
"Tapi Gilvan gak mau pergi dari sini, bun."
Menghentikan sejenak aktifitasnya, Keysa menghadap ke arah Gilvano. "Jika kamu masih mau bersama bunda, kemasi barang kamu dan ikut kemana pun bunda pergi."
Sempat ingin membalas perkataan Keysa, akan tetapi Gilvano memilih diam dan menurut. Ia pergi menuju kamarnya, mengemasi barang seperti yang diminta oleh Keysa. Ingin melakukan perlawanan, ia tidak mampu untuk membantah satu-satunya orang yang ia miliki saat ini.
"Kita harus pergi dari sini, sebelum dia memisahkan kamu dari bunda, sayang. Dia anak pembawa sial, bunda tidak ingin kehilangan kamu setelah bunda kehilangan mereka."
Keysa tentu takut, jika Nathania mengambil Gilvano darinya hingga ia hanya tinggal seorang diri. Saat kehilangan suami dan anak pertamanya, Keysa sudah sangat terpukul. Bahkan ia menganggap bahwa Nathania adalah kesialan yang pernah ia lahirkan.
Setelah Gilvano kembali dengan koper yang ia bawa, Keysa bergegas menarik Gilvano agar segera pergi dari tempat ini.
Mereka pergi menuju stasiun, entah kemana tujuan Keysa. Wanita itu benar-benar ingin menghindari Nathania.
"Kak Firzan, Nathania, Om Harles..."
"Terima kasih untuk kesempatan yang telah kalian beri, untuk pengetahuan baru yang kalian jelaskan, untuk perasaan nyaman dikala saya merasa sepi. Kalian adalah orang baik, yang saya tamui dalam sepanjang hidup ini."
"Maaf, tanpa berpamitan, saya harus pergi."
"Jika ditakdirkan, saya ingin bertemu kalian kembali."
••• GILNATH •••
Mengambil langkah dan mengamati sekitar, Firzan telah sampai di rumah yang menjadi tempat tinggal Gilvano dan Keysa. Namun, suasana di dalam rumah itu hening tanpa melihat ada pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILNATH
General Fiction✴[ FOLLOW ➡ BACA ] ✴ Melodi itu indah. Rindu itu berjuta-juta rasanya. Namun ketika melodi rindu begitu menyakitkan, rasanya harapan sudah tidak lagi ada dalam diri. Tapi, akankah alunan melodi terus beralun seperti ini? apakah rindu akan terus ter...