"Tak ada salahnya bukan, meminta perhatian kecil?"○○○
2. [ Pertengkaran Kecil ]
Gerlan menghembuskan nafasnya. Ia beranjak dari kursi yang ia duduki, menuju kamar Gilvano dan Nathania. Sungguh tidak ada niatan dalam diri Gerlan untuk membentak Nathania, Gerlan hanya tidak bisa menahan emosinya jika menyangkut ke-2 orang tuanya. Karena ia tidak bisa menjawab dengan jelas, perihal orang tuanya yang tidak punya banyak waktu untuk mereka, terutama Ibunda mereka.
Gerlan sudah berada di depan pintu kamar ke-2 adiknya ini. Tangan Gerlan terangkat untuk mengetuk pintu yang ada di hadapannya namun, pintu itu sudah terlebih dahulu di buka. Dan terlihatlah Gilvano dan Nathania yang langsung memeluk Gelran, seraya berkata, "Bang Geyyan, Natha lapal!"
"Gilpan juga lapal!"
Gerlan tersenyum. "Kalian sudah lapar? Ya sudah ayo makan, bibi sudah masak di sana. Tapi janji maafin abang dan jangan marah lagi sama abang, oke?" Gilvano dan Nathania mengangguk, lalu tersenyum kepada abang mereka.
Gerlan pun kemudian pergi membawa adik-adiknya ke tempat meja makan, yang di sana sudah penuh dengan nasi dan juga lauk pauknya. Salah satu asisten rumah tangga bernama Arum tersenyum kepada Gilvano, Nathania, dan juga Gerlan. "Eh, baru aja bibi mau panggil. Ayo den, non, makanan sudah siap."
Gerlan tersenyum dan mengangguk. Lalu ia membantu Gilvano dan Nathania untuk duduk pada kursi mereka, sedangkan Arum menyiapkan makanan untuk mereka. Setelah itu, Arum memberikan makanan yang telah ia sajikan di piring pada Gilvano, Nathania, dan Gerlan.
"Bi Arum makan di sini aja ya, temenin Gerlan, Nathania, sama Gilvano," ujar Gerlan, yang mengajak Bi Arum untuk makan bersama.
"Gak usah den, nanti bibi makannya abis cuci piring aja," tolak bi Arum, yang merasa tidak enak.
Gerlan tersenyum sendu. "Bi? Kita kesepian," lirih Gerlan, dengan kepala menunduk menatap lantai.
Arum lantas memeluk Gerlan. Sungguh Gerlan adalah seorang kakak yang kuat, karena ia bisa menggantikan kedua orang tuanya untuk ke-2 adik kesayangannya. Arum selalu merasa prihatin ketika melihat Gerlan, Gilvano, dan Nathania yang sama sekali jarang diperhatikan oleh orang tua mereka.
"Den Gerlan jangan nangis ya. Kalau den Gerlan nangis, nanti non Nathania, sama den Gilvano juga ikut nangis."
Gerlan mulai terisak. "Bi, kenapa ayah sama bunda jarang pulang? Gerlan kangen sama mereka. Kalau Gerlan gantiin ayah dan bunda buat Nathania sama Gilvano, terus siapa yang mau ngasih perhatian ke Gerlan, bi? Gerlan juga bisa capek. Gerlan kakak Gilvan sama Thania, bukan orang tuanya."
Arum memeluk Gerlan seakan menyalurkan kekuatannya pada Gerlan. "Ada bibi, den. Bibi yakin, den Gerlan kuat! Bunda sama ayah aden kan, lagi kerja buat anak-anaknya. Buat den Gelran, den Gilvano, sama non Nathania."
Gilvano dan Nathania yang tadinya sedang fokus dengan makanan mereka, teralihkan pada Gerlan yang sedang menangis dipeluk kan Arum.
"Bang Geyyan, nangis?" tanya Nathania yang bergetar, dan mata yang berkaca-kaca. Sama dengan Nathania, Gilvano pun ikut berkaca-kaca.
Gerlan langsung menghapus air matanya dan tersenyum. Arum melepaskan pelukannya pada Gerlan, tangannya mengusap lembut atas kepala Gerlan sembari tersenyum. Gerlan berdiri dan menghampiri Gilvano juga Nathania. "Abang gak nangis. Cuma ngantuk kok, makannya mata bang Gerlan keluar air." Gilvano dan Nathania hanya mengangguk saja.
"Tidul?" tanya Gilvano, memiringkan kepalanya ke arah kanan membuatnya terlihat menjadi semakin lucu.
Gerlan mengangguk. Ia membungkukkan badannya di depan Gilvano, untuk menggendong Gilvano menuju kamarnya. Karena kata Gilvano kakinya terasa sakit untuk berjalan. Arum yang melihatnya ingin membantu Gerlan namun, Gerlan menolak. Karena ia tidak mau merepotkan Arum.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILNATH
General Fiction✴[ FOLLOW ➡ BACA ] ✴ Melodi itu indah. Rindu itu berjuta-juta rasanya. Namun ketika melodi rindu begitu menyakitkan, rasanya harapan sudah tidak lagi ada dalam diri. Tapi, akankah alunan melodi terus beralun seperti ini? apakah rindu akan terus ter...