16. Adik dan Kakak
••••
Dari dalam mobil, Gilvano dan Harles keluar. Mereka sudah berada tepat di depan perusahaan, yang saat ini dipimpin oleh Nathania. Gilvano tidak pernah tahu, bahwa perusahaan itu adalah milik Ayahnya.
Cara Gilvano memandanginya, ia terlihat sangat kagum. "Ini perusahaan besar, apa mungkin saya bisa diterima di sini?"
Harles tertawa kecil. "Kenapa tidak? Kamu pasti bisa bekerja di sini."
Meskipun pria itu mengatakannya dengan yakin, Gilvano masih merasa seperti tidak percaya dengan dirinya. Bagaimana jika ia melakukan kesalahan besar yang bisa berdampak pada perusahaan ini, sedangkan ia masih dalam proses belajar.
"Bagaimana jika saya melakukan kesalahan besar di sini?"
"Kamu pasti bisa mengatasinya."
"Jika tidak bisa, dan menimbulkan kerugian untuk perusahaan?"
"Saya yakin kamu bisa."
"Bagaimana jika pimpinan perusahaan ini marah terhadap saya dan meminta pertanggungjawaban?"
"Maka kamu pasti akan bertanggungjawab."
"Jika saya kabur dari masalah?"
"Itu sangat mustahil."
Gilvano menatap Harles bingung, kenapa dia sangat yakin padanya? Padahal mereka baru saling bertemu hanya beberapa jam yang lalu.
"Kenapa Bapak ... seperti sangat percaya dengan saya?"
"Kamu adalah Gilvano Aderald Parviz, saya sangat percaya dengan keturunan dari Pak Parviz. Karena beliau adalah orang yang paling bertanggungjawab, dalam memimpin perusahaan."
Harles tersenyum kecil, Gilvano belum menyadari ucapannya. "Kamu sudah tahu letak perusahaan ini, maka silahkan ambil keputusanmu. Jika kamu berkenan, datanglah besok untuk melamar di sini. Saya permisi, Gilvano..."
"Iya, pak. Silahkan..."
Ketika pria paruh baya itu memasuki bangunan, Gilvano merasa ada keanehan yang diucapkan oleh orang tersebut.
"Tunggu ... dari mana dia tahu nama panjangku? Tadi bukannya aku hanya menyebutkan nama Gilvano?"
Mendongakkan kepala, Gilvano mencari keberadaan Harles di dalam sana. Namun keberadaan pria itu, tidak terlihat sedikitpun oleh matanya. Memutuskan untuk mencarinya di dalam, Gilvano melangkahkan kaki. Sayangnya ia tidak sengaja menabrak seseorang, yang keluar dari dalam perusahaan.
"Maaf, maaf ... saya tidak sengaja."
"Ya, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati," ujar seseorang, yang tidak sengaja ditabrak oleh Gilvano.
"Baik..."
Tampaknya orang tersebut sedikit tertarik pada Gilvano, karena ia tetap diam di tempatnya dan tidak segera melanjutkan kembali langkahnya.
"Cari orang?" tanyanya.
"Iya, saya cari ... Pak Harles."
Alis orang tersebut sedikit terangkat. "Ada apa kamu mencari papa saya?"
Gilvano tersenyum, menampilkan giginya. "Ah, bapak pemimpin perusahaan ini?"
"Tidak, bukan. Saya hanya tangan kanan pemimpin perusahaan ini. Nama saya Firzan, jangan panggil saya bapak." Ia mengulurkan tangannya, untuk berjabat tangan.
Tangan Gilvano menyambutnya, mereka berdua berjabatan. "Saya Gilvano, Kak..."
Tangan Firzan melemas mendengar nama itu, matanya langsung tertuju pada manik mata Gilvano. Mata yang sama seperti milik Nathania, mungkinkah dia adalah saudara kembar Nathania?
KAMU SEDANG MEMBACA
GILNATH
General Fiction✴[ FOLLOW ➡ BACA ] ✴ Melodi itu indah. Rindu itu berjuta-juta rasanya. Namun ketika melodi rindu begitu menyakitkan, rasanya harapan sudah tidak lagi ada dalam diri. Tapi, akankah alunan melodi terus beralun seperti ini? apakah rindu akan terus ter...