teror kedua.

8 4 0
                                    

03. Teror kedua

"Mau sampe kapan kita lari? Hantunya Kiara bakal tetep pengen kita mati juga"

===========================

Nafas Regar, Eza, dan Demian terengah-engah. Namun tidak ada pilihan lain mereka harus tetap berlari untuk menghindari hantu menyeramkan yang mengejar mereka.

"Jangan lari kalian hihihi"

"Ngaco tuh setan orang dia ngejar gimana kita gak lari cobak dasar setan!" Ucap Eza ditengah-tengah aksi kejar kejaran mereka dengan hantu itu.

"Gausah banyak bacot Lo za! Lari cepet!" Ketiganya berlari sekencang mungkin. Walaupun hantu itu melayang mengejar mereka.

"Gar ada masjid gar lari kesono!" Pinta Demian mereka bertiga berlari kearah masjid beruntung ada banyak orang di masjid itu.

"Tunggu pembalasanku" hantu itu akhirnya menghilang membuat ketiga cowok itu bernafas lega.

"Gila serem amat" Eza masih ketakutan setengah mati.

"Kayak bukan Kiara, tuh cewek pendiem soalnya nih hantu beda lagi ganas banget" celetuk Demian.

"Udah hantunya udah pergi mending kita pulang udah sore juga" keduanya mengangguk mendengar perintah Regar akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saja daripada harus bertemu hantu jahat itu lagi.

"Dis gue besok lembur Lo berani kan dirumah sendirian" mendengar ucapan Desta sontak membuat gladis tersedak. Desta yang melihatnya mengambilkan adiknya air.

"Kalo makan hati hati keselekkan" gladis dengan cepat meneguk air yang diberikan oleh Desta. Setelah selesai meminum air gladis mengambil nafas dalam dalam.

"Des masak Lo lembur sih tega banget" ucap gladis cemberut. Desta dibuat gemas oleh adiknya, cowok itu mengacak rambut berponi gladis.

"Tumben Lo gini biasanya juga fine fine aja kalo gue tinggal lembur" gladis menelan salivanya.

"Itu dulu Des sebelum Kiara meninggal bunuh diri" batin gladis menjawab.

"Eenggg gimana ya, Lo tuh gatau apa Des dulu kalo Lo lembur gtu gue kan ada temen Itha sama Sara besok kayaknya mereka sibuk deh" Desta hanya mengangguk.

"Kalo gtu ikut gue gimana?"

"Gak ah ntar ngerepotin" balas gladis cepat ia tidak ingin merepotkan Desta apalagi kakaknya itu lumayan sibuk kalau sedang pemotretan. Berakhir dirinya diabaikan lagian bosen juga nungguinnya.

"Loh kenapa Lo bisa ketemu cogan disana. Rian juga ikut" mendengar nama Rian membuat gladis malu. Dulu dirinya suka ikut ketempat pemotretan Desta karena Rian adalah teman kerjanya Desta dan cowok itu yang gladis sukai.

"Lagi gak mau bucin mau fokus sama persiapan lomba sekolah, kalo gue ketemu Rian yang ada otak gue kosong liat senyumnya aja udah bikin jantung deg-degan" Desta terkekeh mendengar ocehan gladis.

"Lemah banget adek gue"

"Dih gak ya, sekarang mah b aja gtu"

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang